Share

Bab 62. Kamu Serius?!

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-21 05:34:57
Zayden berdiri perlahan dari kursinya—gerakannya tenang, tapi ada tekanan yang membuat ruang di sekitarnya terasa mengecil.

“Aku akan menganggap pembicaraan tentang istriku hari ini … tidak pernah terjadi.” Suaranya terdengar dalam dan berat, setiap katanya mengandung peringatan. “Dan jangan pernah sekali pun Anda menyelidiki hubunganku, apalagi menyentuh masa lalu istriku. Jangan pernah melibatkan dia terlalu jauh.”

Nada Zayden begitu tegas. Ia tidak berteriak—tak perlu—karena intonasi rendah dan mantapnya justru lebih menggetarkan. Sorot matanya menajam, seolah-olah menusuk Helena yang masih duduk di seberangnya.

Helena mengangkat alis sedikit. Senyumnya tipis, nyaris tak terlihat, namun cukup untuk menunjukkan bahwa ia tidak gentar. Wanita itu juga masih terlihat tenang seperti sebelumnya.

“Nenek tidak pernah bilang kalau nenek tidak menyukainya,” ucapnya santai, seolah mencoba meredakan bara api yang baru saja dilemparkan. “Entah informasi yang kudapat benar atau tidak… tapi dari c
Nychinta

Sepertinya Updateny terlalu malam, ya.. heheh! Ditunggu kelanjutannya, ya!

| 10
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 63. Suamiku Sendiri Contohnya!

    Udara di antara mereka jadi terasa berat. Tika menelan ludahnya sendiri, matanya tak berkedip menatap Alisha—berusaha membaca apakah ini sungguhan atau hanya gurauan level tinggi. Lalu, tawa Alisha meletup. Ringan dan renyah, memecah ketegangan yang menggantung. Ia menggeleng sambil menutup mulut dengan telapak tangan. “Duh, Tika! Mukamu barusan pucat banget, sumpah lucu banget ekspresimu!” Alisha terpingkal, menepuk-nepuk bahu temannya. Tika mendesah panjang, menepuk dada. “Astaga, Al! Kamu tuh ya… kalo mau ngelawak, yang lain aja topiknya! Jantungku kayak mau copot tahu gak!” “Tapi aku serius, loh.” Alisha masih tersenyum, tapi matanya tak bergeser sedikit pun dari wajah Tika. “Ya ampun, udah deh jangan becanda. Nggak lucu,” kata Tika setengah protes, tapi masih terlihat ragu-ragu. Alisha mendekat, mencondongkan tubuhnya, lalu berbisik pelan di telinga Tika, “Gimana kalau memang istri Pak Zayden itu ... aku?” Tika memundurkan tubuhnya sedikit, lalu melipat tangan di dada. “Kal

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 64. Tugas Baru

    Saat Alisha membuka pintu ruangan kerja Zayden, matanya langsung menangkap sosok pria itu yang berdiri membelakangi mereka, sibuk dengan telepon di tangan, suaranya rendah namun terdengar tegas. Arsel yang duduk di kursi tamu di depan meja kerja Zayden segera berdiri. Ia tersenyum sopan lalu menghampiri Alisha. “Nyonya Alisha,” sapanya pelan. Alisha membalas dengan anggukan kecil dan senyum manis, lalu melirik Zayden yang masih sibuk berbicara sambil membelakangi mereka. Suasana ruangan itu terasa sedikit tegang, tapi Alisha tetap memberanikan diri berbisik pelan pada Arsel. “Dia, lagi menelpon siapa?” tanya Alisha sambil bisik-bisik. “Dia lagi nelepon siapa?” bisiknya sambil sedikit mencondongkan tubuh. Arsel hanya tersenyum kecil, tampak geli melihat tingkah istri muda bosnya itu yang berusaha bergosip. “Nyonya Helena,” jawabnya singkat. Alisha membelalak pelan. “Nenek?” Arsel mengangguk. “Bukannya tadi sudah ketemu?” tanya Alisha lagi. “Mungkin urusannya masih belum seles

