Share

Additional part 45

Kedatangan Rendra malam ini membuat aku kaget. Tiba-tiba dia bisa di depanku dan menyentuh tanganku. Sentuhan ini yang lama tidak ku rasakan. Rasanya masih sama. Bisa memberi kehangatan dan kenyamanan.

"Kenapa? Ada yang sakit?"

Mendengar kalimat itu, hatiku seperti teriris. Kenapa dia masih perhatian denganku sedangkan aku menyuruhnya untuk menjauh dariku. Cukup Ren, jangan buat aku seperti orang tak berdaya di depan mu.

Aku hanya mampu menggeleng. Aku tak sanggup untuk mengeluarkan kalimat. Jangankan kalimat satu kata pun aku tak mampu menjawab.

"Butuh sesuatu? Barang kali aku bisa membantu?"

"Aku gak mau nanti ada yg lihat kamu di sini Ren, aku gak mau nanti orang mengira aku merusak rumah tanggamu." Satu kalimat yang ku ucapkan mampu membuat Rendra tak berkutik, bahkan Gadis langsung menoleh ke aku. Tapi memang benar. Ini gak benar. Rendra lamgsung melepas tanggannya yang awalnya masih mengelus-elus punggung tanganku.

Rendra langsung menoleh ke Gadis, "Dis, boleh pinjam Mayang sebentar. Kamu jangan pulang kalau aku belum sampai sini."

Aku kaget mendengar pernyataan Rendra. Aku langsung menatapnya meminta jawaban ke mana dia akan membawaku pergi.

"Ikut aku sebentar ya?" Tanyanya lembut. Rendra memang tidak pernah kasar denganku. Tapi omongannya yang tidak bisa ku pegang.

"Ke mana?"

"Ke mana aja asal sama kamu. Yuk. Sebentar saja."

Aku menoleh ke Gadis meminta pertolongan, tapi Gadis hanya mengangguk itu tandanya kalau dia menyetujui.

"Aku ambil cardigan dulu." Jawabku.

Karena aku hanya memakai setelah tye die lengan pendek. Aku segera berdiri dan melangkah ke kamar untuk mengambil cardigan.

"Dis, pinjam mobil sebentar ya?"

Gadis langsung menyerahkan kuncinya begitu saja.

"Biar tidak ada yang tau kalau aku ngajak kamu," kata Rendra. Aku tau Rendra menjawab tanpa aku bertanya karena tatapanku dari tadi ke arahnya. Aku segera masuk dan memasang sabuk pengaman. Aku menyalakan musik agar tidak begitu sepi. Aku tidak tahu ke mana arah tujuan Rendra mengajakku. Dia berhenti tepat di lapangan Dengung Sleman. Karena ini malam minggu maka banyak yang menjajakan jajanan. Rendra meminta aku untuj turun. Tapi aku males. Akhirnya Rendra memesan wedang ronde dua porsi dan satu porsi bakso tusuk. Kami menikmati wedang ronde di dalam mobil.

Setelah wedang ronde dan bakso tusuk habis, Rendra mulai pembicaraan. Aku yang hanya diam membisu taj tahu harus mulai dari mana. Untungnya Rendra berhasil mencairkan suasana.

"Kamu tau alasan aku gak pernah menghubungi mu?"

Aku hanya menggeleng.

Dia langsung megenggam tanganku dan menatapku "aku hanya ingin mewujudkan apa katamu. Tapi dengan aku yang tidak menguhungimu bukan bearti aku tidak mencintaimu. Kamu tinggal nunggu sebentar saja. Semua akan mempermudah jalan kita. Tapi aku mohon, jangan sampai kamu membenciku atau bahkan mencari pelampiasab dengan laki-laki lain."

Rendra langsung memelukku. Dan bodohnya aku langsung luluh begitu.

“Jangan cuekin aku lagi ya? Jangan dekat dengan laki-laki lain selain aku ya? Aku cemburu.” Rendra mencium rambutku menyalurkan segala kerinduan yang selama ini dia simpan.

“Aku harus gimana? Aku gak tau?”

“Cukup kamu dukung apa yang aku lakukan. Semoga segera berakhir sesuai yang ku harapkan.”

Aku hanya mengangguk. Saat dia menguraikan pelukannya aku tak mampu menatap matanya. Aku takut dengan tatapannya. Tatapa itu yang selalu mengunci dan memuatku luluh.

Tiba-tiba Rendra mengecup bibirku singkat. Dia langsung menarik daguku agar menatapnya.

“Cukup kemarin kamu memberiku ujian dengan kamu meminta aku untuk menjauh dan kamu dekat dengan laki-laki lain. Kali ini jangan menyuruhku seperti itu lagi.”

Pukul sebelas kami sampai rumah, pintu rumah masih terbuka itu tandanya kalau Gadis belum tidur.

Rendra langsung turun dan menyerahkan kunci mobil Gadis ke aku. Karena aku tau Rendra sungkan jika malam-malam begini masuk ke rumah perempuan.

Memasuki rumah aku melihat Gadis senyum-senyum gak jelas kea rah ku. “Cie balikan.” Katanya.

Aku langsung melempar kunci mobilnya dan masuk kamar. Aku tau kalau Gadis tidak mungkin marah, malah dia tertawa terbahak-bahak melihat tingkahku.

Saat ingin memejamkan mata tiba-tiba ponselku bergetar. Ternyata dari Rendra.

Rendra: Sayang, langsung tidur ya. Ini sudah malam.

Rendra dari dulu selalu perhatian, dan perhatiannya itu yang membuat aku lluluh dengannya.

Mayang: Siap Bos.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status