Share

Bab 74

Author: Runayanti
last update Huling Na-update: 2025-08-23 09:08:34

Bagaimana Jannah lalu menangis dan dia yang tidak diizinkan masuk ke rumah Deon walau hanya untuk melihat keadaan Jannah saat itu.

Karena itu juga, Deon tidak pernah menyentuh Jannah lagi selama tujuh tahun pernikahannya.

“Kalau benar dugaanmu… aku tidak ingin tahu. Aku tidak sanggup melihatnya,” ucap Naila lirih, matanya berkaca-kaca. Ia melepaskan genggamannya pada gagang pintu dengan putus asa. “Lebih baik aku tunggu di bawah.”

Namun sebelum berbalik, dia berteriak ke daun pintu itu kembali, "Deon, perlakukan Jannah dengan baik! Jangan buat dia pingsan lagi! Kumohon!" suara Naila bergetar seiring langkahnya berbalik dan meninggalkan ruangan itu.

Afgan menatap punggung Naila yang menjauh dengan langkah tergesa, ada segurat iba di wajahnya. Ia paham perasaan Naila yang gundah dan penuh kekhawatiran. Jannah bisa pingsan kapan saja.

Ia menghela napas panjang, kemudian menurunkan tangannya dari pintu.

Naila duduk

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 92

    Deon berdiri membeku di podium, matanya menatap layar dengan sorot membunuh. Suara bisik-bisik tamu undangan kian membesar, menjadi riuh rendah penuh gosip.Bella menutup mulutnya, berpura-pura terkejut. Namun dalam dadanya, jantungnya berdegup kencang, antara panik dan puas. Dia tahu, dia sudah berhasil dengan telak!Kakek Robert yang duduk di kursi kehormatan langsung bangkit berdiri, wajahnya merah padam. “Matikan! MATIKAN SEKARANG!!!” bentaknya, membuat beberapa teknisi panik berlarian ke ruang kontrol.Tapi sudah terlambat.Video itu sudah terputar, dan rekamannya sudah tersebar ke puluhan kamera wartawan. Alfie juga melihatnya dengan jelas.Postur dua insan yang sedang berciuman itu benar-benar sudah membuat kedua mata Deon mendidih. Merasa dipermalukan, apalagi para wartawan sudah mulai menyerbu dengan berbagai pertanyaan:"Apakah Anda memang sudah tahu semuanya? Tentang istri Anda yang berselingkuh?""Pak Deon, apa

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 91

    Jannah menaikkan sudut bibirnya, memberikan senyum singkat tanpa mengeluarkan perkataan apa pun.Naila mendengus kasar, kemudian menoleh ke layar ponselnya lalu ke arah Jannah yang tampak semakin rapuh. “Lihat itu! Mereka tampak bahagia… dengan Bella di sampingnya, seolah-olah kamu ini nggak pernah ada! Alfie, anakmu sendiri, bahkan bilang dia nggak tahu di mana ibunya. Sakit nggak dengarnya, hah?!”Air mata Jannah akhirnya jatuh tanpa bisa ditahan. Bahunya bergetar hebat, dan ia menutup wajah dengan kedua tangannya. Tentu saja perih!Naila menarik napas panjang, mencoba meredakan emosinya. “Kamu harus sadar, Jan. Kamu nggak bisa terus terjebak di sini, menunggu belas kasihan Deon atau Kakek Robert. Mereka udah menempatkan Bella di posisi yang seharusnya jadi punyamu. Kalau kamu bertahan, kamu bakal hancur sendiri.”Jannah menggigit bibirnya, menahan isak. Dalam hatinya, seribu rasa bercampur jadi satu, ada sakit, marah, dan

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 90

    Namun sebelum Dokter Afgan sempat mengucapkan sepatah kata pun, suara titik merah di celah daun pintu yang sedikit terbuka sedang merekam dengan ponselnya tanpa mereka sadari.“Bagus…” suara itu terdengar manis, tapi penuh racun.Wanita berambut sebahu dengan senyum lebar penuh kemenangan. Di tangannya, kamera digital masih menyala. Namun, beberapa saat dia segera pergi meninggalkan lokasi itu. Dia melangkah masuk ke dalam mobilnya dengan santai, menatap layar kameranya sambil tersenyum puas. “Harga video ini,” katanya sambil mengibaskan kamera kecil itu, “cukup untuk membayar uang sekolah anakku selama setahun.”"Tentunya setelah ku-edit beberapa part!"Di dalam ruangan, terjadi keheningan yang abadi sampai Jannah mengangkat ponselnya dan menghubungi Naila."Naila, kamu datang sekarang. Aku pingsan lagi dan saat ini, hanya Dokter Afgan yang berada di sini."Naila segera memacu mobilnya menuju

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 89

    “Ayah!” ibunda Deon memprotes. “Kau lihat sendiri keadaannya! Jannah tidak bisa ikut ke lelang!”“Kesehatannya tanggung jawab dokter,” jawab Kakek Robert datar, penuh kuasa. “Yang terpenting, acaranya tidak boleh gagal. Dunia bisnis menunggu Deon, Bella, dan Alfie tampil. Itu bagian dari rencana besar keluarga ini.”"Mereka adalah sebuah keluarga yang ingin saya umumkan, bukan perempuan yang selalu pingsan ini!" Kakek Robert mengarahkan ujung tongkatnya ke arah Jannah yang masih belum sadar. Kedua matanya memicing tajam seolah wanita itu benar-benar adalah beban dan penganggu dalam keluarganya.Deon yang sejak tadi menahan emosi akhirnya bersuara, suaranya rendah namun bergetar. “Kakek, aku nggak nyaman ninggalin Jannah kayak gini. Lihat dia…”Tatapan Kakek Robert menajam. “Dengar aku, Deon. Acara ini lebih besar dari masalah rumah tanggamu. Kamu akan pergi bersama Bella dan Alfie, t

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 88

    Tanpa sepatah kata, Deon melepaskan mantel dan menaruhnya di kursi, lalu meraih sisi ranjangnya sendiri. Ia berbaring pelan, memunggungi Jannah, menarik napas panjang, dan memejamkan mata. Tak ada percakapan, tak ada sentuhan. Hanya dua hati yang berbaring berdampingan, terpisah oleh jarak yang tak kasat mata.Entah sejak pukul berapa, keheningan yang nyata itu membuat kedua insan itu tertidur dengan posisi saling bertolak belakang. Dalam diam, dan tenggelam dalam pikiran masing-masing yang cukup panjang dan rumit.Pagi harinya, sinar matahari perlahan menembus kamar, menerpa wajah Jannah yang pucat. Nafasnya berat, tubuhnya terasa lemah luar biasa. Kepalanya berdenyut, nyeri menjalar hingga ke persendian. Fibromyalgia-nya kembali kambuh akibat stres semalam.Jannah berusaha bangun perlahan, namun pandangannya berkunang. Peluh dingin membasahi pelipisnya, membuat tubuhnya semakin lemas. Tangannya meraba meja di samping ranjang, mencari obat yang selalu ia simpan

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 87

    Lalu, dengan sengaja, Bella mencondongkan wajahnya, bibirnya hampir menempel di bawah telinga Deon.“Deon…” bisiknya manja, cukup keras untuk terdengar oleh Jannah di balik pintu. "Kamu bau alkohol, tapi aku menyukainya."Tepat setelah itu, Bella mengecup bawah telinga Deon dengan sengaja.Hancur.Seolah dunia runtuh di hadapan Jannah. Suara detak jantungnya menggema di telinga, sementara udara seakan hilang dari paru-parunya. Ia mundur selangkah, menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan isak yang nyaris pecah.Deon sama sekali tidak menyadari pandangan Jannah dari balik pintu. Dia hanya terus berjalan ke kamar Bella, menurunkannya di ranjang dengan hati-hati."Sudah, kamu istirahatlah, aku akan kembali ke kamarku.""Ehh, jangan! Maksudku, tunggu sebentar!" pekik Bella seraya menaikkan lututnya, memegang mata kakinya dengan mata yang mulai basah.Di luar, Jannah menutup pintu kamarnya perlah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status