Minggu pagi ini aku ingin olaraga, sehingga sejak sholat subuh tadi aku tidak tidur lagi. Pukul setengah enam aku mengeluarkan sepeda dan gowes keliling Jogja sekalian mampir beli sarapan. Aku melihat rumah depanku lampunya masih menyala, tandanya Rendra masih tidur. Aku cuek saja. Aku langsung mengayuh sepedaku hingga keluar kompleks. Aku menyesuri jalan Parangtritis. Niatku pagi ini akan gowes sampai alun-alun kidul nanti pulangnya mampir sarapan sop ayam Klaten Pak Min.
Aku mengayuh sepeda santai, karena tujuanku juga untuk mengurangi pikiran yang dari kemarin kepikiran Rendra. Sampai Alun-Alun Kidul suasana ramai sekali. Banyak yang jogging. Bahkan ada juga yang hanya sekedar sarapan soto. Memang hari Minggu ini kota Jogja akan terlihat ramai tidak seperti hari biasanya. Aku duduk di bawah pohon untuk istirahat sejenak, minum air mineral tadi tadi aku bawa dari rumah. Udara pagi seperti ini yang aku suka sejak dulu, tapi sekarang sudah bany
“Tante, tadi Mayang bikin bolu kukus. Mungkin mau nyobain. Kalau rasanya gak enak bilang ya tan, baru pertama bikin.”“Eh boleh.” Ibu Rendra tampak antusias mencicipi.“Mbak Mayang salah kalau nawarin tante, tante itu jago bikin kue mbak. Katanya syarat utama jadi mantunya harus bisa bikin kue.”Aku kaget mendengar perkataan Clara.“Eh, duhh nanti kalau kurang pas rasanya gak papa ya tante, baru belajar bikin kue ini.”Tante hanya tersenyum. Senyumannya itu teduh banget. Aku menawari tante dan Clara untuk makan di belakang saja sambil ngobrol yang lebih santai. Saat jalan ke belakang melewati dapur Clara langsung memuji isi perabotan dapur yang lengkap. Bahkan dia juga memuji taman minimalis belakang yang aku dekor sendiri.“Mbak Mayang dapat ide dekor seperti ini dari mana? Bayar berapa mbak?” Clara Sudah mulai penasaran. Sedangkan Ibu Rendra hanya menjadi pendengar setia.
RendraLuar biasa yang ku rasakan, hampir dua bulan ini aku bisa mendekati Mayang. Aku sering makan dengan dia, baik di rumah maupun di Kantor. Saat pagi hari pun aku sering numpang sarapan di rumahnya, tapi dia selalu menolak kalau aku ajak ke kantor bareng. Kejadian tempo hari juga membuat aku masih syok. Dengan lancang aku mencium bibirnya saat kamu melihat adegan kissing di drama korea yang dia lihat. Aku malu sebenarnya jika Marang terus menghindar tapi ternyata tidak. Dia bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Aku juga terlalu pengecut tidak menjalin komitmen dengan dia. Aku tidak berani. Kejadian putus dengan Ratu membuat aku trauma menjalin hubungan dengan perempuan. Brengsek memang aku. Tapi Mayang juga tidak protes atau apapun itu. Aku juga mendengar orang-orang dikantor mulai menggosipkanku dengan Mayang. Karena anak-anak kantor sering melihat aku dan Mayang makan siang bareng entah itu di luar kantor
MayangSemenjak aku bertemu dengan ibu nya Pak Rendra, hubunganku dengan Pak Rendra semakin dekat. Tidak sungkan-sungkan tiap pagi Pak Rendra mampir ke rumah hanya sekedar untuk sarapan bareng. Kadang dia yang memasak, kadang beli, bahkan kadang aku yang memasak. Tiap subuh pasti dia mengirim pesan memberitahu kalau mau sarapan bareng, lengkap dengan siapa yang akan memasak. Aku rasa ini sudah keterlaluan karena kita belum ada ikatan yang jelas.Aku merasa nyaman dengan keadaan seperti ini, tapi justru tanpa statusnya ini yang membuat aku was-was dengan keadaan, apakah nantinya dia mengajak serius atau dia hanya akan meninggalkan luka seperti Rifki.“Hari ini jadwalnya apa saja Yang?” Pak Rendra menanyakan kegiatanku saat dia sedang asyik mengoles selai di roti tawar. Pagi ini kami sarapan soti tawar sesuai permintaan dia subuh tadi. Tapi karena di rumahnya tidak ada roti tawar jadi dia menyuruhku yang menyiapkannya. Untung saja persedian roti tawar
Sesusai janjinya tadi pagi. Malam ini Rendra makan malam di rumahku. Entah apa yang membuat dia betah di rumahku. Padahal kalau dipikir rumahnya jauh lebih luas dan lebih lengkap. Tidak seperti rumahku yang serba minimalis dan terbatas. Malam ini dia delivery pizza. Katanya malas makan nasi. Aku juga sangat jarang ketika malam makan nasi. Kami makan malam di taman belakang rumahku. Untung tetangga-tetanggaku tidak ember mulutnya, karena aku dan Rendra sama-sama single. Biasanya pasti sudah menjadi bahan gossip ibu-ibu kompleks.Aku menepuk-nepuk perut ketika sudah menghabiskan tiga potong pizza. Apalagi Rendra, dia Sudah mengahabiskan lima potong pizza. Dia itu kalau makan banyak, tapi tetep gak gemuk. Badannya bagus. Padahal aku gak pernah lihat dia olahraga. Tiba-tiba kecanggungan diantara kita terjadi seperti pertama kali kita ketemu.“Yang..” Sapanya“Iya Ren.” Ujarku singkat.Dia tidak melanjutkan lagi.
