LOGINYasmine segara menarik pintu agar Shita tidak masuk ke dalam. Namun, Yasmine kalah cepat dengan gerakan Shita yang mencoba masuk ke dalam rumah. Shita mendorong tubuh Yasmine hingga membentur dinding.
“Au!” Yasmine merintih ke sakitan. “Mampus!” Wajah Shita menyeringai. Yasmine mencoba melawan Shita. Namun, lagi-lagi Shita di luar Nurul. Ia mengeluarkan pisau dari tas kecilnya. Yasmine melotot ia panik. “Aduh, kalo aku mati gimana?” batin Yasmine. “Kamu akan ke surga!” Tawa Shita pecah. Yasmine berlari masuk ke dalam kamar. Shita langsung mengejar Yasmine. Dok … dok … Shita memukul dengan keras pintunya. “Buka Yasmine!” Ia histeris. Yasmine mengambil ponsel menelepon Sesil. Tak butuh lama Sesil langsung mengangkat telepon. “Kamu di mana!” Suara panik Yasmine membuat Sesil khawatir. “Ada apa?” Sesil bingung.Sesil melihat ke arah sapu tangan itu. Ia mengambil lalu mengusap air matanya. Butuh waktu 10 menit untuk sampai ke rumah sakit. Mereka berdua keluar mobil lalu ke IGD. Reno berlari ke ICU ternyata mereka berdua masuk ruang itu. Sesil mencari sosok Ebra tidak ada di IGD. “Reno lari ICU,” ucap Dimas karena rumah sakit itu milik keluarganya. “Ayo, ke sana!” Sesil menarik tangan Dimas. Mereka bergegas ke sana. Sampai di sana Dimas dihampiri seorang dokter lain. “Dok, harus dioperasi.” Dokter itu berkata serius. “Pendarahan dan luka dalam?” tebak Dimas. “Iya.” Dokter itu memberi tahu. “Aku akan menyelamatkan Pacarmu!” Dimas pergi sambil menatap wajah Sesil yang sendu. “Tolong bantu aku,” lirih Sesil dengan suara bergetar. Sesil dengan berat hati menghubungi keluarga Ebra agar datang ke rumah sakit. Ebra butuh persetujuan operasi. Sesil ber
Yasmine segara menarik pintu agar Shita tidak masuk ke dalam. Namun, Yasmine kalah cepat dengan gerakan Shita yang mencoba masuk ke dalam rumah. Shita mendorong tubuh Yasmine hingga membentur dinding. “Au!” Yasmine merintih ke sakitan. “Mampus!” Wajah Shita menyeringai. Yasmine mencoba melawan Shita. Namun, lagi-lagi Shita di luar Nurul. Ia mengeluarkan pisau dari tas kecilnya. Yasmine melotot ia panik. “Aduh, kalo aku mati gimana?” batin Yasmine. “Kamu akan ke surga!” Tawa Shita pecah. Yasmine berlari masuk ke dalam kamar. Shita langsung mengejar Yasmine. Dok … dok … Shita memukul dengan keras pintunya. “Buka Yasmine!” Ia histeris. Yasmine mengambil ponsel menelepon Sesil. Tak butuh lama Sesil langsung mengangkat telepon. “Kamu di mana!” Suara panik Yasmine membuat Sesil khawatir. “Ada apa?” Sesil bingung.
