Share

Bab 9 Pasangan Kencan Barunya

Kayla tidak mungkin menunggu Theo datang. Namun, dia sudah meremehkan kecepatan pria itu. Tepat ketika dia sampai di depan pintu, dia melihat sosok tinggi berjalan menghampirinya.

Theo mengenakan kemeja hitam pas badan dengan celana panjang yang rapi. Dia tampak tampan, berwibawa dan aura arogannya sangat menonjol.

Tampan, berwibawa, muda dan kaya ....

Selain suka mempermainkan wanita, Theo jelas merupakan tipe idaman para wanita.

Axel berjalan mendampinginya. Jika dibandingkan, aura mereka berdua berbeda jauh.

Kayla tertegun selama beberapa detik. Setelah Theo sampai di hadapan Kayla, dia pun mengerutkan keningnya sambil mengungkapkan kekesalannya, "Paman Dafa bilang semalam kamu nggak pulang?"

Dia datang untuk menanyakan hal ini?

"Apa Paman Dafa nggak memberitahumu? Aku bukan hanya nggak pulang semalam, kelak, aku juga nggak akan pulang."

Kayla berbalik dan ingin berjalan dari sisi lain, tetapi dihalangi oleh Axel. "Bu Kayla, Pak Theo naik ke atas karena tahu Anda sedang berada di sini."

Lalu kenapa? Apa dia perlu menangis karena terharu?

Axel adalah salah satu dari beberapa orang di sekitar Theo yang mengetahui hubungan mereka, tetapi dia selalu memanggil Kayla dengan panggilan "Bu Kayla atau Nona Kayla".

Dia sudah menjadi pengasuh Theo selama tiga tahun, jangankan Theo, bahkan bawahan Theo pun tidak menganggapnya sebagai Nyonya Oliver dan tidak menghormatinya.

Kayla memandang Axel yang menghalanginya sambil berkata dengan marah, "Pak Axel, apa kamu tahu di zaman kuno orang sepertimu disebut sebagai apa?"

Pecundang!

"Kayla." Terdengar kekesalan di suara Theo. "Suami istri bertengkar itu hal umum. Kamu bahkan nggak membawa pakaian, sepatu dan perhiasanmu pergi. Bukankah karena ingin aku membujukmu? Axel, pesan restoran."

Setelah memerintah, dia berkata pada Kayla, "Ayo makan malam bersama hari ini. Nggak lama lagi akan ada pameran perhiasan, belilah apa pun yang kamu suka."

Biasanya, ini adalah cara yang Theo gunakan untuk baikan dengan Kayla setelah bertengkar. Dia membelikan tas, pakaian, perhiasan dan benda apa pun yang dapat dibeli dengan uang. Dulu, Kayla selalu menghibur diri sendiri dan berpikir bahwa Theo adalah pria lugu yang tidak mengerti cara membujuk wanita. Namun, setelah melihat betapa pedulinya dia pada Raline, Kayla pun tersadar.

Kayla mencibir sambil berkata dengan sinis, "Aku sengaja meninggalkan barang-barang itu untuk Raline. Bukannya dia suka memungut barang orang? Tumpukan sampah itu adalah hadiah pernikahan yang kuberikan untuk kalian!"

Karin yang berada di samping pun menyela, "Nyonya Oliver, Anda salah paham pada Raline. Meskipun dia menyukai Pak Theo, dia nggak berniat untuk merusak hubungan kalian! Dia meminta Pak Theo memesankan tas ini karena dia nggak punya keanggotaan merk ini, sehingga nggak bisa memesan. Kalau Anda suka, kami akan memberikannya pada Anda. Anda nggak perlu menggunakan kata-kata selingkuhan untuk menghina orang, bukan?"

Kalau ada tingkatan orang munafik, Karin menduduki peringkat teratas.

Karena ingin melibatkan tas ke dalam konflik ini ... Kayla berbalik dan berkata sambil tersenyum menawan, "Oke, kalau begitu terima kasih, ya."

Tas ini sulit didapatkan, Bella pasti suka.

Apalagi ... dia tidak perlu bayar, mana mungkin menolak?

Mengenai Theo, Kayla tidak peduli soal pendapatnya.

Melihat Kayla hendak pergi ke kasir, Theo langsung meraih pergelangan tangannya sambil berkata, "Sudah cukup ributnya. Kalau kamu suka, akan kupesankan satu lagi, nggak akan lama, kok."

Hati Kayla bergetar dan kepahitan pun melintas di hatinya.

Memikirkan kehidupan pernikahannya yang dingin selama tiga tahun ini, betapa hancurnya dirinya dan melihat Theo begitu menyayangi Raline ....