Malam ini menjadi bukti dan saksi bahwa Rendra milikku. Dia bukan laki-laki yang penuh nafsu. Tapi perlakuan dia mala mini membuat aku tidak bisa berkutik. Walau hanya sebatas ciuman, tapi dia benar-benar membuat aku terlena. Terlena atas Batasan-batasan yang sudah aku jalankan ketika dekat dengan lawan jenis, bahkan status kita bukan pacaran. Satu langkah lebih unggul yaitu komitmen untuk pernikahan.“Yang, kamu pengen pernikahan yang seperti apa?” Ucapnya selesai menyesap kopi yang barusan aku buatkan untuk dia. Makan malam yang berlanjut dengan kegiatan panas bahkan lanjut pembahasan pernikahan.“Kamu belum melamarku ya Ren, jangan sok-sok an segala tanya pernikahan.” Aku menggodanya.Dia merasa tertantang Lalu menggenggam tanganku “Kamu mau aku melamarmu malam ini juga?”Mataku membola mendengar ucapannya.“Gak gitu juga, semua butuh proses. Kamu tau kan kalau aku masih memantapkan hati. K
Weekend kali ini aku menemani Clara ke Magelang. Aku menolak saat dia meminta untuk bermalam di hotel. Perdebatan alot dengan sikap dia yang masih labil dan manja, sehingga dia memutuskan ngikut aku. Rendra awalnya ingin ikut, tapi mendadak dia harus bertemu dengan Diana dengan berat hati dia batal ikut. Rendra menyakinkan kalau dia dan Diana tidak ada apa-apa, tapi aku pura-pura cuek. Sebenarnya aku khawatir apa yang akan mereka lakukan. Perjalanan kali ini menggunakan sepeda motor agak tidak macet dan bisa agak cepat.Jalan Magelang tampak sepi tapi saat di perbatasan Jogja-Tempel sangat ramai bahkan mobil-mobil pun sudah berhenti. Saking macetnya. Untung saja kami hanya menggunakan motor. Rendra sempat tidak setuju jika kami berangkat pakai motor. Dengan alasan polusi, capek, debu, dan lain-lain.“Kenapa Kak Ren yang sensi ya, Mbak Mayang santai aja lo Kak. Gak usah khawatir kita udah gedhe.” Ujar Clara sarkas.Rendra tak be
“May, gue nebeng lo ya. Tadi gue berangkatnya naik ojol. Yuk,” ajak Gadis.Tumben sekali Gadis nebeng aku, biasanya dia nebeng Danu karena rumah mereka jauh lebih deket. Aku melirik arloji di pergerangan tanganku, ternyata sudah pukul empat. Danu juga sudah siap-siap mau pulang. Saat itu juga pintu ruangan Rendra terbuka.“Dis, yakin gak jadi bareng gue?” Tanya Danu.“Enggak, sama Mayang aja. Lama gak nebeng dia.”Aku hanya mengangguk. Aku melihat kalau tatapan Rendra mengunci mataku. Tapi aku cuek.“Yuk, keburu macet.” Aku jalan lebih dulu meninggalkan Danu, Gadis, dan Rendra. Aku baru malas jika ngobrol dengan dia.“May, mampir beli kopi yuk?” ajak Gadis. Aku langsung mengiyakan, karena memang aku butuh kopi. Sangat penat hari ini. Harapan akan membayangkan makan siang berdua, pulang bareng, sampai rumah makan bareng lagi. Sirna sudah.“Boleh, ke Kopi da
“Pulang bareng ya?” Suara Rendra terdengar sangat dekat. Ternyata dia sudah ada di depan mejaku.“Mobilku gimana?” tanyaku. Karena aku tadi dijemput Gadis.“Biar dibawa Gadis lagi, Mama ngundang makan malem.” Rendra menarik kursi di depanku.Aku kaget mendengar perkataan Rendra, gila aja Mamanya ngajak makan malem bareng. Aku belum persiapan apa-apa. “Kenapa mendadak sih? Kenapa gak dari tadi ngomongnya? Aku gak siap apa-apa ini?” Protesku.“Mama barusan yang whatsapp. Gak usah bawa apa-apa. Udah gitu aja langsung berangkat. Nanti habis isyak langsung pulang, biar gak kemalaman pulangnya.” Katanya.Akhirnya aku menyetujui. Untung saja hari ini pakaian yang ku pakai bisa dikatakan sedikit sopan. Aku memakai celana kulot warna mocca dan blazer dengan warna senada. Ya, meskipun belum mandi tapi not bad lah.“Dis, mobil gue, lo bawa la