Share

58 Bini Muda

Tiga hari pasca tespek itu, tetanggaku mulai berisik. Seperti biasanya julid. Julid. Julid. Seperti pagi ini. Nungguin Mang sayur sembari mengghibah ria.

Kemarin mereka ghibahin Mbak Agnes dan Mas Angga. Eh sekarang aku lagi yang jadi sasaran.

"Kamu nggak takut, Rum?" tanya Mbak Ambar memulai obrolan.

"Takut kenapa sih, Mbak?"

"Usia hampir 35 tahun kok ya masih hamil aja. Jaraknya kejauhan sama Gina, Rum."

"Nggak apa-apalah, Mbak. Ini rezeki kok, masak ditolak. Yang pengin punya momongan aja banyak loh, Mbak. Allah kasih rezekinya sekarang, jadi ya terima dengan ikhlas saja," balasku lagi sembari menyapu halaman.

"Iya sih rezeki, tapi umur segitu udah mulai rawan. Bulan lalu di kampung sebelah ada yang meninggal gara-gara lahiran usia 36 tahun. Anaknya hidup juga sakit-sakitan sekarang. Malah kasihan ya, nggak dirawat maksimal oleh orang tuanya," sambung Mbak Ambar lagi. Disertai anggukan yang lainnya.

"Itu udah bagian dari takdir, Mbak. Hidup, mati, jodoh dan rezeki kan udah ada yan
Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status