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 65. Tantangan Alisha

    Ruangan itu hening sejenak, hanya ada suara AC yang berdengung pelan. Zayden berdiri bersandar di meja, menatap Alisha yang berdiri tegap di depan pintu, lalu kemudian pria itu memberikan isyarat untuk menutup pintu lalu dia duduk di kursi kebesarannya.“Ada apa, Pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Alisha dengan nada formal..Zayden mengangkat alis. “Biasa saja ngomongnya. Nggak usah kaku. Cuma ada kita berdua di sini.”“Idih, tadi juga pas ada Arsel ngomongnya kaku banget.” Alisha menjawab dengan cemberut dan berjalan mendekat ke meja Zayden.Zayden menatap Alisha dengan sorot tajam. “Walaupun Arsel tahu hubungan kita seperti apa, kamu tetap harus bersikap profesional.”Alisha mengangkat alis. “Aku selalu profesional.”“Tetap hati-hati,” tegas Zayden. “Aku khawatir, kalau nanti ada orang lain selain Arsel, kamu kelepasan … dan hubungan kita ketahuan.”Alisha memutar bola matanya pelan mendengar ucapan barusan.Zayden mencondongkan sedikit tubuhnya, nada suaranya turun, tapi tajam. “

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 66. Jangan Membantah

    Begitu keluar dari ruangan Zayden, Alisha langsung dengan cepat mencari informasi. Matanya tak lepas dari layar komputer, jari-jarinya bergerak cepat membuka berkas-berkas digital, laporan klien, hingga data publik yang bisa diakses.Ia tahu waktu tidak banyak. Targetnya: sebelum jam makan siang, informasi itu harus sudah di tangannya.Beberapa kali ia harus menggigit bibir menahan kesal saat menemukan informasi yang terlalu umum. Tapi akhirnya, setelah menelusuri jejaring bisnis dan menghubungi beberapa kontak lama secara anonim, ia menemukan satu nama yang muncul berulang kali—dan itu bukan nama biasa.Austin Thamrin.Alis Alisha langsung bertaut. "Ini CEO-nya?"Lalu Alisha segera melihat ponselnya lagi, kontak yang dikirim oleh Zayden sama persis: Austin Thamrin. “Lah, kalau dia tahu orang ini kenapa dia tidak langsung menghubunginya sendiri saja?” Alisha kembali berbicara pada dirinya sendiri.Akan tetapi, kemudian ia menyandarkan punggung di kursi dan menarik napas dalam. “Zayden

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 67. Apa Mereka Sudah Saling Kenal?

    Langkah Alisha terdengar mantap di lorong kantor, meski dalam dadanya, ada gejolak yang tak bisa dia abaikan begitu saja. Ia sudah berada di luar ruangan Zayden sejak beberapa menit lalu, berdiri di dekat meja tinggi dengan berkas-berkas di tangan—dokumen yang telah dia susun rapi sesuai instruksi Zayden untuk pertemuan mereka dengan CEO Nusa Forward Global nanti sore. Namun, matanya tak kunjung tenang membaca detail dokumen itu. Justru pikirannya mengembara ke arah yang sama sekali tidak seharusnya. ‘Kenapa dia tiba-tiba jadi begitu, sih?’ pikir ALisha sambil menggigit bibir bawahnya pelan. Lalu, tiba-tiba kembali terlintas wajah Zayden, dengan ekspresinya yang akhir-akhir ini sedikit lebih lembut dari biasanya, terus mengganggu fokusnya. “Ih, apaan sih!” gumamnya lemah lalu mengacak rambutnya. Kemudian, Ia mendesah pelan dan merapikan letak kertas di tangannya. “Jangan bodoh, Alisha. Ingat pernikahan ini terjadi karena dia ingin menutupi aibnya dari keluarga besarnya itu,” gumam

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 68. Apa Kamu Bisa Menyelamatkannya

    Seketika atmosfer di ruangan itu berubah. Tegang. Padat. Seperti udara dipenuhi arus listrik. Wajah Austin mengeras, senyumnya pudar. Kilatan marah muncul di matanya, tapi ia menahan diri. Rahangnya mengencang. Tangannya mengepal, nyaris tak terlihat di balik meja, tapi cukup untuk menyampaikan satu hal—ia tersulut. Alisha menelan ludah. Ia bisa merasakan denyut nadi di lehernya berdetak lebih cepat. Matanya bergantian menatap dua pria di hadapannya, keduanya berdiri seperti dua kutub yang siap saling hantam kapan saja. Tak ada basa-basi. Tak ada formalitas manis. Kemudian, pikiran yang tidak masuk akal muncul dalam benaknya. ‘Apa dia ini kekasihnya Zayden?!’ Hanya saja, itu seperti tidak mungkin. ‘Tidak, tidak, tidak! Ini tidak masuk akal. Konyol sekali!" Alisha membantah pikirannya sendiri. Zayden tanpa diperintah duduk dengan santainya di sofa kulit berwarna hitam itu, lalu menengadahkan tangannya ke arah Alisha, memberikan isyarat pada wanita itu untuk memberikan file

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 69. Jadi Austin Adalah ....

