Kayla dikejutkan oleh teriakan Theo. Seketika, dia tertegun. Dia melihat ke arah Evi yang sedang menatapnya, lalu berjalan ke luar ruangan."Apa kamu bilang?"Dia mempermainkan Theo?Theo berkata dengan suara berat, "Di mana kamu sekarang?""Rumah sakit ...."Dia belum sempat mengatakan "ibu sakit", tetapi Theo sudah menyelanya dengan kasar, "Kayla, sekalipun kamu harus mencari alasan, carilah alasan yang masuk akal. Sebelumnya kamu sangat nggak sabar untuk bercerai, baru berlalu satu malam, kamu sudah sakit hingga terbaring lemas di ranjang pasien? Atau kamu melakukan semua ini bukan karena ingin bercerai, melainkan sedang tarik ulur?"Kayla tahu bahwa citranya di hati Theo kurang baik, tetapi dia tidak menyangka akan seburuk ini. Theo bahkan belum mendengarnya menyelesaikan ucapannya, tetapi sudah menghakiminya.Dia menarik napas dalam-dalam untuk menekan rasa sakit hatinya, lalu berkata, "Bukan aku, Ibu yang sakit. Ibu demam 40 derajat, baru saja diantar ke rumah sakit."Theo yang b
Wanita ini ribut ingin bercerai, tetapi juga mengadu ke Evi. Jelas-jelas dia tahu kalau Evi mengetahui hal ini, Evi tidak akan menyetujui perceraian mereka.'Kayla, aku sungguh meremehkanmu!'Evi tertegun. "Nggak tidur bersama? Kalau begitu, ada apa dengan bekas di lehermu ...."Sembari berbicara, Evi tiba-tiba membelalakkan matanya. "Apa kamu balikan dengan Raline lagi? Dia yang membuat bekas di lehermu ini? Apa kamu mau buat aku kesal! Biar kuberi tahu, sekarang ataupun dulu, aku nggak akan menyetujui hubungan kalian!"Kalau bukan karena hanya ada satu bantal, Evi pasti akan melempar Theo lagi.Theo otomatis menyentuh lehernya. "Ibu salah paham."Dia bukan hanya tidak menjelaskan secara detail, tetapi langsung pergi ke kamar mandi sambil mengerutkan keningnya.Kayla keluar dari rumah sakit di bawah terik sinar matahari. Bella mengiriminya pesan untuk mengajaknya makan malam bersama hari ini.Melihat langit masih cerah dan tidak perlu pergi bekerja, Kayla pergi ke supermarket untuk me
Di dalam ruangan, Bella mendorong Kayla yang berada di sampingnya sambil berkata, "Lihat apa? Fokus sekali, kupanggil pun nggak jawab."Kayla agak pusing, dia menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Sepertinya aku melihat Theo ....""Apa?" Bella tidak percaya, dia melihat ke arah pintu dan tidak ada seorang pun di luar sana. "Kurasa kamu berhalusinasi karena kebanyakan minum. Sekalipun Theo datang, dia nggak mungkin berada di lantai ini."Dia menunjuk ke atas sambil berkata, "Para tuan muda dan investor berada di lantai paling atas!"Kayla juga merasa dia salah lihat. Dia menarik pandangannya, lalu melihat sebaris pria yang berdiri di depannya sambil bertanya, "Kamu yang panggil?""Ya. Kusuruh datang untuk menuangkan bir. Lagian aku sudah pesan bir, sekalian biarkan mereka mendapatkan tip deh."Bella memesan para pelayan ini ketika memesan ruangan pagi ini. Saat itu, dia memesan tempat ini untuk merayakan Kayla kembali menyandang status lajang, tapi sekarang ... Kayla belum bercerai.
