Bab untuk malam ini, ya!Akhirnya gak ngaret di jam kunti, ya. (ღ˘⌣˘ღ) Yuk bantu cerita ini biar naek terus dan Chinta makin berkobar membuatnya cerita ini bisa terus update min 3 bab lah... wkwkwk kiriman dukungannya berarti banget weh biar bikin tambah semangat... (づ ̄ ³ ̄)づ sayang kalian banyak-banyak!
Melihat raut wajah suaminya berubah seketika membuat Alisha langsung bertanya, “Kenapa?”Zayden diam sebentar lalu berkata, “Minggu depan akan ada acara di rumah Kakek dan Nenek, biasanya semua anggota keluarga wajib datang.”Mendengar itu, Alisha mengerjapkan matanya dan jelas ada rasa khawatir dalam hatinya.“Termasuk Tante Vivian, Tania dan si Austin, semuanya pasti akan hadir. Dan ini, aku yakin berhubungan dengan masalah kita juga.” Zayden berkata dengan suara tenang, tetapi jelas Alisha bisa merasakan kekhawatiran pada pria itu.“Apa masalah kontrak pernikahan ini sebenarnya sudah tersebar di keluargamu?” tanya Alisha dengan suara bergetar.Bukan tanpa alasan Alisha bertanya demikian, karena saat mengatakan kalau ini berhubungan dengan masalah mereka, bisa dipastikan berita ini sudah menyebar ke kalangan internal keluarga Zayden. Alisha hanya memastikan anggapannya benar.Zayden menarik napas panjang dan mengangguk. “Ya.”Tubuh Alisha rasanya lemas mendengar kata yang meluncur d
Zayden tak langsung menjawab. Sebuah senyum tipis — entah lega atau kagum — muncul di sudut bibirnya. Dia mendekat, mencondongkan tubuhnya hingga wajah mereka hanya terpisah beberapa sentimeter.“Kamu yakin, Sha?” tanyanya lirih. Ada nada berbeda di sana. Bukan keraguan… tapi seolah Zayden sedang memastikan, untuk terakhir kalinya.Alisha menggigit bibirnya, lalu mengangguk kecil. “Aku yakin.”Zayden tersenyum samar. Jemarinya masih membelai pipi Alisha sebelum akhirnya berbisik, “Kalau begitu … setelah ini, dunia bakal tahu siapa Alisha Gayatri-ku.”Dan di detik itu, entah kenapa dada Alisha kembali bergetar hebat.Hanya saja, Zayden terkekeh kecil setelahnya. “Boleh kita publikasikan hubungan kita, tapi setelah semua masalah ini mereda, karena saat ini kalau kita mengumumkannya, akan membuat masalah baru.” Zayden lalu menggosok pelan kepala Alisha.“Untuk sementara, biarlah kalangan terbatas saja yang tahu bagaimana hubungan kita.” Zayden berkata santai.Alisha yang sempat merasakan
Sampai di dalam mobil, Alisha masih melihat kosong ke arah depan, otaknya masih berisik tentang keputusan yang dibuat oleh Helena tentang pemecahan masalah mereka ini. Bukankah ini terasa sedikit tidak masuk akal?Tidak! Itu hal yang sangat masuk akal dan penyelesaian yang paling tepat! Tidak ada yang salah, toh mereka memang sudah menikah, kan?“Hei, apa yang kamu pikirkan?” Suara Zayden lembut mengalun lembut di telinganya, hingga membuat buyar suara berisik dalam kepalanya yang memaksa Alisha untuk terus berpikir.“Ah, itu … maksudku … masalah tadi, rencana nenek …!” Ya Tuhan …, entah kenapa tiba-tiba Alisha menjadi kesulitan bicara seperti saat ini!Zayden lalu tertawa kecil melihat Alisha yang sedikit kesulitan untuk mengatakan apa yang ingin dia utarakan.“Masalah ucapan nenek untuk punya anak, kamu tidak perlu terlalu tertekan, sudah kukatakan pada mereka, aku serius dan aku sangat memegang ucapanku, Alisha. Aku tidak akan memaksamu.” Zayden berkata santai.“Kamu … serius, kan
“A-anak?” ulang Alisha dengan mengerjapkan matanya.Berbeda dengan Alisha yang tampak terkejut, wajah Zayden terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah memperhitungkan apa yang ada dalam rencana Helena ini.“Tentu saja, untuk membuat semua orang percaya kalau perjanjian itu palsu, selain isinya yang terasa tidak masuk akal, dengan hadirnya anak semua masalah itu bisa terselesaikan.” Helena berkata datar.Belum sempat Alisha menjawab pernyataan Helena barusan, Martha langsung menimpali, “Dalam pernikahan tentu kalian menginginkan buah hati, kan?”Ya! Tidak ada yang salah dengan pernyataan para orang tua ini, hanya saja, rasanya Alisha masih tidak siap! Dia kembali melihat ke arah Zayden, tidak ada tanda-tanda pria itu akan membantah atau bicara sepatah kata pun.Apa mereka harus melakukannya?Tidak bisakah secara perlahan saja?Kalau terpaksa bukankah ini terlalu dini untuk hubungan mereka?Ya Tuhan! Rasanya Alisha belum siap untuk saat ini!Mata Alisha meredup saat Zayden menatapnya
