Share

04. Immortal Nirvana

"Kamu yakin untuk mengadakan pesta, Kanda?" tanya Rinjani, yang agak mengkhawatirkan keselamatan Mahesa.

“Tidak perlu khawatir, Rinjani! Semuanya aman dan terkendali!” sahut Candaka.

Kelahiran putra mahkota merupan momen yang sangat penting bagi Kerajaan Kamandaria.

Tentu saja Raja kamandaria tidak akan melewatkan perayaan untuk putra pertamanya ini walaupun masih banyak bahaya yang mengancam kerajaan.

Candaka mengadakan pesta kelahiran putra pertamanya ini untuk mengenalkan Mahesa Nagaswera ke seluruh jagad persilatan dan seluruh negeri.

Sejak munculnya Pendekar Naga Suci yang hendak menguasai jagad persilatan dan hendak merebut tahta kerajaan, mulai muncul pendekar-pendekar lainnya yang menantang Pendekar Naga Biru hanya sekedar untuk menjadi yang terkuat.

Mereka tidak peduli kalau sekarang Pendekar Naga Biru sudah menjadi Raja Kamandaria.

Tetap saja pendekar-pendekar ini berdatangan ke Kamandari auntuk menantang Pendekar Naga Biru.

"Aku juga tidak yakin keadaan akan aman, Candaka!" seru Alisha juga.

"Ehm! kalian tidak perlu khawatir! Pendekar Naga Suci tidak akan mengacau lagi untuk sementara!" ujar Candaka dengan penuh keyakinan.

“Kamu tahu dari mana, Kanda? Pendekar Naga Suci ini mungkin akan memanfaatkan pesta kelahiran ini untuk mengacau di Kamandaria!” seru Rinjani.

“Aku sudah mengalahkannya dan dia cukup terluka parah! Perlu waktu lama untuknya memulihkan diri!” kata Candaka untuk meyakinkan Rinjani.

"Bagaimana dengan pendekar yang lainnya, termasuk Immortal Nirvana yang mengincar tahta kerajaan Kamandaria?" tanya Rinjani.

"Kamu dapat informasi dari mana kalau Immortal Nirvana akan memberontak terhadap kerajaan?" tanya Candaka penasaran.

“Aku selalu mendapatkan informasi yang akurat, Kanda! Jadi, jangan remehkan informasi ini kalau tidak ingin Immortal Nirvana ini mengacau di istana!’ sahut Rinjani.

“Apa Immortal Nirvana ini sudah berada di Kamandaria?” tanya Candaka.

“Tepatanya, Immortal Nirvana sudah berada di Kota Naga Emas!” sahut Rinjani.

“Berbahaya sekali kalau kita tetap mengadakan pesta kelahiran Mahesa ini, Candaka!” ujar Alisha.

“Kak Zhian pasti setuju kalau pesta ini ditunda dahulu, daripada kita membahayakan Mahesa!” sambung Rinjani.

“Masih beberapa hari lagi sebelum perayaan diadakan. Penjagaan di berbagai sudut ibukota telah dilakukan oleh prajurit kerajaan yang dikoordinasi oleh Terakota. Penjagaan di pelabuhan telah dikoordinasi oleh Panglima Sayukti yang telah bersumpah setia terhadap Kerajaan Kamandaria!” ujar Candaka.

“Apa Panglima Sayukti ini bisa dipercaya, Kanda?” tanya Rinjani.

“Aku tidak meragukan kesetiaannya terhadap kerajaan, karena hidup panglima ini untuk melayani Kerajaan Kamandaria!” sahut Candaka.

“Bagaimana penjagaan di gerbang Kota Naga Emas?” tanya Alisha.

“Aliansi Pendekar Naga mengatur penjagaan di gerbang kota juga di perbatasan menuju Lembah Naga. Aku masih khawatir dengan Jayanti yang akan membalaskan dendamnya, padahal pencarian terhadap dirinya masih kulakukan sampai sekarang. Hufh!”