Dia memahami maksud Theo, tas ini untuk Raline, dia tidak boleh menyentuhnya.

Wajahnya agak memucat, tetapi dia tidak membiarkan Theo menyadari hal itu. Dia berbalik dan asal menunjuk sebuah tas pria sambil berkata pada pramuniaga toko, "Bungkus tas pria ini untukku."

Theo menggertakkan giginya. Melihat Kayla bukan hanya tidak marah, tetapi juga membelikannya hadiah, suasana hatinya yang sudah tertekan selama beberapa hari ini pun menjadi jauh lebih baik.

Meskipun Theo tidak menyukai tas pria itu, suaranya menjadi jauh lebih lembut. "Setelah selesai makan malam, aku akan mengutus orang pergi mengambil barang-barangmu dari rumah Bella."

Kayla mengabaikannya dan lanjut bertanya pada pramuniaga itu, "Apa bisa menulis kartu ucapan?"

Pramuniaga itu mengangguk sambil menjawab, "Bisa."

"Kalau begitu, tolong tulis 'Tuan Joe, Selamat Hari Kasih Sayang'."

Kelopak mata Theo berkedut kuat. Jari-jarinya yang sedang menggenggam pergelangan tangan Kayla pun melemas. "Siapa Tuan Joe?"

"Teman kencanku malam ini," jawab Kayla dengan santai.

Kayla melepaskan tangannya dari genggaman Theo, lalu berkata, "Pak Theo, sudah cukup ributnya. Kalau kamu suka, akan kupesan satu lagi. Nggak akan lama, kok."

Mendengar Kayla menjawabnya dengan kata-kata yang dia ucapkan tadi, pembuluh darah di dahi Theo membengkak dan garis rahangnya yang tajam pun melengkung.

Pramuniaga itu sudah mencetak setruk, tapi melihat situasi ini, dia tidak berani berbicara.

Kayla mengeluarkan sebuah kartu dan menyerahkannya sambil berkata, "Gesek kartu ini."

Terlintas kemarahan di wajah Theo yang suram. "Kayla, dengan gaji 9 juta sebulan, apa kamu mampu membeli tas ini?"

Theo sudah memblokir kartu hitam tak terbatas yang dia berikan pada Kayla sebelumnya. Selain pengeluaran besar di hotel kemarin, tahun ini, dia tidak pernah menggunakan uang di dalam kartu itu.

Dengan gaji bulanan 9-10 juta, meskipun dia tidak makan dan minum selama setahun, dia hanya bisa menabung 100 juta. Dia bahkan tidak mampu membayar setengah harga tas ini.

Tak disangka, terdengar bunyi "Ting" dan kartu berhasil digesek. "Tit tit tit", mesin gesek mulai mencetak setruk.

Kayla menerima kotak kado dari pramuniaga itu dan langsung berbalik pergi.

Theo menatap punggung Kayla, sepasang matanya seolah-olah akan meledak karena marah.

Setelah keluar dari mal, langit sudah mulai gelap, Kayla yang sedang kesal pun langsung naik taksi menuju toko barang antik milik Bella.

Saat ini, Bella sedang santai. Melihatnya datang, Bella langsung berdiri untuk menyambutnya. "Kenapa datang kemari? Bukannya kamu bilang malam ini akan memasakkan sup untukku?"

Kayla melemparkan kotak kado di tangannya pada Bella, lalu duduk di sofa sambil berkata dengan lesu, "Jangan dibahas lagi, sungguh sial."

Bella memegang kotak kado itu dengan kaget. "Apa ini? Hadiah untukku?"

Kayla memejamkan matanya sambil menjawab dengan linglung, "Ya."

Bella membuka kotak kado dengan gembira. Ketika melihat tas pria di dalamnya, Bella tercengang sambil berkata dengan kecewa, "Meskipun aku nggak feminin, kamu nggak perlu mengingatkanku dengan cara seperti ini."

Kayla menjawab dengan tenang, "Kamu bisa menghadiahkannya pada pacarmu."

Bella terdiam.

Dia tidak punya pacar. Apakah Kevin, Andy dan Jeff dari klub termasuk?

Kayla beristirahat sejenak, setelah suasana hatinya lebih tenang, dia menceritakan kejadian di mal kepada Bella.

Mendengar Kayla mengatakan Theo memaksanya pulang, Bella merasa aneh. Setelah termenung untuk beberapa saat, dia pun bertanya dengan kaget, "Apakah si berengsek Theo itu menyukaimu?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
ngakak terus bacqnya sama kelakuan kayla dan theo hahahaaa suka bilang dong theo
goodnovel comment avatar
chozy1023
Ini baru yg namanya Wanita Tangguh! Keren bgt Kayla!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status