Masuk“Akan lebih baik kalau kau tidak pernah membuka matamu lagi.” Saat Sophie membuka mata setelah koma tiga tahun lamanya, dunianya berubah. Ingatannya sebelum kecelakaan lenyap, dan lebih mengejutkan lagi, orang tua Sophie telah menjualnya dalam pernikahan dengan Lucas Campbell, seorang pria dingin dan berkuasa, demi menyelamatkan perusahaan mereka. Di antara pernikahan yang mendadak dan keluarga yang membalikkan punggungnya, Sophie mencari potongan ingatan masa lalunya yang terkubur dan pertanyaan besar yang mengganggu: Apa yang sebenarnya terjadi sebelum kecelakaan yang merenggut ingatannya?
Lihat lebih banyak“Dia membuka matanya!”
Suara dari dua orang perawat yang berjaga di kamar Sophie terdengar memenuhi ruangan. Sophie masih berusaha menggerakkan tangannya yang terasa berat, mencoba memahami tempatnya berada.
Tapi tidak peduli berapa lamapun dia menatap langit-langit di atasnya, ia masih merasa warna putih yang memenuhi penglihatannya terasa begitu asing.
Rasa sakit yang sebelumnya tidak terasa mulai menjalar ke seluruh tubuh Sophie. Lehernya terasa sakit seolah ia baru saja terbangun dari tidur yang panjang. Jemarinya sulit digerakkan.
“Segera hubungi keluarganya!”
Perintah lain menyusul suara derapan kaki yang bergerak mendekatinya. Seorang dokter datang beberapa saat kemudian untuk memeriksa Sophie telah dikerumuni perawat.
“Bisakah Anda menggerakkan tangan Anda? Bisakah mengikuti gerakan pena ini dengan mata Anda?” dokter itu menanyakan satu per satu sambil mencatat setiap gerakan. Sophie berusaha mengikuti, tubuhnya masih bergetar mencoba mempertahankan posisi duduknya yang terasa menyiksa.
“Apa anda mengingat sesuatu yang menyebabkan anda berakhir di sini?”
Sophie hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia sudah berusaha untuk mengingat sejak tadi, tapi yang bisa ia ingat hanya memori saat ia baru saja kembali dari merayakan ulang tahun Ryan, kekasihnya, di sebuah restoran mewah yang dipilih oleh pria itu sendiri.
Tapi selanjutnya terasa begitu kosong. Tidak ada hal lain yang bisa ingat sesudahnya.
“Anda sudah mengalami koma selama tiga tahun.” ucap sang dokter dengan tegas.
“Ti.. tiga tahun?” Suara Sophie bergetar. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Apakah ia adalah lelucon?
Tapi kalender yang berdiri di atas meja kecil yang berada di samping tempat tidurnya berkata lain. Angka 2025 tertulis dengan pasti di dalamnya.
Tunggu, bukankah sang dokter berkata bahwa ia telah mengalami koma selama tiga tahun? Ia mengingat dengan jelas tanggal kemarin, 27 April 2021, tepat di ulang tahun Ryan.
“Kecelakaan anda terjadi pada Juli 2022. Apa anda tidak mengingat apapun pada hari itu ataupun hari sebelumnya?”
Sophie mengerjap. Dadanya naik turun cepat, kepalanya berdenyut hebat seperti ada palu yang menghantam dari dalam. “Juli… 2022?” Ia berbisik pelan, suaranya nyaris hilang. “Tidak… tidak mungkin. Kemarin… aku masih bersama Ryan. Ulang tahunnya… 27 April 2021…”
Sophie melihat secara sekilas dua orang perawat tadi saling bertukar pandang di belakang dokter yang duduk di hadapannya dengan tatapan saling bertanya-tanya.
Sang dokter menghela nafas panjang dan melepaskan kacamatanya, manatap Sophie dengan tegas.
“Sepertinya anda mengalami amnesia sebagian,” ucapnya. “Hal seperti ini biasa terjadi apabila anda mengalami koma dalam waktu yang lama. Beberapa memori anda akan tetap utuh, namun sebagian lain… bisa hilang, kabur, atau terputus.”
Mata Sophie terbelalak tidak percaya, amnesia sebagian? Apa hal seperti itu bahkan masuk akal? Lalu di mana orang tuanya?
Sophie merasa gejolak di dalam dirinya, dia membutuhkan seseorang. Siapapun. Untuk menyadarkannya bahwa ini semua bukanlah mimpi.