Manajer itu berbalik dan bertanya pada Kayla sambil tersenyum, "Apakah benar seperti yang dikatakan Pak Ronan?"Terlihat jelas bahwa manajer itu tidak ingin mengecek kamera pengawas. Orang-orang yang datang ke Vetro berstatus tinggi dan sangat menghargai privasi. Mereka tidak ingin segala jenis ucapan dan tindakan mereka diketahui."Nggak, dia melecehkanku dan melukai temanku. Kalau kamu nggak percaya, tanyakan pada karyawanmu."Manajer itu melirik kedua pelayan di samping. Melihat mereka mengangguk, dia pun mengetahui kebenaran masalah ini.Namun, dia juga menangani orang berdasarkan status sosial. Dia belum pernah melihat Kayla sebelumnya. Dia pun melihat pakaian Kayla yang sangat biasa dan tidak mengenakan perhiasan berharga. Namun, dia mengenal Ronan. Meskipun Ronan salah, berpihak pada yang berkuasa lebih baik daripada berpihak pada rakyat biasa. Jadi, dia ingin mengakhiri masalah ini begitu saja."Nona, saya lihat teman Anda juga nggak terluka, bagaimana kalau kita sudahi saja ma
Kayla yang dicubit oleh Theo pun merasa kesakitan. Dia memalingkan wajah untuk menghindari Theo, tetapi bagaimana bisa dia menandingi tenaga seorang pria?Melihat Kayla terdiam, Theo makin mendekat dan kemarahan di matanya membara. Namun, dia sudah mencoba yang terbaik untuk menahan amarahnya, Kayla tidak mungkin bisa merasakan emosinya lewat tatapannya.Bahkan suaranya sedikit lebih lembut dari biasanya.Dia mendekati Kayla sambil berkata dengan pelan, "Memangnya Ronan itu siapa, kamu harus meminta bantuan dari orang luar? Apa status Nyonya Oliver kurang berguna? Atau kamu enggan untuk menggunakannya?""Theo, cubitanmu sungguh sakit." Kayla masih berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Theo, tetapi tidak berhasil. Kulitnya terasa sakit perih karena kapalan kecil di ujung jari Theo, mungkin sekarang dagunya sudah terluka.Kayla mengerutkan keningnya sambil berkata dengan kesal, "Kita akan segera bercerai. Aku meminta bantuan pada siapa, nggak ada urusannya denganmu!""Cerai? Kamu rel
Ruangan itu dipenuhi dengan bau alkohol yang menyengat.Theo menunduk untuk melihat kotoran di kemejanya. Akhirnya, dia menyadari apa yang dikatakan Kayla tadi. Dia berkata, "Theo, aku mau muntah.""Kayla!" Dia menggertakkan giginya sambil meneriakkan kata ini.Keheningan berlangsung selama belasan detik ....Entah karena Theo malas berbasa-basi dengan orang mabuk atau dia tidak tahan terus berada di samping Kayla, dia membuka sebotol air dan memaksa Kayla untuk berkumur, lalu pergi ke kamar mandi dengan ekspresi suram.Sepuluh menit kemudian, Theo keluar dengan handuk yang membungkus badannya. Sedangkan Kayla sudah terbaring meringkuk di tempat tidur dan terlelap.Theo menyeka tetesan air di rambutnya, lalu menyuruh orang mengantarkan pakaian untuknya.Kamar hotel berada di lantai 45 dan dilengkapi dengan jendela panorama yang menghadap ke separuh pemandangan Kota Bapura. Tidak terdengar kebisingan ataupun keramaian, hanya terlihat lampu terang yang indah, seperti lukisan yang damai.
Theo menutup panggilan video, lalu membuka pintu untuk mengambil pakaian yang diantarkan manajer dan melemparkannya pada Kayla.Kayla membawa tas itu ke kamar mandi. Tak lama kemudian, terdengar suara Theo dari luar pintu. "Nanti, Ibu akan menjalani pemeriksaan seluruh tubuh di rumah sakit, ikutlah denganku.""Aku harus bekerja." Dia juga mengkhawatirkan kondisi Evi, tetapi dia baru bekerja sudah sering meminta izin. Hal ini akan berdampak pada citranya. "Kabari aku setelah hasilnya keluar."Theo melihat punggung wanita itu sambil berkata dengan dingin, "Demi pekerjaan bersih-bersih, kamu mengabaikan kesehatan Ibu?"Kayla tidak tertegun dan tidak menjelaskan soal pekerjaannya juga. "Dua hari lagi, aku sudah harus memanggil dengan sebutan bibi."Perkataannya nyata, tetapi terdengar lain di telinga Theo.Kita akan segera bercerai, urusan ibumu tidak ada hubungannya denganku.Akhir-akhir ini, setiap kali mereka bertemu, Kayla terus mengungkit soal perceraian. Pada saat ini, Theo pun menge
Satu kalimat cukup untuk membuat ekspresi Raline berubah drastis. Kebanggaan dan kegembiraan yang dia tunjukkan tadi langsung menghilang, hanya tersisa rasa malu di wajahnya.Dia memahami makna di balik ucapan Kayla. Sebagai istri sekaligus anggota keluarga Theo, mereka tidak butuh dua surat undangan.Raline masih ingin membalas Kayla, tetapi melihat Hardy masih berdiri di samping, dia pun menahan diri.Dia berbalik untuk berpamitan pada Hardy dan tidak lupa menyampaikan tujuannya. "Pak Hardy, tolong bantu aku cari tahu keberadaan Key. Meskipun dia bukan karyawan Bapak, Bapak sangat dihormati di bidang ini. Menemukan ahli restorasi ini pasti bukan hal yang sulit bagi Bapak, asalkan dia bersedia, harga bukanlah masalah."Melihat ekspresi dingin Kayla, Hardy pun mengangguk dengan canggung, lalu mengantar Raline pergi ....Sepulang kerja, begitu keluar dari studio, Kayla melihat mobil Theo sudah terparkir di depan pintu.Bentley khusus dengan pelat nomor publik bukanlah mobil umum di kawa