Keesokan paginya, Agatha terbangun oleh suara lembut Rafka yang bersenandung dari dapur.
Agatha memutuskan mandi dengan cepat lalu berganti pakaian. Ia memutuskan untuk menggunakan dress bermotif bunga di atas lutut. Saat ini gadis itu terlihat sangat seksi.
Agatha menuju ke dapur dan menemukan Rafka tengah membuat pancake. Rafka hampir tidak bisa berkedip saat melihat penampilan Agatha.
“Apa kamu mencoba merayu aku huh?” tanya Rafka sambil menyeringai lalu mencium pipi Agatha.“Kamu kenapa?” tanya Agatha.
“Kenapa apanya?”
“Ceria banget pagi ini,” balas Agatha.
Beberapa hari kemudian, Rafka kembali meninggalkan Agatha. Kali ini, pria itu pamit karena harus pergi untuk perjalanan bisnis selama satu minggu kedepan.Setelah mandi yang menyegarkan, Agatha membuka lemarinya dan memilih pakaian. Ia berencana untuk mengunjungi pusat perbelanjaan hari ini. Rafka telah mengizinkan Agatha pergi asalkan gadis itu berjanji akan segera pulang setelah pergi dan dia juga akan dijaga pengawal yang Rafka pekerjakan untuk mengawasi Agatha.Seusai berbelanja dan memanjakan diri di salon, Agatha memasuki salah satu pameran galeri, ia merasa tertarik dengan beberapa gambar di sana.Agatha melihat seorang pria tengah berdebat dengan istrinya.“Aku lebih suka lukisan ini,” ujar sang suami.
Video Rafka dan Kiara membakar hati Agatha. Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. Agatha memutuskan untuk tidak langsung pulang dan pergi ke bar seperti biasa.Keesokan harinya, Agatha merasakan kepalanya sangat pusing. Entah berapa gelas minuman beralkohol yang ia minum semalam. Agatha menghela nafas kasar saat melihat ponselnya. Puluhan panggilan dari Rafka ia abaikan begitu saja. Agatha masih merasa kesal.Agatha memilih mandi untuk menyegarkan dirinya dan memutuskan pergi ke kafe terdekat. Berada di apartemen hanya mengingatkannya tentang Rafka.Tak lama, Agatha sampai di kafe dan langsung memesan minuman yang dapat menyegarkan pikirannya. Tiba-tiba pandangannya bertemu dengan seorang pria yang familiar. Agatha tampak terkejut begitupun pria itu.
Setelah makan malam, Jonathan mengantarkan Agatha kembali ke apartemennya. Mereka berdua keluar dari mobil.“Terima kasih untuk malam ini, Tha.”“Oke, thanks juga Jo untuk makan malamnya. Apa kamu mau ….” Sebelum Agatha dapat menyelesaikan ucapannya seseorang memanggil namanya. Agatha berbalik dan melihat David berjalan ke arahnya.“Bos akan segera datang,” bisik David.Mendengar namanya Agatha menjadi kesal. “Maaf, Jo. Tapi aku harus pergi sekarang,” ujar Agatha pada Jonathan sebelum meninggalkan pria itu.Agatha mengepalkan tangannya saat melihat David. Pasti pria itu yang sudah memberi tahu Rafka bahwa ia cukup sering bertemu Jonathan.
