Share

Bab 108

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-09-12 10:08:08

Jannah mendengus kecil lalu berkata, "kamu coba bertemu saja dengannya dan lihat apa yang dia lakukan."

"Jannah dengarkan aku dulu!"

Jannah menutup telepon tanpa menjawab, membuat Naila frustrasi di seberang sana. Dia sudah membuat janji untuk bertemu Dokter kandungan untuk memeriksan keadaannya, namun dia juga penasaran dengan rencana Cahyo yang ingin bertemu dengannya.

"Ke Cahyo dulu baru ke dokter kandungan, sekalian nanti labrak Deon setelah tahu semua permainannya dan Vincent... kamu akan habis!" geram Naila dengan wajah penuh keyakinan.

---

Siang itu, Cahyo duduk di sebuah kafe mewah di pusat kota, tempat yang dia pilih untuk pertemuannya dengan Naila. Tangannya gemetar saat menggenggam cangkir kopi, lututnya bergoyang tak sabar.

Beberapa menit kemudian, Naila masuk dengan celana kulit ketat dan jas kulit hitam dibalik kaos tipis berwarna putih di dalamnya, rambutnya terikat kepang sebagian dan sebagian lagi bercat hijau.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 167

    Jannah memejamkan mata, hatinya mencubit perih mendengar nama putranya disebut. “Alfie akan baik-baik saja. Dia punya semua orang di sini yang menjaganya. Bella mungkin yang terbaik untuknya sementara aku…” ia menahan tangis, “…aku hanya ingin dia tidak tumbuh dengan melihat ibunya terus menderita.”"Biarlah dia menganggap aku sudah mati.""Hush! Hush! Jangan bilang begitu! Tidak boleh, Jannah. Kamu akan terus hidup dan membuktikan kepada mereka bahwa kamu akan hidup dengan baik dan panjang umur!"Mereka saling merangkul dan membagi airmata.****Langit Tokyo sore itu tampak kelabu, awan menggantung berat seolah mengikuti suasana hati Deon. Di sebuah ruangan rapat hotel mewah, ia tengah duduk bersama sejumlah tamu penting dari Jepang. Mereka sedang membicarakan kerjasama besar yang seharusnya menguntungkan perusahaan Mahendra.Hari ini, tepatnya pukul tujuh malam nanti, dia harus naik pesawat dan kembali

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 166

    Senyum tipis terukir di wajah Kakek Robert. “Bagus. Itu baru cucu yang bisa kubanggakan.”“Tapi,” Deon menambahkan cepat, tatapannya tajam, “Jannah harus ikut denganku. Aku tidak akan meninggalkannya.”Untuk pertama kalinya malam itu, Kakek Robert tertawa. Tawa rendah dan getir, membuat bulu kuduk Deon berdiri, menatap sang Kakek dengan wajah penuh kecurigaan."Kenapa kamu tidak tanyakan, apakah dia mau ikut bersamamu?"Deon berdiri dengan canggung lalu melangkah pergi seraya berkata ketus, "dia akan ikut. Aku tidak memberikan pilihan kepadanya. Pembicaraan ini kita akhiri di sini."Kakek Robert mengelus kepala tongkatnya dengan tenang sambil menatap kepergian Deon.“Kau pikir aku tidak tahu isi kepalamu, Deon?” katanya akhirnya dalam keheningan. “Sebelum kau sempat meminta, aku sudah melangkah lebih dulu. Aku sudah menemui Jannah. Aku sudah mengatakan padanya apa yang seharusnya ia denga

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 165

    Jannah menunduk, air matanya jatuh tanpa henti. “Jangan salahkan dirimu, Naila… ini semua bukan salahmu. Aku masih hidup, itu sudah cukup. Aku… sudah belajar menerima, meskipun sakit. Kamu juga baik-baik saja dan kita masih bertemu, itu adalah lebih dari cukup.”Naila segera memeluk sahabatnya lagi, "aku sungguh merindukanmu, Jannah.""Aku juga..."Isak tangis haru mewarnai ruangan itu dan dua laki-laki pendamping mereka hanya menyaksikannya dengan rasa haru bercampur gembira.Afgan, yang berdiri di dekat ranjang, menatap mereka dengan tatapan tenang. Ada ketulusan di sorot matanya saat melihat Jannah berusaha menguatkan diri di hadapan Naila. Dan entah bagaimana, keberadaan pria itu membuat Jannah merasa sedikit lebih baik. Ia merasa tidak sendirian.Naila menggenggam tangan Jannah erat. “Kamu tidak akan sendirian lagi, Jannah. Aku di sini, dan aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Kita tetap akan bersama-sama.”