    Sesampainya di mobil, Alisha masuk lebih dulu dan langsung duduk diam. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Tatapannya tertuju lurus ke depan, meski ekor matanya beberapa kali mencuri pandang ke arah Zayden yang kini duduk di sebelahnya—dengan wajah jauh lebih kelam dari biasanya.Banyak yang ingin ia tanyakan. Banyak hal yang memenuhi pikirannya. Tapi… Alisha memilih diam. Saat ini, ia tak punya cukup keberanian untuk mengusik ketegangan yang menggantung rapat di antara mereka.Sampai akhirnya suara berat Zayden memecah hening, dingin namun terdengar seperti tantangan.“Katakan, apa yang kamu mau?”Kalau sebelumnya dia sangat bersemangat dengan reward yang akan diberikan Zayden, tetapi kali ini dia tidak tahu apa yang dia inginkan dari pria itu, apalagi ancaman Austin terdengar sangat serius.“Aku tidak mungkin mengingkari ucapanku, kan? Kamu sudah berhasil membuatku dan Austin bertemu. Sesuai kesepakatan aku akan memenuhi janjiku.” Zayden berkata tegas.“Ah, itu ….” Suarany

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 70. Pembicaraan di Toilet

    Mendengar hal itu Alisha sontak menggeleng-gelengkan kepalanya, dia memandang Zayden dengan sorot mata yang cukup rumit. Entah kenapa dia merasa sangat berat menjadi Zayden. Sepertinya, dia bukan orang yang disukai di keluarganya sendiri.Mulai dari sepupunya Tania, lalu Tante Vivian, sekarang anaknya Vivian–Austin. Entah kenapa dia melihat Zayden sedikit berbeda. Namun, semua itu masih ditahannya untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya, mengingat saat ini mereka tidak hanya berdua saja di mobil ini.“Kenapa?” tanya Zayden mempertanyakan ekspresi Alisha itu.“Nanti saja,” ucap Alisha lalu melihat ke arah sopir itu, sementara Zayden mengangguk pelan, mengerti bahwa apa yang akan dikatakan Alisha sangat privasi untuk mereka berdua.“Malam ini kamu mau makan apa?” tanya Alisha mengalihkan topik pembicaraan mereka.“Apa saja yang kamu siapkan,” jawab Zayden singkat.Jawaban ini, jelas membuat Alisha menghela napas berat. “Ya sudah, jangan protes kalau kamu tidak suka dengan makanan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23

Bab terbaru

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 116. Aku Jawab Tidak

    Suasana di ruangan itu masih membeku. Zayden tetap diam di tempatnya, rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Tatapan matanya tidak sedikit pun bergeser dari wajah Helena.Helena menarik napas perlahan, menyandarkan punggung ke kursi antik yang didudukinya. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, tapi sorot matanya jelas menyimpan banyak makna.“Tak peduli kau suka atau tidak, Zayden. Posisi itu akan tetap jatuh ke tanganmu. Dan sebagai pemilik masa depan keluarga Wicaksana, kau tak boleh membuat keputusan yang sembrono, apalagi menyangkut urusan pribadi.”Zayden mendengkus pelan. “Jadi ini semua tentang kuasa?”“Bukan hanya kuasa,” jawab Helena pelan, tapi suaranya cukup untuk memotong udara. “Ini tentang garis warisan, reputasi, dan harga diri keluarga. Kau harus tahu, setiap langkah yang kau ambil akan selalu memiliki dampak. Bukan hanya untuk dirimu, tapi untuk semua orang yang membawa nama Wicaksana di belakangnya.”Zayden mengepalkan tangannya lebih erat, meredam emos

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 115. Karena Kamu Adalah Pewaris

    Zayden langsung mendatangi kediaman kakek dan neneknya. Dia tahu ini sudah waktunya untuk mereka beristirahat, hanya saja, Zayden tidak suka dengan cara neneknya yang menekan orang-orangnya. Setidaknya dia harus menyelesaikan masalah ini secepat mungkin! Bukankah dia juga mengatakan pada Arsel untuk segera menemuinya setelah dia sampai?Kali ini Zayden sudah di tahap tidak peduli dengan jam kunjungan tamu! Dia sungguh tidak bisa mentolerir tindakan neneknya lagi kali ini.“Tuan Zayden, Tuan dan Nyonya Besar baru saja istirahat.” Kepala pelayan di rumah ini berkata sopan pada Zayden.“Katakan pada Nyonya Helena, aku datang, kalau dia tidak menemuiku sekarang aku yang akan datang langsung ke kamarnya!” Zayden berkata dengan tegas. Ucapannya seolah-olah tak terbantahkan.“Tapi, Tuan … Nyonya pasti sangat lelah, pagi tadi beliau baru sampai dari luar kota dan juga langsung mengurus Tuan Besar ke untuk berobat dan —”“Katakan saja padanya aku sudah disini. Apa kamu tidak mengerti dengan bah