Suasana di meja makan itu kembali hening setelah pernyataan Martha. Alisha hanya bisa menunduk, pikirannya berkecamuk. Seakan-akan setiap keping puzzle tentang Zayden mulai menemukan tempatnya."Lalu, kenapa mama sangat khawatir kalau Zayden memiliki perilaku ... menyimpang?" tanya Alisha masih dengan nada hati-hati."Itu ... Karena setelah kejadian itu, Zayden menutup diri dan ... sangat anti dengan perempuan. Lalu gosip menyebar dengan cepat, entah siapa yang memulai tapi yang jelas rumor itu terasa sangat nyata dan dia tidak pernah membantah." Martha menambahkan penjelasannya.Alisha diam, mencerna semua informasi yang baru saja masuk ini.“Setelah ini, kamu masih ada waktu luang, kan?” tanya Martha pada Alisha memecahkan keheningan yang sempat tercipta sebelumnya setelah dia mengatakan tentang masa lalu Zayden.“Ah,” ucap Alisha sedikit terkejut, karena sebelumnya dia sibuk dengan pikirannya sendiri.“Sudah, Alisha, mama yakin itu sudah berlalu dan sudah lama, saat ini lebih baik
Pintu lift terbuka, Martha melangkah lebih dulu keluar, sementara Alisha menyusul di belakangnya, masih menyembunyikan segala kekacauan di dalam dadanya.Sepanjang perjalanan ke mall, Martha banyak bercerita hal-hal ringan. Tentang bisnis keluarga, tentang hobi masa mudanya, sampai soal betapa sulitnya dulu membesarkan Zayden yang keras kepala sejak kecil.Sementara Alisha mendengarkan dengan sedikit tidak berkonsentrasi. Dalam obrolan mereka, Alisha mengetikkan pesan untuk Zayden.[Kapan kamu menyiapkan ini?]Terkirim.Hanya saja sepertinya Zayden belum sempat membacanya.Mobil terus melaju hingga akhirnya tiba di sebuah mall mewah di pusat kota.Martha langsung melangkah sigap menuju butik-butik pakaian berkelas, yang harga satu potongnya bisa setara dengan gaji bulanan seorang manajer. Tapi anehnya, Alisha tidak terlalu canggung. Mungkin karena dulu Yumi sering menyeretnya ke tempat-tempat seperti ini, hanya saja waktu itu Alisha selalu menolak saat Yumi memaksanya berbelanja baran
Alisha terdiam beberapa detik, dia tidak menyangka kalau semua hanya semacam ujian?!Namun, detik berikutnya dia tiba-tiba terpikir tentang masalah perjanjian pernikahan itu. Pagi tadi Zayden membahasnya, kalau sampai perjanjian itu diketahui oleh keluarga yang lain jelas ini akan memicu konflik internal dan juga parahnya kalau sampai berita itu keluar lagi, jelas akan membuat efek domino pada W grup.“Tapi Ma … perjanjian itu bagaimana Mama bisa mendapatkannya? Apa keluarga yang lain tahu tentang masalah ini? Apa ini akan menjadi masalah yang besar?” Alisha bertanya dengan memberondong pertanyaan itu sekaligus, terlihat rasa khawatir di sana.Jelas hal ini membuat Martha makin melebarkan senyumnya. “Ah, ternyata kamu memang istri yang baik, bahkan kamu berpikiran sampai ke sana.”“Itu … tentu saja aku kepikiran, karena Zayden pasti memikirkan hal ini semalaman tadi.” Alisha mendesah berat.Hal itu membuat Martha mengerutkan keningnya karena terkejut. “Zayden memikirkan semalaman? Tapi
Alisha diam, dia tidak tahu lagi bagaimana cara untuk mengatakan pada Martha kalau hubungan mereka sudah sangat serius dan bahkan sepertinya mereka tidak memerlukan perjanjian gila itu lagi untuk saling mengikat satu sama lain.“Apa kamu benar-benar keberatan untuk berpisah dengan Zayden?” tanya Martha.Alisha menegakkan kepalanya. “Tentu saja. Bahkan saat dunia tidak ada yang membela kami, selagi Zayden yang tidak mengucapkan kalimat pisah, maka aku akan terus berada di sisinya.”Tekad itu terdengar kuat.“Apa kamu yakin dengan Zayden kalau dia benar-benar melakukan hal yang sama? Tidak ingin berpisah darimu?” tanya Martha datar, tatapan wanita itu masih tajam ke arah Alisha.Alisha membalas tatapan Martha padanya, pancaran matanya memperlihatkan kesungguhan dan juga sebuah kekuatan besar di sana. “Ternyata, keluarga Zayden selalu ikut campur dalam urusan pribadinya. Apa kalian tidak kasihan dengannya? Apa kalian tidak pernah memikirkan perasaannya?”Martha masih diam, sementara Alish
Suasana ruang kerja Zayden terasa lebih dingin dari biasanya. Alisha duduk di sofa dengan punggung tegang, sementara Martha berdiri di hadapannya, ponsel masih tergenggam erat di tangan.“Jadi…” suara Martha memecah keheningan. Tatapannya lurus, penuh tuntutan. “kamu tidak membantah tentang perjanjian pernikahan ini, kan?”Alisha menghela napas panjang, menundukkan pandangannya sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Iya, Ma. Itu memang perjanjian pernikahan kami dan aku menyetujuinya dengan sangat sadar.”Jawaban itu menggantung di udara, menciptakan celah ketegangan yang nyaris bisa diraba. Martha mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Martha tidak menyangka kalau dia akan mendengar kejujuran yang sangat cepat.Sejujurnya Alisha sangat bingung, apa yang harus dia perbuat, karena … sudah banyak kebohongan-kebohongan yang mereka ciptakan, rasanya untuk dijelaskan juga sudah percuma, malah akan memperumit keadaan dan menumpuk masalah baru, apalagi Martha sudah mengetahui perjanjian it