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 164

    Di lorong gelap, Deon menahan diri dengan kedua tangannya menekan dinding. Dia mendengar dengan jelas kalimat yang dikatakan Alfie, namun dia tidak bisa melakukan apapun untuk memperbaiki hubungan antara ibu dan anak tersebut.Selama ini, Jannah memang selalu sakit-sakitan dan Deon merasa, bukan kesalahan Alfie bila memilih Bella yang selalu berada di sisinya.Bayangan mimpi buruknya kembali terlintas, bercampur dengan kenyataan pahit yang baru saja ia lihat. Ia merasa, sedikit demi sedikit, dirinya mulai terpinggirkan dari “keluarga” yang seharusnya ia lindungi.Deon menghubungi Cahyo dan Cahyo menerangkan bahwa yang memberikan akses masuk adalah Kakek Robert.Tidak ada yang bisa melakukan apa pun, termasuk Deon.***Keesokan harinya, hari masih pagi dan matahari baru saja menampakkan sinarnya. Di kamar yang sunyi, Naila perlahan membuka mata. Pandangannya sempat kabur, tubuhnya masih terasa lemah, namun setidaknya kesadaran tel

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 163

    Bella mengeluh tubuhnya sangat sakit, wajahnya dibuat semanis mungkin, seolah sedang menahan rasa tidak nyaman.“Deon…” suaranya melengking manja, “…tolong pijitin aku ya, badanku benar-benar pegal. Kamu kan paling tahu bagian mana yang harus ditekan.”Deon yang duduk di samping sofa hanya menoleh sekilas. Tangannya masih mengusap kepala Alfie yang bersandar di pangkuannya. Anak itu tampak tenang, tak bersuara, hanya memeluk pinggang ayahnya erat-erat, seakan mencari perlindungan tanpa berkata apa-apa.Melihat diamnya laki-laki itu, Bella cemberut dan masih berusaha, "Deon, tanganku dibungkus perban dan kaki juga patah, aku tidak mungkin menyuruh tukang kusuk untuk memijit tubuhku yang terasa remuk ini."Deon mengembuskan napasnya lalu melangkah dengan malas menuju ke ranjang. Memijit bahu Bella perlahan.Di sudut ruangan, Kakek Robert duduk di sofa panjang, sejak tadi menyaksikan semuanya dan han

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 162

    Dokter Afgan masuk dengan stelan jas rapi. Wibawanya langsung menguasai ruangan, langkahnya mantap seolah setiap lantai yang ia injak tunduk pada kehadirannya. Matanya menatap lurus ke arah Jannah atau lebih tepatnya, ke perut Jannah.“Anakku,” ulangnya lagi dengan nada penuh kepastian. “Kau tidak akan menyangkalnya, Jannah.”Deon berdiri dari kursinya, wajahnya memucat bercampur amarah. “Apa maksudmu?” suaranya berat, hampir seperti geraman. "Bagaimana kau bisa masuk?"Dokter Afgan tersenyum tipis, meski sorot matanya tajam. “Maksudku jelas. Anak itu… darah dagingku.”Jannah tercekat, tubuhnya bergetar hebat. Ia tak pernah bisa kembali bertemu dengan Afgan dengan cara seperti ini.“Diam!” Deon melangkah maju, berdiri tepat di hadapan Dokter Afgan. “Jangan main-main di depanku. Anak itu Jannah kandung dari rahimnya sebagai istriku. Kau tidak berhak mengaku seenaknya!”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status