Tapi belum sempat ia mengatakan apapun sang dokter kembali membuka mulutnya. “Kami sudah menghubungi keluarga anda, dan sepertinya suami anda juga sedang berada dalam perjalanan kemari.”
“Apa? Suami…?” Sophie berkata tidak percaya. Apa dia sudah menikah dengan Ryan di masa yang tidak mampu ia ingat itu?
Belum sempat Sophie menguasai dirinya dari keterkejutan yang timbul karena perkataan sang dokter, pintu ruangannya terbuka secara tiba-tiba.
Seorang pria dengan tubuh tinggi yang tegap berdiri di depan pintu. Pakaiannya rapi dengan jas yang terlihat mahal. Matanya yang tajam menatap Sophie seolah menghakimi.
Tapi tidak peduli sekuat apapun Sophie mencoba mengingat, ia tidak bisa meraih ingatan tentang pria itu. Apakah ia adalah rekanan bisnis orang tuanya? Atau seseorang yang ia temui di masa-masa yang tidak bisa Sophie ingat?
Tapi kenapa dia menatap Sophie dengan begitu jijik seolah ia telah melakukan kesalahan pada pria itu?
“Hm, tidak terduga.” Suara berat pria itu akhirnya terdengar, kedua lengannya menyilang di depan dada, menunjukkan dengan utuh ketidaksukaannya. “Akan lebih baik kalau kau tidak pernah membuka matamu lagi.”
Sophie yang mendengarkannya merasakan darahnya berdesir, matanya melirik ke arah dokter dan perawat yang masih di sana. Tapi tidak ada seorangpun yang menunjukkan keterkejutan atas apa yang baru saja dikatakan oleh pria itu.
“Nona Sophie, Tuan Lucas, suami anda sudah tiba.”
Lucas menjauhkah wajahnya dari Sophie, tangannya masih memegang bahu istrinya itu. Tapi wajahnya yang menatap Sophie terlihat begitu kebingungan.“Apa?” tanyanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tapi tangan Sophie yang masih berada tidak jauh dari wajahnya seolah menegaskan bahwa itu bukan hanya pikirannya saja.“Tidak mau.” ucap Sophie lagi, menegaskan kembali apa yang baru saja ia katakan.Mulut Lucas terbuka, seperti ingin mengatakan sesuatu, hanya untuk dia tutup lagi. Pria itu benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi.Tapi Sophie tidak ingin memberikan kesempatan bagi Lucas untuk berpikir, ia membuka pintu kamar mandi dan…BLAM!Ia membanting pintu tepat di hadapan wah Lucas yang masih terperangah.Lucas berdiri mematung di depan pintu kayu yang kini tertutup rapat. Hidungnya nyaris bersentuhan dengan permukaan pintu itu saking cepatnya Sophie membantingnya.Ditolak?Dia? Lucas Campbell? Ditolak oleh istrinya sendiri, tepat saat suasana sedang sedang menduku
Sophie masuk ke ruang sidang itu dengan nafas yang terasa begitu berat. Tangannya menggenggam lengan Lucas dengan begitu erat, Sophie bahkan yakin ia bisa saja meninggalkan tanda di lengan suaminya itu.“Ingat perkataanku Sophie.” Lucas berkata, memahami apa yang dirasakan oleh Sophie saat ini. “Katakan kalau kamu tidak nyaman dan kita akan pergi saat itu juga.”Sophie mengangguk. Tapi bahkan walau ia tahu Lucas akan selalu berada di sampingnya, Sophie tidak bisa menghilangkan rasa takut dan memori buruk yang tetap menghantuinya.Sophie melihat sekeliling, menyapu sekeliling ruangan. Sebuah keputusan yang buruk, karena detik berikutnya tatapannya justru jatuh pada Ryan yang juga sedang melihat ke arahnya.“Sophie!” panggilnya, suara Ryan sedikit parau. Sophie berniat untuk mengabaikan panggilan dari pria itu, tapi Ryan berdiri dengan cepat dari tempat duduknya.Ingatan pada hari terakhir pertemuan mereka di tempat parkir apartemen milik Maya menghantam Sophie. Bagaimana pria itu menco