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 114. Permasalahan

    Beberapa jam sebelumnya.Saat Arsel memasuki kediaman Keluarga Wicaksana, selalu saja ada hal yang perlu dia waspadai, jelas ini akan berkaitan dengan Zayden. Hanya saja, kali ini dia masih belum bisa menebaknya secara jelas.Arsel mengiringi langkah Danti yang membawanya ke ruang kerja Helena.“Masuklah Pak Arsel, Nyonya sudah menunggu di dalam.” Danti menghentikan langkahnya tepat di depan pintu besar itu.“Terima kasih,” ucap Arsel lalu mendorong pintu itu.Baru saja menutup pintu, aura dominan ruangan ini sangat menekannya. Bahkan walau dia sudah terbiasa dengan Zayden yang memang tampak dingin itu, Helena jauh lebih dari itu.“Duduklah,” ucap Helena dengan suara datar, menyuruh Arsel untuk duduk di sofa tamu.Arsel mengangguk sopan, dalam hati jelas sudah tenang. Apalagi tatapan Helena sangat tajam dan menusuk.Kemudian Helena membawa beberapa file dan meletakkannya di atas meja yang ada di depan Arsel.“Ini … apa Nyonya?” tanya Arsel pelan, di depannya sudah ada amplop coklat bes

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 113. Diketahui Nyonya Besar?

    Di tempat lain, jauh dari hiruk pikuk hotel tempat Zayden dan Alisha berada, suasana di sebuah ruangan megah dengan interior klasik-modern itu terasa tenang, hanya diisi suara detik jam dinding antik yang menggema pelan.Helena Wicaksana duduk anggun di balik meja kerjanya. Di hadapannya, secangkir teh melati masih mengepulkan uap harum. Wanita paruh baya itu tampak tenang, membaca sebuah laporan yang baru saja diberikan asistennya, Danti.Senyum tipis mengembang di wajah Helena saat beberapa lembar foto terpampang jelas — Zayden dan Alisha, tertangkap kamera sedang berjalan berdua, duduk berdekatan, bahkan sebuah foto samar ketika Zayden tanpa ragu memegang tangan Alisha di pinggir pantai.Bahkan laporan video tentang keduanya juga terlihat jelas saat ini, hal ini membuat Helena mengangguk pelan, walau dalam hatinya masih tersirat sedikit kecurigaan terhadap hubungan keduanya saat melihat foto dan video ini rasanya semuanya memudar begitu saja.Helena menegakkan duduknya. “Sepertinya

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 112. Pamer Kemesraan?

    Usai mandi, Alisha tampak jauh lebih segar. Rambutnya yang masih sedikit basah di bagian ujung dibiarkan tergerai alami, menyentuh bahu dengan manis. Wajahnya bersih tanpa riasan berlebih, hanya sedikit sapuan lip balm dan bedak tipis yang membuat kulitnya terlihat cerah alami. Mengenakan blouse merah muda sederhana dipadukan celana kain lembut, penampilannya tampak rapi sekaligus nyaman.Baru saja ia selesai merapikan rambut di depan cermin, suara bel kamar terdengar pelan namun jelas.TING TONG!Alisha refleks menoleh saat suara bel terdengar, lalu berjalan santai ke arah sekat kamar. Begitu membuka pintu, aroma segar dari tubuhnya masih samar tercium, menyisakan suasana nyaman di ruang itu.Dari ruang tengah, terdengar suara ringan Farhan yang sempat ingin berdiri. Namun sebelum sempat melangkah, Alisha sudah bersuara. “Eh, kalian lanjutkan saja. Pasti itu dari hotel, bawain sarapan,” ucapnya santai dengan senyum kecil.Ketiganya langsung menoleh, dan Zayden yang tengah duduk di sof

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 111. Jangan Berani Macam-Macam

    Suasana di ruangan itu tiba-tiba membeku. Alisha berdiri kaku di ambang pintu, matanya langsung menangkap sosok Zayden yang sudah terlihat segar dan rapi dalam balutan kemeja dan celana dasarnya, menatap ke arahnya sambil menggeleng pelan. Ekspresi pria itu seakan berkata tanpa suara, ‘Nah, itu salahmu sendiri, aku tidak memberitahukan hubungan kita pada temanmu.’Tika yang sejak tadi masih terbelalak akhirnya memberanikan diri membuka suara.“Al, kamu…,” ucapnya, tapi kalimat itu menggantung di udara. Wajahnya jelas menunjukkan banyak pertanyaan, namun sadar ini bukan situasi untuk interogasi terang-terangan, apalagi Zayden ada di antara mereka.Alisha buru-buru menyambut ucapan setengah jadi itu dengan senyum kaku. “Ah, iya… kalian ini… sedang kerja, ya?”‘Ya ampun, Alisha… tentu saja mereka kerja! Apa coba yang mereka lakukan kalau bukan kerja?!’ batin Alisha berteriak panik dalam kepalanya.Tika, Farhan, dan Aldian saling pandang cepat. Ketegangan masih terasa menggantung, sementar

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 110. Ketahuan

    Alisha tidak pernah membayangkan kalau dia akan mendapatkan adegan manis dalam hidupnya seperti saat ini, bahkan bermimpi pun rasanya dia tidak berani. Banyak hal yang rasanya sangat tidak mungkin baginya, tetapi nyatanya dia ada bersama Zayden saat ini.“Ahhhhh … kenapa aku senang sekali?” Alisha berkata dengan senyum lebarnya, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya itu, dengan cara menggerak-gerakkan tubuhnya dan memegangi lengan Zayden yang melingkar di bawah dagunya.“Dasar berlebihan,” ucap Zayden santai, lalu melepaskan tangannya dan memutar tubuh mungil itu hingga menghadap ke arahnya.Mata bulat Alisha berkedip-kedip sesaat sebelum akhirnya benar-benar melihat ke dalam mata Zayden yang cukup tenang.“Ke-na-pa liatnya begitu?” tanya Alisha.Zayden hanya menggeleng pelan lalu mendesah berat. “Apa kamu yakin bisa bertahan untuk tidak meninggalkanku?” Pertanyaan tiba-tiba ini membuat Alisha terkejut.‘Aduh! Kenapa sih dia merusak suasana bagus gini dengan bertan

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 109. Panggilan Khusus?

    Aldian merasa sangat terpojok saat ini, apalagi pandangan kedua rekannya ini seolah menekannya untuk berkata dengan jujur. Dia menimbang-nimbang sesuatu, apa harus dia berbicara atau tetap diam saja.“Hei, kamu mau ceritain sama kita atau … nggak? Atau kamu sudah tahu hubungan gelap mereka?” Tika kembali menekan Aldi.“Ih, apaan sih kalian, udah lagian mau mereka ada hubungan gelap atau nggak kan gak ada efeknya di kita.” Aldian berkata dengan suara beratnya.“Nggak bisa gitu dong! Alisha itu teman kita, kita tidak boleh membiarkan dia merusak hubungan orang lain, dan jadi wanita simpanan!” sahut Tika lagi.“Lagian sepertinya kamu tahu sesuatu deh, Aldi!” Kali ini Farhan menatap tajam ke arah Aldian.“Udah kayak perempuan aja, kamu Farhan, mau-maunya bergosip.” Aldian berkata santai.“Ah, ternyata memang benar ya!” Tika menarik kesimpulan sendiri dari apa yang dia perhatikan dari Aldian.“Kalau begitu aku harus menghubungi Alisha segera! Dia harus diperingatkan! Dia tidak boleh menjadi

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 108. Kecurigaan Rekan Kerja

    Langkah keduanya terdengar pelan di koridor hotel yang sepi. Hanya denting samar pendingin ruangan dan suara langkah kaki mereka yang bergema di sepanjang lorong. Zayden tetap menggenggam tangan Alisha sejak tadi, tanpa banyak bicara. Genggamannya kokoh, hangat, dan Alisha tidak menolak hal itu.Dia hanya ingin menikmati waktu kebersamaan ini saja.Sesekali, Alisha melirik ke arah pria di sampingnya. Wajah Zayden seperti biasa — datar, nyaris tanpa ekspresi. Tapi justru itu yang membuatnya memiliki daya tarik tersendiri.“Melihat terus ke arahku apa kamu mau membuat lubang di wajahku, hehm?” Zayden melirik ke arah Alisha.“Apaan sih!” Alisha berkata dengan senyum malu-malunya, lalu melihat tangannya yang masih dalam genggamam Zayden. Dia menyukai kebersamaan seperti ini. Ini benar-benar pengalaman pertama untuk Alisha!Namun, begitu lift berjalan turun ke lobi, Alisha buru-buru menarik tangannya dari genggaman Zayden.Zayden menoleh, alisnya sedikit berkerut. “Kenapa?”Alisha merapika

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status