“Mau anter makan malam.” Sesil memberikan piring nasi plus lauk pauk.“Nanti setelah ini aku bisa ke sana lagi. Ngapain repot-repot.” Dimas datar.“Nggak perlu.” Sesil meninggalkan Dimas begitu saja.Brak …Sesil menutup pintu dengan keras. Dimas tahu itu, ia meremas pinggiran piring.“Ternyata dia menyadari.” Dimas masuk ke dalam.Setelah makan malam selesai, Sesil dan Yasmine mengobrol di dalam kamar. Mereka terlihat intens sekali. Sesil bingung akan memulai dari mana mengobrolnya.“Dari tadi kamu gelisah, kenapa?” Yasmine menaruh ponselnya di atas nakas.“Kamu jangan tersinggung ya,” ucap Sesil hati-hati.“Ngomong saja, jangan sungkan.” Yasmine tidak sabar.“Ini tentang Kak Dimas.” Sesil terlihat serius.Lampu yang redup membuat Yasmine tidak nyaman. Ia pun menyalakan lampu kamar agar lebih terang.“Kenapa dia?” Yasmine duduk di tepi ranjang matanya ke arah lantai sambil me
“Dia temen kecil aku, Sil.” Yasmine berjalan masuk ke dalam apartemen. “Oh.” Sesil merasa ada yang aneh pada Dimas. “Apa cuma perasaanku saja,” batin Sesil mengikuti Yasmine berjalan. Waktu terus berjalan menjelang makan malam pun tiba. Yasmine dan Sesil sudah masak banyak untuk makan malam. “Ebra sudah kamu hubungi belum?” tanya Yasmine terlihat sudah lelah. “Sudah, sebentar lagi datang.” Sesil tersenyum. Ting … tung … Suara bel berbunyi Sesil berdiri lalu membuka pintu. Ternyata bukan Ebra melainkan Dimas. “Silakan masuk.” Sesil datar. “Terima kasih,” balas Dimas masuk ke dalam. “Halo, Kak!” sapa Yasmine. “Ini buat kamu.” Dimas memberikan sesuatu untuk Yasmine. “Makasih, Kak!” Yasmine tersanjung. Mata Sesil melihat jika Dimas menyukai Yasmine. Namun, Yasmine yang tidak peka. “Pasti sakit
“Mama kenapa bahas Kak Leo, dia sudah ada calonnya.” Sesil terlihat bijaksana. “Bukannya kamu suka dia,” tebak Lusiana. “Mama, aku angep Kak Leo seperti Kak Reno. Nggak lebih, mungkin dulu aku terlalu manja, itu saja. Jangan salah paham ya.” Sesil menjelaskan. “Ah, begitu. Mama kira,” balas Lusiana merasa lega. Mereka berdua masuk ke dalam. Yasmine sedang menyiapkan makanan di meja makan. “Menantu Mama rajin sekali,” sindir Sesil duduk di samping Ebra. “Kamu belum coba masakannya ‘kan. Luar biasa pokoknya,” puji Ranti yang tahu jika Yasmine pandai memasak. “Apa sih, lebai deh! Aku mau terbang nih, tapi nggak ada sayap mau terbang.” Gelak tawa Yasmine pecah. Setelah makan-makan selesai mereka semua pulang. Yasmine pun ingin pulang ke apartemen. Sekarang Yasmine sudah tinggal bersama dengan Reno. ***
“Tuan Putri! Kita pergi ke kampus ya!” ucap Ebra bak pelayan. “Siap Pelayanku! Jalankan mobilnya,” titah Sesil sambil tertawa. Ebra merasa lega melihat Sesil sudah kembali. Mood swing seperti ibu hamil. Sampai di pelataran kampus Sesil melihat Reno, Yasmine, Ranti dan beberapa mahasiswa. Sepertinya mereka selesai bimbingan. Reno akan pergi ke perusahaan karena hari ini dia di kampus hanya sebentar. Brak … Sesil menutup pintu lalu berlari ke arah Reno. Bak anak kecil bertemu sang kakak langsung nempel. Reno terkejut dengan kehadiran Sesil. Yasmine dan Ranti melongo melihat bayangan Sesil nyata. “Kamu di sini?!” Reno melepaskan pelukannya. “Aku kasih kabar baik!” Sesil menjadi pusat perhatian. Wajahnya yang cantik, tubuh seksi terpampang nyata. Banyak mengira itu adalah tunangan Reno. Yasmine dan Ranti melambaikan tangan menyapa Sesil. “Aku kangen kalian berdua!” Ses