“Brian.. bisakah.. kau menikahiku?” pinta Lucy, dengan air mata terurai dari pelupuk matanya yang sudah memerah.Brian tertegun, di tengah taman yang dulu sewaktu kecil sering ia datangi bersama Lucy, kala mereka tidak tahan berada di rumah.‘Menikah? Dengan Lucy? Tapi aku hanya ingin menikah dengan Nayra, Lucy..’ Brian menutup mata, sambil mengucapkan kalimat di kepalanya yang tidak bisa keluar dari mulutnya. Apalagi, karena ia sudah terikat perjanjian dengan Lucy, untuk menuruti satu permintaannya apapun itu.***Beberapa hari sebelumnya...Seminggu sudah berlalu, setelah Rehan dan Nayra terikat kontrak sebagai pewaris pengganti bagi dua perusahaan yang bermusuhan, Carver Group dan Roland Group. Tentu, tanpa diketahui Albert Carver dan David Roland bahwa kedua cucu mereka sebenarnya tertukar. Karena baik Rehan ataupun Nayra, tidak bisa mengungkapkan itu. Mereka pikir, rahasia itu hanya akan membawa masalah lebih besar jika terungkap.Kini, mereka berdua harus kembali mengurusi masal
Sehari sebelumnya...Setelah permintaan Lucy yang belum Brian jawab, Brian mendapat permintaan yang sama dari Kakek David. Tidak. Itu lebih seperti perintah. Perintah perjodohan yang sudah ia sepakati akan ia lakukan, sebagai syarat membawa kembali Nayra ke rumah keluarga Roland minggu lalu.Tapi Brian tidak menyangka bahwa ia akan diminta melakukan pernikahan bisnis secepat ini. Apalagi, jika calon pengantinnya adalah Lucy, wanita yang lebih ia anggap teman dan adiknya, daripada seorang wanita.“Tapi Kek..” Brian berusaha menolak, meskipun ia tidak tahu bagaimana caranya. Karena ia juga mengerti alasan Kakek David membuat perintah seperti itu.Bagaimanapun, Kakek David berteman baik dengan kakek dan keluarga Lucy secara keseluruhan. Walau, salah satu dari merek yaitu Kevin, sudah melakukan tindakan yang buruk terhadap Nayra. Namun, karena Kakek David juga sudah tahu bahwa Nayra bukan cucu kandungnya yang harus ia lindungi lagi. Jadi, tanpa memedulikan perbuatan Kevin, Kakek David me
“Baiklah.. Kalau begitu, aku memintamu untuk menolak perjodohanmu dengan Lucy..” jawab Nayra santai, seolah tidak mengerti maksud sebenarnya dari permintaan Brian. Padahal Nayra juga tahu maksudnya, tapi ia yang sudah diliputi amarah dan dendam pada keluarga Brian, justru menggunakan itu untuk membuat Brian tetap di sisinya. Sebab, ia masih membutuhkan Brian untuk membalaskan dendamnya pada keluarganya sendiri.Dan Brian pun bisa melihat kebohongan itu di wajahnya. Kebohongan bahwa Nayra tidak menuruti itu karena ia tidak rela Brian menikah dengan Lucy, melainkan karena ia masih membutuhkan Brian untuk membalaskan dendamnya pada keluarga Roland.“Bagaimana? Sesuai dengan apa yang kau mau?” tanya Nayra, tanpa menyadari, kekecewaan yang terpancar di wajah Brian.Brian hanya tersenyum getir. “Ya.. Terima kasih.. Nayra..”Seketika, ia merasa jarak antara dirinya dengan Nayra semakin menjauh, karena wanita itu lebih memilih dendamnya daripada perasaannya pada Brian yang mungkin juga sama
Brian berusaha menggapai Lucy yang tangisannya semakin deras, namun tangan wanita itu langsung menepisnya, dengan kalimat yang anehnya semakin menyakiti Brian.“A-aku.. akan menye-tujui.. penolakan-itu..”Tangan Brian terhenti di udara, sedangkan Lucy sudah melesat pergi tanpa membiarkan Brian menghiburnya.Jarak di antara mereka yang sebelumnya tidak pernah berubah, kini tiba-tiba terbentang tak berujung, seolah mereka berada di galaksi yang berbeda. Sesaat, di sudut hati terdalam Brian yang seharusnya senang mendengar persetujuan Lucy, sekarang justru dipenuhi sayatan yang ia tidak tahu alasannya.Dengan semua kekacauan yang tiba-tiba melanda Brian, ia terus membeku selama berjam-jam hingga tengah malam, di taman tempat mereka bertemu sekaligus berpisah itu. ***“Brian, kau baik-baik saja?” Brian sudah kembali ke rumah, saat Nayra yang menunggunya dengan khawatir di depan pintu kamar Brian, langsung menghampirinya.Wanita yang ia cintai selama 14 tahun itu, harusnya bisa mendamaika
Sudah seminggu lebih Nayra berada di Kota Bailey, saat ia tiba-tiba mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. “Halo?” Nayra menjawab telepon itu, karena khawatir bahwa itu mungkin telepon penting.“Nayra?”Oh? Terdengar seperti suara Brian?“Bri-an?” Nayra memastikan dengan ragu.“Ya!” seru suara di ujung telepon, lebih ceria dari yang seharusnya. Meskipun Brian memang selalu ceria, tapi seminggu lalu saat ia masih bertemu Brian, keceriaan itu sudah hilang. Jadi, apakah keceriaan Brian sudah kembali sekarang?“Apa ini nomor barumu?” tanya Nayra lagi. Namun, selama beberapa detik terdapat keheningan di ujung sana.“A-ah.. ya! Apa kau sibuk?” jawab Brian, dengan pertanyaan lain.“Aku baru pulang ke hotel, ada apa?”Selama di Kota Bailey, Nayra memang tinggal di salah satu cabang Roland Hotel di sana. Malam sudah datang saat ia menerima telepon Brian, jadi tentu saja Nayra sudah menyelesaikan pekerjaannya di RolandMart, yang baru menerapkan teknologi ritel mereka.“Ada yang mau aku bic
Kota Bailey, bulan lalu...Rehan yang harus menghindari Martha, setelah menyadari bahwa wanita itu berusaha menggodanya di hotel Maxwell Kota Bailey, saat mereka melakukan perjalanan bisnis untuk bertemu Lauren Warren. Maka ia mencari penginapan terdekat dan hanya mendapatkan sebuah motel. Saat itu, ia tidak terlalu memperhatikan nama motel tempatnya berada, karena perasaannya yang sedang kacau. Namun, begitu ia bertemu seseorang di Hotel Allison tempat ulang tahun ke-28 Lucy berlangsung, ia menyadari sesuatu.Darwin yang mengajak Nayra untuk berdansa adalah pria yang sempat berpapasan dengannya di motel dengan nama yang sama, Darwin Motel. Rehan pun menyadari bahwa Darwin adalah pemilik motel tersebut. Namun, bukan itu yang membuat Rehan merasa aneh, melainkan obrolan Darwin di telepon saat mereka berpapasan di motel.“Brengsek! Kau yakin akan menjebak wanita itu?! Hahaha! Bagaimana caranya?!” Itulah yang sempat Rehan dengar dan sebelumnya tidak terlalu ia pedulikan, sampai ia melih
“CEPAT CARI KEVIN SEKARANG JUGA!” teriak Rehan pada anak buahnya, begitu ia mendengar teriakan Darwin saat diinterogasi polisi, beberapa kilometer dari hotel tempatnya berada.Rehan langsung memutus teleponnya dengan napas tersengal. Amarah yang sebelumnya sempat mereda karena kebersamaannya dengan Nayra saat ini, kini kembali membuatnya gerah. Dengan wajah geramnya dan gertakkan di giginya, Rehan melonggarkan kerah bajunya untuk mengalirkan darah yang tertekan karena amarahnya yang kembali menguasainya.Namun, begitu ia berbalik untuk kembali ke kamar Nayra agar ia mendapatkan ketenangannya lagi, wanita yang hendak ia temui sudah berdiri di depannya dengan lemah.“Rehan..” lirih Nayra, yang matanya setengah terbuka.Rehan tersentak. Apa ia mendengar percakapannya barusan?Belum sempat ia mendapat jawaban, Nayra hendak menghampiri Rehan dengan tubuhnya yang masih lemah, membuat Rehan berjalan cepat untuk menopang tubuh lemah itu. Kepala Nayra langsung terjatuh di dada terbuka Rehan,
“Beristirahatlah..” ujar Brian, membuyarkan lamunan Nayra di depan pintu rumah keluarga Roland yang baru saja ditutup Ibu Ann.Kepala Pembantu rumah tersebut, segera membawa barang-barang Nayra berupa koper berukuran 22 inchi dan tas tangan ke kamar Nayra, diikuti si pemilik barang.“Kami sudah menyiapkan banyak makanan kesukaan Nona, apa Nona ingin memakannya langsung sekarang atau beristirahat lebih dulu?” tanya Ibu Ann, setelah meletakkan barang-barang Nayra di kamar.Nayra tersenyum kecil. Makanan memang selalu menjadi penghiburan Nayra saat lelah, terutama jika ditambah pengalaman buruknya beberapa hari lalu itu.“Aku akan memakannya sekarang!” seru Nayra, membuat Ibu Ann seketika tersenyum lebar, mendengar makanan yang sudah ia siapkan akan segera disantap oleh orang yang ia inginkan menyantapnya.Meskipun sudah menempuh perjalanan jauh selama 5 jam dari Kota Bailey ke Kota Lexington, tapi Nayra ingin menghargai usaha para pembantu di rumah itu untuk menyambutnya kepulangannya,