New YorkSetelah berhasil pergi dari pengawasan Rafka dan menjebak Agatha agar menggantikan dirinya, Adiva segera pergi menemui Darren, ayahnya.“Papa senang akhirnya kamu kembali, Tha.”“Iya, Pa. Aku juga senang bisa ketemu sama Papa,” balas Adiva sambil berusaha tersenyum. Selama ini, Adiva hanya mengetahui kalau Darren lah yang meninggalkan dirinya dan Riana. Namun, melihat kasih sayangnya terhadap Agatha, Adiva merasa bahwa ibunya pasti telah menutupi sesuatu darinya.“Aku juga senang akhirnya Kakak pulang ke rumah,” ujar Anne, adik tirinya dari pernikahan Darren dan Sofia.Melihat Anne kembali mengingatkannya pada Bella, adiknya. Entah sudah berapa tahun ia tidak melihatnya secara langsung sejak
Keesokan harinya, Adiva bangun dan langsung mengecek ponselnya yang tidak berhenti berdering. Ia melihat dari layar ponselnya sebuah nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali. Beberapa saat kemudian, Adiva mengangkat panggilan tersebut.“Halo, Tha,” sapa seorang gadis.“Lo kemana aja sih, Tha. Kangen banget tau kita. Semenjak sibuk ngejar si Sean lo jadi lupa segalanya. Mana pake ganti nomor lagi,” celoteh gadis itu.“Sengaja ya lo mau menghindar,” lanjut gadis itu.“Ponsel gue hilang,” balas Adiva singkat.“Pokoknya gue nggak mau tau malam ini kita ngadain pesta dan lo harus datang. Kalau nggak kita bakal pesta di rumah lo.” Gadis itu langsung menutup sambungan teleponnya begitu saja. Tak lama, ada sebuah pesan masuk dari nomor yang sama. Nomor itu mengirimkan sebuah lokasi bar kepada Adiva.Adiva menghela napasnya panjang. Ia tampak berpikir sejenak sampai akhirnya ia memutuskan untuk datang. Adiva tidak ingin teman-teman Agatha curiga kalau ia tidak hadir.***Malamnya, Adiva
Adiva mendesah dramatis dan langsung menenggelamkan tubuhnya di atas selimut berbulu berwarna merah muda milik Agatha. Ia membiarkan ponselnya lepas dari genggamannya.Pagi berikutnya, Anne membangunkannya sambil membawa segelas susu.“Kak, ayo bangun!”Adiva membuka matanya perlahan dan melihat wajah Anne tidak jauh dari wajahnya.“Kakak baik-baik aja?” ujar Anne sambil menaruh segelas susu itu di nakas samping tempat tidur Adiva.“Hmm … iya,” balas Adiva dengan suara serak khas bangun tidur.“Semalam Kakak keluar lagi?” tanya Anne sambil mengendus tubuh Adiva seperti anjing pelacak.
Seminggu kemudian, Adiva setiap hari berangkat ke kantor bersama Darren. Di hari pertamanya ia cukup banyak menyelesaikan pekerjaan hingga malam.“Sepertinya Papa melihat semangat yang berbeda dari diri kamu, Tha.”“Sepertinya aku mulai menyukai bisnis ini, Pa.,” jawab Adiva sambil menatap wajah Darren.Selama beberapa waktu tinggal bersama, Akhirnya Adiva dapat merasakan hangatnya kasih sayang Darren meskipun itu ditujukan untuk saudara kembarnya, Agatha.“Papa bangga sama kamu, Tha. Maaf kalau dulu Papa terlalu memaksamu, semua itu Papa lakukan karena hanya ingin yang terbaik untuk kamu,” ucap Darren.“Iya, Pa. Aku ngerti,” balas Adiva.Setelah sampai di kantor, Adiva bergegas memasuki ruangannya. Ia juga langsung memanggil Dion, orang kepercayaan Darren yang selama ini mengatur keuangan perusahaan.“Bukankah saya minta laporan bank … kenapa belum ada di meja saya?” tanya Adiva dengan tegas.“Saya telah mengirimkannya lewat email anda kemarin,” jawab Dion.“Laporan itu sama sekali t
Keesokan harinya, Adiva disambut oleh seorang pria tampan berambut cokelat dengan mengenakan setelan rapi.“Siapa kamu, dan kenapa ada di ruangan saya?” tanya Adiva.“Saya adalah akuntan baru yang anda minta ….”“Siapa yang memintamu?” tanya Adiva lagi sambil menaruh tasnya di atas meja.“Tuan Dion yang meminta saya,” jawab pria itu.“Siapa namamu?” Adiva meneliti penampilan pria itu dari atas sampai bawah, sebenarnya ia cukup curiga karena tiba-tiba Dion memberinya seorang akuntan.“Nama saya Leo,” balas pria itu.“Apakah saya sudah bisa mulai bekerja?” tanya Leo sambil menyibakkan rambutnya ke belakang dan tersenyum nakal ke arah Adiva.Adiva sama sekali tidak menghiraukan sikap Leo dan langsung menyuruhnya pergi untuk mulai memeriksa pembukuan.Tak lama, Alesya masuk ke dalam ruangannya. “Ada apa?” tanya Adiva.“Ini masih kantor papa. Jadi, tidak alasan untuk masuk ke ruang mana saja yang aku mau,” balas Alesya.Beberapa saat kemudian, Leo kembali masuk sambil membawa sebuah dokume