Kejadian di tahun 2050 Andonesia "Arkan, kau dimana?" tanya Berta, suaranya terdengar memburu Arkan untuk bergegas. "Aku mengemas semua yang diperlukan, berta apa kau melihat buku catatan kita soal sistem onshop?" Arkan mengapit handphonenya di antara bahu dan telinga sementara tangannya sibuk mencari sesuatu. "Arkan jangan macam-macam, bukankah kau yang membawa buku itu!! Kita sepakat hanya membuat satu catatan agar tidak ada yang bisa men duplikatnya!!" kata Berta gemas. Ia bahkan kesal dan mulai mengikat rambutnya yang tergerai sebahu. "Arkan cepatlah, para dewan akan datang untuk melihat mesin yang kita buat!!" desak Jonas juga. "Beri aku waktu!! Aku harus menemukan buku itu!!" kata Arkan kembali, namun di sela-sela pembicaraannya tiba-tiba ada bayangan melintas. Arkan langsung menghentikan obrolannya di telepon, ja mulai bersikap waspada. Mesin onshop yang ia dan timnya kerjakan belum diketahui oleh siapapun, namun tidak menutup kemungkinan ada yang tau tentang apa yan
"Uhuk!! Uhuk!! Uhuk!!" Nukud Darsa memuntahkan darah, dirinya terlalu banyak menggunakan ilmunya untuk membuka ruang waktu beberapa kali, Nukud Darsa sadar jika ia menggunakan ilmu itu, maka taruhannya adalah umurnya yang berkurang. Nukud Darsa tidak terlalu perduli dengan umurnya kini yang pasti tak ada yang tau tentang kekuatannya ini, ilmu yang diajarkan oleh Nukud Amba murid Nukud terhebat Nukud Barawa yang dihukum mati oleh Raja Saetan. "Nukud Darsa, apa yang terjadi kepadamu?" tanya pelayan Nukud. Nukud Darsa hanya tersenyum tipis. Ia kemudian melepaskan jubahnya dan menggantinya dengan baju biasa. "Jika para Nukud lain mencariku, katakan pada mereka, aku mengikuti perintah mereka, kini aku bahkan tidak bisa menggunakan ilmuku dengan benar," kata Nukud Darsa berbohong, ia menyeka darah dari bibirnya, menepuk bahu pelayan Nukud dan keluar dari ruangan pemurnian diri yang sudah lama ia gunakan. Pelayan Nukud terpaku dengan sikap tenang Nukud Darsa, Nukud Darsa bersi
"Fatta, awas dibelakangmu!!" teriak Lilia. Fatta langsung menoleh dan mengayunkan kapalnya secara bersamaan, "wush!! Kraaaak!!" Siluman Beruang langsung terkena kapak kembar Fatta. "Wush!! Blar!! Blar!!" Lilia dan Baxia membakar siluman beruang yang menyerang mereka. Ketika Rama pergi, siluman beruang menyerang markas Aliansi pahlawan, beberapa warga juga dievakuasi ke bunker bawah kantor Aliansi, sementara pahlawan yang memang berjaga di kantor Aliansi menahan serangan siluman beruang. "Bag!! Big!! Bug!!" Baxia dengan cepat melayangkan pukulannya. "Apa manusia yang menjadi siluman memang sebanyak ini?" kata Marko. "Kau tau lebih banyak manusia busuk ketimbang manusia baik!!" sahut Bram. "Gakgakgakgak!!" Tawa siluman beruang menggema, "kalian belum pernah merasakan hidup seperti kami, kalian enak jadi pahlawan, mendapatkan gaji, makan nikmat, tempat aman!! Sedangkan kami harus berjuang bahkan untuk hidup!! Apa layak kalian bicara dan menyebut kami busuk?!" Cerca siluman
"Bang Rama buku apa ini?" tanya Alan. Rama pulang tiba-tiba, membawa beberapa buku untuk Alan. Alan membuka setiap helai buku yang Rama berikan, namun buku bersampul coklat itu yang membuat Alan penasaran, ada beberapa gambar di buku itu yang membuat Alan tertarik. "Apa kau suka? Itu adalah buku untuk membuat onshop," jelas Rama. Mata Alan langsung berbinar, ia senang ketika mengetahui buku catatan itu untuk membuat onshop. "Benarkah bang? Ini untuk membuat onshop yang mampu mengeluarkan barang unik seperti yang abang Rama keluarkan?" tanya Alan penuh semangat. Rama mengangguk dan tersenyum tipis, sedangkan Jaya menatap Rama penuh rasa curiga. Ia bahkan duduk di depan Rama dan menatapnya dengan serius. "Rama kali ini apa yang akan terjadi?" tanya Jaya, karena terakhir Rama datang pasti ada suatu hal yang terjadi. Rama menatap bingung abangnya itu, "maksud abang? Aku datang hanya untuk memberikan buku kepada Alan," kata Rama lagi, ia bahkan dengan tenang menyesap teh es y
Rama menatap dengan serius ketiga pejabat di depannya, mereka sudah cukup berumur dan kini mempertanyakan sesuatu yang menurut Rama bisa mereka jawab. Hanya saja Rama tau kalau ketiga orang ini berniat untuk berdebat terlebih dahulu dengannya. "Baiklah, sebelum itu aku akan bertanya, darimana kalian mendapatkan gaji?" tanya Rama, pertanyaan itu membuat ketiga pejabat itu saling pandang. (Catatan: hukum yang ada di dalam novel ini adalah hukum buatan author, tidak mengambil hukum negara manapun di dunia nyata, karena ini hanya cerita fiksi) "Tentu saja dari upeti, sewa lahan, dan hasil penjualan kita ke luar kerajaan." kata Dharma menjelaskan. Rama mengangguk setuju, "lalu apa yang sudah dilakukan dari semua uang upeti, sewa lahan dan hasil penjualan itu? Apakah hanya masuk ke gaji kalian para pejabat dan kas kerajaan?" tanya Rama lagi. Ketiga pejabat itu kembali saling tatap, mereka kebingungan dengan maksud pertanyaan Rama. "Apa maksudmu kami harus membangun sekolah grati
"Kami menerima tantangan ini, lalu siapa yang akan menjadi penilai?" Dharma menatap dengan picik, jika tidak ada penilai maka pertarungan ini tidak perlu dilakukan. "Bagaimana kalau aku dan Raka yang jadi penilai?" tanya Amarta Handayani, ia datang bersama Raka Adipati, kedua orang ini selalu berpetualang bersama mengisi masa tua mereka. "Tuan!!" Dharma, Ajisaka dan Krisna langsung menangkupkan tangannya dan menunduk hormat. "Paman!!" Rama begitu senang setelah sekian lama tidak bertemu anggota keluarganya. "Rama, aku senang bisa menemuimu, kau sangat sulit ditemui!!" kata Raka, ia langsung memeluk dan menepuk bahu Rama. Dharma, Ajisaka dan Krisna menatap heran, mengapa kedua orang besar dan terkenal itu bersikap sangat baik kepada Rama, Raka Adipati dianggap guru pertahanan dan ahli strategi, sedangkan Amarta Handayani adalah guru bijak yang ahli dalam seni dan seorang sastrawan. Ternyata bukan hanya Raja Baskara yang mengenal Rama, kedua guru besar yang pernah menjabat seb
Nukud Amar mengiris telapak tangannya dengan pisau yang tajam, sebuah garis luka memanjang mulai mengeluarkan darah segar. Nukud Amar mengernyit sakit ketika telapak tangannya ia lukai, namun sakit itu tidak berlangsung lama karena Nukud Amar terbiasa dengan luka, namun luka kali ini akan ia buat untuk menulis perjanjian darah. "Seeettt.... Set... Set..." Nukud Amar mulai menggambar perjanjian darah di lantai, setiap sisi akan ada mantra darah dan Nukud Amar duduk bersila di tengah mantera darah yang ia buat. Nukud Amar mulai merapalkan mantera dari buku ilmu hitam keramat, ia mulai menutup mata dan cahaya terang dari mantera darah yang Nukud Amar tulis mulai membuka gerbang waktu ke masa depan tempat dimana ia meminta hari penumbalan akan terjadi. "Nukud Amar, apa yang kau lakukan di sini, para Nukud harus berkumpul di tempat suci," kata pelayan Nukud. Nukud Amar menatap sekelilingnya, ia berada di depan acara yang diselenggarakan untuk menumbalkan para manusia busuk t
"Siiiiinnnggg!!!" Gerbang waktu terbuka, mereka sampai di ruang bercahayakan lilin milik Nukud Amar. Rama mengintip keluar kotak penyimpanan dan mendapati ruangan itu kosong tidak berpenghuni. "Tidak akan ada yang datang, karena aku sudah berpesan untuk tidak diganggu." kata Nukud Amar lagi ketika mereka keluar dari kotak penyimpanan milik Rama. Rama tersenyum, ia lalu memegang kepala Nukud Amar dan memberikan hipnotis kegelapan, Rama hanya membisikkan tanggal dan tempat untuk melakukan penumbalan serta bersiap menangkap semua Nukud, kemudian tak ada yang Nukud Amar lihat di masa depan maupun masa lalu. Setelah itu Nukud Amar terbengong seraya mengucapkan tanggal dan tempat yang tadi Rama bisikkan. Sementara Nukud Darsa mengambil buku keramat ilmu hitam milik Nukud Amar. "Rama, buku ini simpanlah, aku takut jika buku ini dipelajari oleh orang lain dan dipergunakan secara salah, cukup kami saja yang melakukan dosa!!" kata Nukud Darsa menyerahkan buku keramat ilmu hitam kepa