Sophie meremas tangannya sendiri dengan kuat. Sekarang saja mereka sibuk ingin bertemu dengannya?Kemana mereka saat ia masih terbaring di ranjang rumah sakit? Atau saat Sophie direndahkan di pesta keluarga mereka sendiri.“Katakan kalau aku tidak ingin bertemu dengan mereka.” ucap Sophie. Ia berusaha untuk terdengar tegas, walau sebenarnya dadanya berdetak kencang karena informasi yang diberikan oleh pelayan itu.“Apa anda yakin, Nyonya?” tanya pelayan itu lagi.“Ya.” Sophie akhirnya bangkit dari tempat duduknya, berniat menjauh dari pelayan itu sebelum ia mendengar satu pertanyaan lagi yang bisa membuatnya goyah. “Minta mereka mengingat apa yang mereka janjikan pada Lucas.”Sophie berjalan beberapa langkah sebelum akhirnya kembali membaikkan tubuhnya. “Katakan juga pada mereka jika mereka datang kemari lagi, aku akan mengatakannya pada Lucas. Dan Lucas akan membuat mereka membayar karena melanggar perjanjian yang telah dibuat sebelumnya.”Pelayan itu akhirnya membungkuk dan terburu-
Jari-jari Sophie gemetar saat meraih ponsel itu dari tangan Lucas. Tulisan Ayah yang muncul di layarnya membuat dada Sophie berdenyut, antara kerinduan yang coba ditahan wanita itu sembunyukan dan kemarahan yang terus mencoba meledak.Lucas mengamati reaksi Sophie tanpa berkata apa pun, memberi ruang bagi istrinya untuk berpikir sejenak.“Sudah ada puluhan panggilan tak terjawab, dan beberapa pesan singkat,” ujar Lucas akhirnya setelah menunggu beberapa lama. “Sejak semalam, setelah Kevin memberikan laporan itu pada mereka.”Sophie menelan ludah, ragu untuk bertanya. “Apa isi pesannya?” Sophie bahkan tidak tahu apakah dia benar-benar ingin tahu atau tidak.“Aku belum membukanya. Itu hakmu, bukan aku,” jawab Lucas. Ia mengangkat bahunya pelan. “Tapi aku bisa membayangkan isinya. Penyesalan, permintaan maaf, dan mungkin… pengakuan bahwa mereka salah mempercayai rumor tentangmu selama bertahun-tahun.”Air mata Sophie mulai menggenang, tapi bukan karena perasaan haru. Tapi karena bayangan
“Apa ada sesuatu di wajahku?” Lucas bertanya dengan kening yang berkerut saat ia merasakan tatapan tajam dari Sophie sepanjang sarapan.Wanita itu bahkan tidak repot-repot menyembunyikan kerutan diantara alisnya, seolah sengaja menunjukkan ketidaksenangannya pada Lucas.“Tidak ada.” Sophie menjawab sambil kembali memperhatikan makanan di piringnya. Tapi ia hanya berakhir memainkan makanan yang berada di sana dengan sendoknya.Lucas memperhatikan dengan curiga, tapi berakhir menyerah untuk menebak apa lagi yang sedang terjadi pada Sophie.“Bagaimana tubuhmu hari ini?” tanya Lucas, mencoba mengalihkan topik.“Baik-baik saja, obatnya membantu.” Sophie menjawab walau wajahnya terlihat tidak ingin terlibat dengan percakapan itu.Lucas menarik nafas, tapi tetap melanjutkan pertanyaannya. “Apa kamu sudah selesai makan? Kamu terus memainkan makananmu.”“Sudah.” Lucas menggeser beberapa botol obat yang sudah disiapkan di atas meja makan menjadi semakin dekat dengan Sophie. “Minum obatmu kalau
Lucas hanya bisa terdiam saat mendengar pertanyaan Sophie. Tatapan mereka bertemu, dan Lucas dapat melihat jelas kecemasan yang berusaha disembunyikan istrinya.Sejujurnya, Lucas tidak pernah benar-benar memikirkannya. Namun setiap kali ia melihat Sophie, selalu ada dorongan aneh dalam dirinya. Keinginan untuk memberi semua hal yang wanita itu inginkan. Lucas menyukai cara Sophie menatapnya, cara wanita itu mengalihkan pandangan ketika sedang gelisah, dan bagaimana pipinya memerah setiap kali Lucas menciumnya, meski pria itu sudah melakukannya berkali-kali.Tapi apakah itu cinta?Sebelum Sophie, Lucas bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia menjalin hubungan. Hidupnya berputar pada tuntutan keluarga, ambisi, dan pekerjaan. Ia menghabiskan bertahun-tahun mencoba membuktikan dirinya tanpa memikirkan hal-hal seperti perasaan.Lucas tidak menjawab pertanyaan Sophie. Sebagai gantinya, ia mengangkat tangannya dan menarik tengkuk Sophie perlahan, memiringkan kepala wanita itu. Ia menghapu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen