Share

Bab 73

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-08-22 10:08:13

Deon melirik ke arah pintu dengan kesal. “Bilang pada mereka, kami sedang 'senam pagi'… jangan diganggu!” serunya keras.

"Senam pagi?"

Afgan dan Naila saling bertukar pandang, sementara Dokter Amalia terlihat tidak tertarik. Dia hanya memainkan ponselnya.

Di dalam kamar, Jannah menatap Deon dengan mata melebar. “Senam pagi apaan! Dasar…!” Ia buru-buru memukul dada Deon, kali ini cukup keras karena kesal.

Namun bukannya menjauh, pukulan itu justru membuat tatapan Deon semakin panas. Ada api yang menyala di matanya, gairah yang sulit ia sembunyikan.

“Jangan lihat aku seperti itu,” desis Jannah, berusaha menutup wajah dengan selimut.

"Kamu terlihat cantik dan segar sekali hari ini, diriku sungguh berhasrat penuh sekarang."

"Eh, Deon. Kau gila! M-mereka sedang berada di luar!"

Deon hanya tersenyum miring, lalu dengan gerakan pelan ia meraih kedua tangan istrinya, menahannya agar tid

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 205

    Senyum tipis muncul di bibir Afgan. Ia mendekat, lalu tanpa memberi waktu bagi Jannah untuk menolak, tangannya mengambil novel itu dengan hati-hati.“Sayangku,” ujarnya lembut sambil menyentuh bahu Jannah, “lihat… belakangan ini kesehatanmu sudah mulai pulih. Jangan membaca terlalu malam. Aku tidak ingin kesehatanmu terganggu kembali.”Ia menunduk, matanya menatap perut Jannah yang mulai tampak bulat. “Lihat perutmu itu, dia sudah mulai mengeluh berat, bukan?”Jannah spontan mengelus perutnya dengan gerakan pelan, senyum hangat muncul di wajahnya. “Dia sehat,” ucapnya dengan suara lembut yang nyaris seperti bisikan. “Dan aku yakin… dia akan lahir cantik.”"Tentu saja."Afgan mengangguk perlahan, ekspresi wajahnya seolah penuh kasih, meski di balik matanya ada sesuatu yang tersembunyi.Dengan lembut dia mengelus perut Jannah lalu berjongkok di hadapannya dan mendekatkan

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 204

    “Puas,” jawab Afgan datar. “Aku akan mengirimkan bayaran sesuai kesepakatan. Pastikan tidak ada salinan lain yang tersisa.”“Baik, Tuan. Sesuai instruksi.”Panggilan berakhir. Afgan menatap layar ponselnya beberapa detik, lalu memutar ulang video itu sekali lagi. Tatapannya tajam, tapi bibirnya membentuk senyum keji yang nyaris menyerupai kemenangan.“Lihatlah, Deon Mahendra…” bisiknya pelan. “Kau akan tahu bagaimana rasanya kehilangan segalanya. Seperti yang Ayahku rasakan dulu, karena kalian!”Ia menatap ke luar jendela, ke arah langit kelabu yang menurunkan hujan salju tak henti. “Kali ini… yang kubakar bukan hanya perasaanmu, tapi seluruh harga dirimu, terutama perusahaanmu.”"... dan Kakek tua itu, dia akan hancur duluan!""Ha ha ha..."Suara tawa kecil keluar lagi dari bibirnya. Ia memutar video itu sekali lagi, memperhatikan setiap detik wajah

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 203

    Tomy menyentuh dagunya lembut, memaksanya menatap lurus ke arahnya. “Biarkan aku di sisimu. Setidaknya... sampai aku bosan untuk menjamahmu.”“Kau ... ingin memanfaatkan aku lagi,” desis Bella, tapi suaranya kali ini tak lagi sekeras sebelumnya. Ada getar halus di sana, antara ketakutan dan kerinduan akan sentuhan manusia yang tulus. Bella merasa mulai masuk ke dalam perangkap laki-laki itu tapi dia tidak bisa keluar.Tomy tersenyum, lalu berdiri dan memeluk Bella erat, menempelkan kepala Bella di perutnya lalu mengelusnya lembut seperti sedang mengelus kucing.“Aku hanya ingin kamu menikmati masa muda yang bahagia... karena setiap inchi dari tubuhmu juga menginginkan itu.”Tomy menarik ujung handuknya dan membiarkan handuk itu jatuh ke lantai. "Aku mengharapkan kamu sudah mengerti apa yang kuinginkan saat ini."Bella menahan napasnya lalu mengikuti irama sentuhan laki-laki itu yang mulai menuntunnya kembali ke r

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 202

    Tomy hanya tersenyum tenang. Ia mendekat lalu duduk di samping Bella, tanpa meminta izin, tanpa rasa bersalah. Tangannya yang besar dan hangat terulur, menyentuh rambut Bella dengan lembut."Bukan mengancam, hanya berjaga-jaga... mana tahu kamu tidak mau bertanggung jawab."Bella menoleh, menatapnya dengan tatapan bingung, "bertanggung jawab?""Ya, kamu lari setelah membuatku jatuh hati... itu namanya tidak bertanggung jawab.""Lalu..."“Karena aku tahu kamu akan butuh aku lagi,” ujarnya, kembali mengelus ujung rambut Bella yang jatuh di bahunya. “Bukankah kamu tetap bisa berada di sisi Deon bila sudah memiliki seorang anak? Suamimu itu bahkan tidak perlu tahu anak siapa itu... dan kita tetap bisa bersama.”Bella membeku. Matanya membulat tak percaya. “Apa maksudmu?” suaranya bergetar, antara marah dan takut.Tomy menatapnya penuh percaya diri, bibirnya melengkung dalam senyum setengah. “Kamu

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 201

    Bab 201"Kita sama-sama suka, bukan?"Bella menoleh ke arah lain dengan mata yang sudah terisi penuh air mata. Dia tidak boleh menangis di hadapan pria itu."Aku menunggumu jam lima sore, mandilah supaya wangi ya?"Usai mengatakan itu, Tomy membuka pintu dan melambaikan tangan.Di dalam kamar, Bella berlutut di lantai lalu menangis sepuas-puasnya. Menjerit dan mulai membanting semua barang yang mudah pecah.Para pelayan merasa aneh dan bingung mendengar keributan yang ada di dalam kamar majikannya, tetapi tidak ada seorang pun yang berani mendekat karena mereka tidak ingin menjadi sasaran empuk kemarahan perempuan itu.***Jam lima sore, tepat ketika Bella turun dari taksi, ia berdiri di depan pintu rumah Tomy dan menelusuri rumah yang sederhana lalu merasa jijik."Kau tidak kaya, walau tampan dan kemampuanmu di atas ranjang cukup baik, itu tidak akan membuatku menjadi milikmu," gumamnya setengah berbisik."Aku mau

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 200

    Bab 200Bella menunduk, memainkan ujung selimut di pangkuannya dengan canggung. “Aku hanya… banyak pikiran.”Tommy mencondongkan tubuh sedikit ke depan. “Tentang Deon?”Bella mengangkat wajahnya pelan, matanya berkaca-kaca. “Tomy, jangan mulai… Hubungan kita, maksudku, semalam adalah... kesalahan.”“Kesalahan?” tanyanya cepat. “Aku bisa melihatnya dari caramu menahan napas setiap kali menciumku dan tubuhmu bergetar hebat saat aku menyentuhmu, apakah itu kesalahan yang disengaja?"Hening.Suara detik jam dinding terdengar begitu jelas di tengah udara yang menegang itu.Bella memejamkan mata. “Aku tahu aku salah. Tapi aku tidak tahu lagi harus menjelaskan kepadamu. Hubungan ini tidak seharusnya terjadi. Aku punya keluarga dan..."Tomy menatapnya lebih lekat lalu meraih dagunya sehingga tatapan mereka menyatu. “Kamu merasa bersalah... Mungkin karena ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status