Teringat Jayanti membuat sedih pandangan Candaka.

Seharusnya Jayanti sekarang bersamanya di istana kerajaan Kamandaria, tapi akibat perbuatan Ling The, Naga Biru ini berubah menjadi Iblis Naga Biru yang sangat berbahaya.

Candaka tidak pernah menemukan keberadaan Jayanti yang terakhir menjadi Iblis Naga Biru ini, tapi Pendekar Naga Biru ini tidak berhenti berusaha menemukan Jayanti seperti janjinya terhadap gadis ini dan Ki Nagaswera.

“Kita pasti bisa menemukan Jayanti, Kanda! Aku akan terus mencari keberadaannya!” tegas Rinjani.

*****

“Lapor Paduka! Ada pendekar yang membuat kekacauan di pusat Kota Naga Emas! Dia menyebut dirinya Immortal Nirvana, dan menantang Paduka untuk menemuinya di sana!” seru salah satu anggota Aliansi Pendekar Naga.

“Apa Aliansi Pendekar Naga tidak bisa mengatasi Immortal Nirvana, dan harus Paduka Raja yang turun tangan?” ujar Rinjani dengan perasaan kesal terhadap kinerja Aliansi Pendekar Naga.

Sejak ditinggalkan beberapa pendiri Aliansi Pendekar Naga, mulai tampak kelemahan pada aliansi yang dibentuk Candaka saat menghadapi Iblis Naga Hitam.

“Bukan kami tidak bisa mengatasi Immortal Nirvana ini, Ratu ... tapi Immortal Nirvana ini menantang Pendekar Naga Biru untuk bertarung dengannya! Setahu kami, Paduka Raja Candaka adalah Pendekar Naga Biru yang dimaksud oleh pengacau ini!”

“Kalian ini tidak becus mengatasi satu orang pengacau saja! Bagaimana Immortal Nirvana bisa melewati penjagaan kalian di gerbang Kota Naga Emas?” ujar Rinjani yang menumpahkan kekesalannya terhadap Aliansi Pendekar Naga yang semakin lemah ini.

“Tidak apa-apa, Rinjani! Aku akan menghadapi Immortal Nirvana ini! Saat ini pendekar-pendekar di Aliansi Pendekar Naga masih belum mencapai tingkatan yang setara dengan Immortal Nirvana! Aku tidak ingin jatuh korban sebelum perayaan yang bisa membawa sial bagi kerajaan!”

“Apa aku saja yang turun tangan, Kanda!” kata Rinjani menawarkan diri.

Sudah lama juga Dewi Racun ini ingin bertarung, karena sejak menjadi Permaisuri dan Ratu Kerajaan Kamandaria, dia tidak pernah bertarung lagi.

“Kamu boleh ikut, Rinjani! Kamu kan lebih tahu tentang Immortal Nirvana ini! Tapi, tetap aku yang akan menghadapinya!” ujar Candaka.

“Baik, Kanda!” seru Rinjani yang kegirangan diijinkan ikut keluar dari istana kerajaan.

*****

“Pendekar Naga Biru hanyalah pendekar pengecut yang haus kekuasaan! Keberaniannya sudah hilang saat dia menjadi Raja Kamandaria!” seru Immortal Nirvana di tengah cemohan yang diterimanya dari Rakyat Kamandaria.

“Jaga bicaramu, Immortal!” seru wanita cantik berpakaian hijau yang berhenti di hadapannya.

“Hahaha ... tidak kusangka pengecut ini mengirim istrinya kemari! Apa kabar Dewi Racun?” sapa Immortal Nirvana.

“Apa yang kamu inginkan, Immortal?” tanya Rinjani.

Rinjani memutuskan tiba terlebih dahulu untuk melihat keadaan sekitar.

Dewi Racun ini khawatir adanya jebakan yang dibuat untuk mencelakai Candaka.

“Sudah kubilang kalau aku menginginkan Pendekar Naga Biru! Tapi, kalau kamu mau menemaniku, aku juga bersedia!” ujar Immortal Nirvana yang mulai kurang ajar.

“Jaga mulutmu! Kalau tidak mengingat perintah Raja, sudah kupotong lidahmu!” seru Rinjani yang menampakan wajah kejamnya.

Immortal Nirvana sedikit terkejut dan ketakutan melihat perubahan pada wajah Dewi Racun, tapi dia berusaha mengatasinya.

“Kemana pendekar pengecut itu! Suruh dia keluar menghadapiku!” katanya memberanikan diri.

“Aku di sini, Immortal Nirvana! Apa yang sebenarnya kamu inginkan?” tanya Candaka.

“Akhirnya muncul juga kau, pendekar pengecut!” ejek Immortal Nirvana.

“Jaga bicaramu, Immortal brengs*k!” seru Rinjani yang sudah tidak bisa menahan kemarahannya lagi karena melihat Candaka dihina terus menerus oleh Immortal Nirvana.

“Sinar Tiada Batas!”

Rinjani langsung menyerang Immortal Nirvana dengan sinar yang keluar dari telapak tangannya.

Sinar ini terus membelah diri menjadi sinar yang banyak jumlahnya, yang mengarah ke tubuh Immortal Nirvana.

“Perisai Nirvana!”

Immortal Nirvana langsung memaasang perisai cahaya yang meredam dan menahan serangan sinar dari Dewi Racun.

“Dewa Tangan Seribu!”

Rinjani tidak mengendorkan serangannya dengan serangan jarak dekat.

Tangan Rinjani bagaikan dewa tangan seribu yang memiliki banyak tangan yang berputar mengelilingi tubuhnya dan diarahkannya ke tubuh Immortal Nirvana.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Pukulan bertubi-tubi dari Rinjani terhadap Perisai Nirvana membuat kondisi perisai melemah.

Pukulan beruntun Rinjani langsung masuk ke tubuh Immortal Nirvana yang melukainya cukup parah.

“Beruntung bagimu aku tidak mengeluarkan serangan racun padamu! Kalau tidak, kamu sudah tewas di tanganku!” seru Rinjani. “Kamu bukan seorang Immortal! Tidak mungkin seorang Immortal selemah ini! Kamu tidak pantas berhadapan dengan Pendekar Naga Biru!”

Rinjani tidak menyadari, kalau hinaannya yang kejam ini akan melahirkan Kultivator kejam yang kelak akan menyulitkan Kerajaan Kamandaria, terutama bagi Candaka.

“Aku akan membalas hinaanmu ini, Dewi Racun!” seru Immortal Nirvana sebelum beranjak pergi dari Kota Naga Emas.

“Pergi kau, pecundang!” seru Dewi Racun yang masih kesal dengan Immortal Nirvana ini.

“Terima kasih untuk tidak membunuhnya dengan racunmu, Rinjani!” ujar Candaka sambil tersenyum.

“Pecundang seperti itu mesti diberi pelajaran, Kanda! Banyak bicara tapi tidak ada kemampuan sama sekali!” 

“Aku beruntung memilikimu sebagai istriku, Rinjani! Terima kasih sudah mewakiliku memberi pelajaran terhadap Immortal gadungan tadi!” 

Plok!

Plok!

Plok!

Tepuk tangan yang bergemuruh dari warga Kota Naga Emas memberikan rasa puas dalam diri Rinjani.

Keinginannya untuk bertarung lagi terlampiaskan sudah, walaupun lawannya bukanlah pendekar atau kultivator hebat.

Kemenangannya atas Immortal Nirvana juga membuktikan kalau kemampuannya belum habis, walaupun sekian lama berkutat di dalam istana kerajaan sebagai permaisuri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status