Share

CHAPTER 6 FATHER

Alicia sedang membaca buku ketika Debora tiba-tiba masuk kedalam kamarnya seraya berkata “Tuan Henry meminta anda menemuinya Nona” Alicia cukup merasa dikejutkan dengan informasi tersebut, betapa tidak? Selama bertahun-tahun Henry selalu berusaha menjauhi Alicia, mereka berdua tidak pernah bertatap terlebih bicara secara langsung (sekadar basa-basi pesan-pesan dikirimkan melalui media sosial) “Tidak seharusnya ini terjadi” Alicia meletakkan buku yang ada ditangannya ia hanya benar-benar merasa tidak siap untuk menjalani kesan yang baru (Bertemu sang Ayah).

Jujur saja Alicia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu? “Apa kau yakin?” Alicia berusaha memastikan pernyataan Deborah, dan sebagai jawabannya Debora mengangguk.

Berhadapan dengan sang Ayah Alicia diminta mempersiapkan diri secara baik dan benar, beberapa orang ditunjuk secara khusus untuk mengatur cara berpakaian hingga riasan diwajah Alicia, mereka telah mempersiapkan gaun malam yang indah.  

Alicia tidak bisa merasakan perasaan apapun ketika ia akan bertemu dengan sang Ayah ‘Hampa dan keterkejutan luar biasa’ “Anda tampak luar biasa Nona?” puji Debora ketika akan mengantarnya menemui Tuan Henry.

Alicia begitu terlihat anggun penuh pesona, seluruh tamu dibuat kagum kala ia menuruni satu persatu anak tangga, semua orang tak terkecuali Henry menyambut kedatangan Alicia untuk bergabung bersama.

Henry berjalan mendekati Alicia, hal pertama yang ia lakukan adalah memberinya satu pelukan yang paling berharga dan tak akan pernah dilupakan “Kau terlihat hebat Alicia” Henry menyanjung Alicia dengan tatapan penuh sesal, Alicia tidak bergeming ia tak ingin mengatakan sepatah kata pun kepada Ayahnya itu sebab sepertinya ia sedang menikmati sesuatu yang disebut kebahagiaan didalam hatinya, entahlah ini aneh? tapi Alicia tidak mampu menyangkal perbuatan yang telah dilakukan oleh perasaannya.

Untuk beberapa saat Alicia tampak kebingungan Debora tidak mengatakan bahwa akan ada banyak orang disana “Ayah mengadakan sebuah pesta sederhana” Alicia sempat berfikir bahwa ini adalah sebuah pesta untuk merayakan kebersamaan mereka setelah sekian lama, Kemudian Henry membawa Alicia pada seorang wanita “Alicia, kenalkan dia Amber calon istriku” “Hai, aku Amber Henry sering berkisah tentangmu sayang, ternyata kau sangat cantik lebih cantik dari yang selalu kubayangkan tentang dirimu” ‘Sama sekali berbeda dari yang ku harapkan, kukira hanya akan ada aku dan Ayah, dimana kami saling melepas rindu yang selama ini terpendam, namun ia berkata bahwa ia akan menggantikan Ibuku dengan wanita lain’ “Apa kau tahu? pada awalnya Henry sama sekali tidak ingin kau dilibatkan dalam acara ini, tapi aku terus berusaha membujuknya agar ia mengijinkanmu” mendengar pengakuan Amber maka semakin bertumpuklah kekecewaan yang telah menetap didalam hati Alicia terhadap Henry, 'Kurasa tak ada gunanya aku berada disini' Tanpa bicara Alicia memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu, ia kembali kedalam kamarnya berusaha untuk menguatkan hatinya yang merapuh “Apa itu artinya aku telah membuat kesalahan? (dengan pernyataannya ia telah membuat Alicia pergi) sepertinya aku telah mengacaukan segalanya? ” Amber segera menyadari letak kesalahannya hanya karena ia terlalu jujur mengungkap keadaan yang sebenarnya, sementara itu Henry tidak berusaha mencegah kepergian Alicia “Kau memperlakukan putrimu seolah dia tidak pernah ada” Henry tak menanggapi ucapan Amber “Aku akan menyusul Alicia” Henry menarik lengan tangan Amber “Ada apa ini?” “Biarkan dia sendiri, mari melanjutkan pesta” ucap Henry.

Begitu berada didalam kamarnya, Alicia segera mengunci pintu rapat-rapat, kemudian memutar music pengantar tidur, tanpa melepaskan gaun yang dikenakan Alicia membaringkan diri, saat itu ia hanya ingin tidur agar bisa melupakan segalanya. Sungguh tidak seperti yang diharapkan, pertemuan antara Alicia dan Henry tak berarti apapun, tak ada airmata kesedihan, datar.  

Keesokan harinya saat Alicia membuka kedua mata, semua masih terlihat sama tak ada yang berbeda, hanya kotak pemutar music miliknya yang masih bekerja selama semalaman suntuk, dulu ketika ia masih sangat kecil Alicia sering memutar music itu dalam kesendirian sudah seperti seorang teman sejati yang akan selalu menemani dikala suka maupun duka.

Alicia membuka pintu kamarnya, ia tahu pasti bahwa para pekerjanya sudah menunggu untuk itu “Nona? Apakah anda baik-baik saja?” tanya Deborah disertai kekhawatiran. Pagi ini seperti biasa, mengerjakan semua rutinitas yang sudah dijadualkan, mandi, menikmati sarapan pagi menerima riasan, selesai, sebelum pergi kesekolah Alicia terlebih dahulu memuntahkan semua makanan yang ada didalam perutnya.

Saatnya pergi kesekolah, seorang pelayan membantu Alicia membuka pintu mobil mewahnya “Selamat jalan Nona, semoga selamat sampai tujuan” mobil berwarna hitam tersebut perlahan mulai melaju.

Selama perjalanan Alicia terus memikirkan ucapan Amber semalam, jika ternyata Ayahnya tidak mempunyai rencana untuk melibatkan Alicia dalam acara pertunangan mereka, itu artinya Henry bahkan tidak berniat untuk bertemu dengannya ‘Entahlah? Mengapa hingga detik ini aku belum memutuskan untuk menangis? Ibu aku benar-benar merindukanmu, aku merasa tidak memiliki siapapun didalam hidupku selain bayanganku yang menyatu dengan bayang-bayangmu’

Selama perjalanan kesekolah seringkali Alicia tidur atau memutuskan memikirkan sesuatu yang tidak benar-benar diketahui apakah itu?

Namun kali ini dari pada tidur atau melamun Alicia justru mencurahkan keresahan yang ia dapatkan setelah pertemuannya dengan sang Ayah semalam kedalam sebuah tulisan.  

Tulisan itu berdasarkan bayangan Alicia tentang kehidupan sesosok gadis kecil yang hidup sebagai seorang tuna wisma bersama Ayahnya, walau hidup serba berkekurangan namun gadis itu tidak pernah kehilangan kasih sayang dari seorang Ayah.

"Ayah aku merasa lapar, tetapi asal Ayah bersamaku sampai kapanpun juga aku akan menahan derita ini" dengan mata berkaca-kaca sang Ayah tersenyum sedih.

Inilah kehidupan, hidup merupakan pelajaran dan belajar, dalam kesusahan lelaki yang dipanggilnya Ayah itu selalu mengajaknya menyungging senyuman bahwa ada banyak hal yang masih dapat mereka syukuri walau sebagaimanapun jua situasi dan kondisinya, sehingga ada alasan kebahagiaan melimpah yang tercipta disana meski itu hanyalah sebuah angan-angan dan harapan yang panjang.

Terlalu menjalani hidup dalam kesengsaraan membuat mereka harus meminta-minta mengharapkan belas kasih dari para dermawan yang melintas. meninggalkan harga pada diri. 

Walau harus seperti itu kondisi yang dijalani, gadis itu tidak pernah mempersoalkan cara hidup mereka, gadis kecil itu masih dapat berlarian dengan riang gembira, hanya karena satu alasan 'Ayah' seorang Ayah yang menjadikan hatinya menjadi penuh.

“Ayah ayo kita pergi ke toko kue, aku hanya ingin melihat-lihat makanan itu dari luar, lalu kembali lagi” berdiri dibalik dinding kaca sambil memperhatikan satu persatu kue-kue beraroma manis itu secara seksama, hanya dengan melakukannya betapa ia merasa sungguh berbahagia tiada terkira 'Kapan aku bisa menggigit kue itu?' pikirnya namun ia tidak mengeluhkan keinginannya terhadap sang Ayah yang juga tidak berdaya, gadis berperasaan ia tak ingin Ayahnya merasa kian terbebani. 

“Ayo kita pergi Ayah” ajaknya diiringi senyum kepuasan setelah melakukannya, tak ada satupun kue yang terlewat dari sorot mata kecilnya, anak perempuan itu sangat tahu bahwa Ayahnya tidak memiliki uang walau hanya untuk membeli sepotong kue saja dan pada saat itu sang Ayah akan berusaha keras menghibur putrinya agar melupakan rasa lapar dengan bernyanyi, Sementara ketika sang anak telah terlelap lelaki malang itu terus menangisi keadaan mereka, segala kehangatan cinta dan kasih hanya tercurah untuk anak gadisnya.

Bukankah sesungguhnya hal itulah yang paling diharapkan? tetap hidup bersama, bergandengan tangan walaupun serba berkekurangan. setidaknya begitulah cara Alicia mengukur harga sebuah kebahagiaan, dimana selama ini selalu  merasa tidak beruntung menjalani kemewahan hidup, mobil mahal, rumah megah, makanan lezat nan melimpah namun selalu dimuntahkannya, ia jauh dari kata kasih dan sayang dan itulah celaka terbesar yang pernah ia rasa diseumur hidup.

Berbanding terbalik dengan cerita yang dituliskannya, kenyataan yang harus Alicia jalani dirasa suram, jika saja gadis yang berada dalam dongeng itu adalah dirinya, maka kemungkinan terbesar sang Ayah akan memberikannya kepada pihak panti asuhan agar mereka mengasuhnya sementara sang Ayah pergi melepaskan tanggung jawab sebagai seorang Ayah, meninggalkan Alicia dengan semua perasaan kehilangan serta kemalangan untuk selamanya, tak ada hal lain yang paling memberatkan hari-hari Alicia setelah saat itu berlalu, selain kerinduan, betapa ia akan terus menantikan saat dimana sang Ayah akan datang kembali untuk menjemput dirinya, namun sungguh sayang seribu sayang, Ayah yang selalu diharapkannya tak kunjung datang, ia menua dengan semua harapan, lalu mati dengan cara mengenaskan atas nama bujuk kerinduan, seorang lelaki yang menemani disisi tidak lebih berharga dari kehadiran Ayah disisinya. “Andai aku bisa menangis, aku sungguh ingin menangisi kisah fiktif ini” ucap Alicia setengah berbisik, hatinya terlalu hampa, ia selalu tidak mempunyai alasan yang kuat untuk menangisi keadaannya.

"Nona, kita telah sampai disekolah" suara supir menyadarkan lamunan Alicia "Oh, begitu rupanya" pintu mobil dibuka, Alicia turun dari mobil dengan membawa gundah didalam diri 'Aku hanya harus lebih kuat dari kemarin.' ucapnya bertekad, lalu melangkah dengan keyakinan yang semakin menjadi pasti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status