Share

Bab 3 - Mulai Baru

Author: Jadeite
last update Last Updated: 2025-07-22 16:04:31

“Ti–dak, tidak mungkin!” 

Wajah Aileen memucat. Jantungnya nyaris berhenti berdetak. Ia menggelengkan kepala, tidak percaya. Ponsel hampir terlepas dari tangannya.

HOT NEWS : Akibat Skandal Panas, Pewaris Perusahaan Good Health diduga Hamil!

Aileen langsung menekan video yang disematkan pada postingan itu. 

Terlihat jelas di layar ponselnya cuplikan kejadian malam itu, ada juga foto dirinya dengan beberapa pria yang berbeda, ditambah hasil pemeriksaan USG tiga jam  lalu.

“Ba–bagaimana bisa?”

Notifikasi ponselnya bergetar tanpa henti. Puluhan pesan masuk, juga tautan yang menyebut namanya. 

Aileen berusaha menghubungi ponsel Jack dengan tangan gemetar.

Nada sibuk selalu terdengar, membuat Aileen tambah panik. Ia mengirim pesan tapi hanya dibaca tanpa balasan. Setelah sekian lama akhirnya Jack menelpon.

“Jack! Apa kamu ….” 

“Kamu tetap di apartemen, nanti aku ke situ. Aku bereskan dulu semuanya.” Jack langsung mematikan panggilan tanpa menunggu Aileen membalas.

Media sosialnya penuh dengan berita yang sama. Jangan tanyakan komentar yang Aileen dapatkan. Seperti di neraka.

Hari sudah menjelang sore ketika Jack memasuki apartemen. “Aileen, kamu di mana?” 

“J–Jack, akhirnya! Apa yang terjadi?” Aileen berlari keluar dari kamar.

Jack duduk di sofa dengan santai. Bibirnya tersenyum lebar. Terasa aneh di pikiran Aileen yang sedang panik.

“Aku berhasil.” Jack menyeringai.

Senyuman Jack berbeda. Tidak ada lagi ketulusan dan rasa sayang, berganti ketamakan.

“Aku tidak menyangka rencanaku lebih sukses daripada yang diharapkan. Impianku tercapai.” Jack memandang Aileen sambil tertawa.

Aileen terpaku. 

Rasa  dingin di tengkuknya merambat ke seluruh tubuh. Ingatannya kembali pada gelas minuman, kamar hotel, video mesum dan hasil USG.

Jangan lupakan pria yang menidurinya, pasti bagian dari komplotannya.

“Apa maksudmu?” Jantung AIleen berdetak lebih kencang. Napasnya menderu.

“Kamu pikir semua ini kebetulan? Ayolah adikku sayang, Apa kamu sepolos itu?”  Jack tergelak.

Napas Aileen tersendat. Tubuhnya terasa tidak bertenaga, luruh ke lantai tanpa bisa ditahan. Pandangan matanya kosong.

Jack berdiri. Tangannya  terulur, ingin membelai kepala Aileen. 

Aileen cepat menghindar, rasanya tidak sudi kalau kulitnya tersentuh oleh pria pengkhianat ini.

“Kamu jahat! Dasar iblis!” Marah bercampur kecewa  terlihat jelas di mata Aileen.

“Ada satu lagi. Tontonlah, terutama bagian akhirnya.” Senyum sinis terlukis di bibir Jack dengan sempurna.

Jack mengeluarkan ponselnya, mengotak-atik sebentar dan menunjukkan ke Aileen sebuah video.

Wajah Aileen memucat. Hasil rapat pemegang saham memutuskan kalau Jack adalah pewaris perusahaan, menggantikan dirinya.

Jumlah saham yang dikuasai keluarga besar Wang lebih besar dari yang Aileen punya. Entah bagaimana caranya, membuat posisi Aileen menjadi tidak berharga.

“Pada akhirnya, laki-lakilah yang berkuasa. Selamat tinggal, Sayang. Lebih bagus kalau kamu benar-benar lenyap, menyusul mama tercinta.” Tawa panjang dan puas terdengar jelas ketika Jack meninggalkan Aileen.

Sepanjang hari Aileen hanya diam dan menangis. Matanya menatap pisau kecil di meja. 

Berkali-kali ingin meraihnya tapi keberanian untuk  mengakhiri hidup seketika  surut ketika mengusap perutnya. 

Aileen melirik foto USG pada meja yang sama. Calon bayinya sudah mulai berkembang, tepatnya ada tiga kantong janin di dalam perutnya.

“Tidak ada jalan lain, ini adalah satu-satunya.” Aileen menghembuskan napas panjang sebelum meraih ponsel dengan nomor baru. 

Sudah lima hari sejak hari itu.

Aileen sedang duduk di ruang tunggu bandara. Rambutnya yang dulu hitam lurus berganti coklat terang sedikit ikal. Begitu juga dengan iris matanya, dari coklat muda menjadi hitam.

Matanya menatap tajam sebuah postingan yang sedang menjadi berita utama.

HOT NEWS : Keluarga Wang berduka. Sang pewaris meninggal dunia karena bunuh diri!

“Selamat tinggal Aileen Wang.” Aileen tersenyum getir, menatap ke arah landasan karena pesawat yang akan membawanya  pergi baru saja tiba.

Waktu begitu cepat berlalu seperti tarikan napas yang tidak kita sadari. 

Aileen sedang duduk di kursi paling depan dalam sebuah hall bersama dua anak laki-laki. Ia dan tamu undangan lain sedang bersiap menyaksikan sebuah pertunjukan musik. Anak perempuannya menjadi bintang utama.

Tiba-tiba lampu padam diikuti bunyi dengungan alarm. Tamu mulai berbisik, gelisah. Ada yang hendak beranjak dari tempat duduk karena panik. Begitu juga dengan Aileen.

“Jangan takut, Ma. Beri aku waktu 5 menit.” Kaein, salah satu anak laki-laki yang duduk di sebelahnya membuka laptop mini yang selalu ada dalam ranselnya. Jarinya bergerak cepat.

“Ada serangan malware. Mereka pakai tehnik backdoor proxy dengan enkripsi tumpuk. Tapi aku bisa bypass.”

Tamu yang duduk di sekitarnya tertegun, menatap takjub. Tiba-tiba di pojok kanan terdengar jeritan. Seorang wanita tua jatuh karena panik.

Lianzo, anak laki-laki satunya lagi bergegas menghampiri. Ia mengeluarkan sebuah kotak portabel, memandang sekeliling dan merentangkan tangan. “Jangan terlalu dekat!” 

Ia segera mengecek denyut nadi, tekanan darah dan memasang instrumen kecil ke bagian dada. Kemudian mengeluarkan kapsul kecil dari sebuah botol. “Berikan ini, pasang oksigen sambil menunggu ambulan datang.”

Petugas gedung yang bersamanya hanya bisa melongo, menatap anak laki-laki yang berumur sekitar 6 tahun ini. 

Belum selesai dengan kekagumannya, dari atas panggung terdengar suara dentingan piano. Rosa memainkan Nocturne miliknya sendiri membuat suasana ricuh seketika menjadi tenang.

Sesaat kemudian lampu kembali menyala terang. Ketiga anak Aileen tetap menjadi sorotan para tamu undangan.

“Anak jenius!”

“Mereka mirip, apakah kembar?”

“Siapa orangtuanya?”

Ruangan penuh dengan nada kekaguman dan pujian. Aileen tersenyum penuh rasa bangga. 

Di sudut kanan, seorang pria tua menatap Kaein dengan lekat. “Wajahnya mirip sekali dengan David pada waktu kecil.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Paman, Beraninya Mencampakkan Mommy!   Bab 51 - Penumpang Gelap

    “Kenapa kamu ada di sini?”Mata Aileen melotot. Nada suaranya kaget sekali. Salah satu pria yang ingin ia hindari berdiri tegak di depan kedua anaknya.Tadi ia sempat melirik ke arah kokpit ketika memasuki pesawat, tapi tidak terpikirkan olehnya David ada di situ. Hanya punggung seorang pria berseragam pilot yang ia lihat.Tangannya reflek menarik Rosa dan Lianzo agar berdiri di belakangnya.“Maaf Nyonya, Tuan ini ….” Suara pramugari yang ingin menjelaskan langsung terhenti, ketika Hans ikut keluar dari kokpit dan memberinya kode untuk pergi.“Ayo anak-anak, ikut Paman! Orang dewasa harus bicara berdua.” Hans dengan santai menarik tangan Rosa dan Lianzo, meninggalkan Aileen dan David yang saling melotot.Rosa sempat menolak, tapi setelah mendapat kode dari David, ia patuh mengikuti langkah Hans menjauh dan kembali ke tempat duduk mereka.“Kalian harus cerita ke Mama, setelah ini.” Suara Aileen yang ditujukan pada kembar masih sempat terdengar sebelum mereka menjauh.“Apa ini bagian da

  • Paman, Beraninya Mencampakkan Mommy!   Bab 50 - Beda Tujuan

    “Lihat ke kakinya!”Rosa berbisik pada Kae ketika mereka melewati seorang pria yang duduk dengan majalah bisnis menutupi wajahnya.Mata Kae terarah ke sepatu berwarna hitam mengkilap yang dipakai pria asing ini. Tidak ada yang aneh, sama seperti sepatu pengusaha lainnya. Tapi bisa dipastikan kalau sepatu itu harganya mahal.“Kenapa dengan sepatunya?” tanya Kae sambil berbisik. Mereka sudah melewati tempat duduk pria itu.“Bukan sepatu, tapi kaus kakinya.” Rosa berbisik sambil matanya melirik ke Aileen yang sibuk menaruh tasnya. Aileen hanya memperhatikan pria itu sejenak, karena Lianzo mengalihkan dengan pertanyaan posisi tempat duduk yang diinginkannya.Kae mengerutkan keningnya. Ia memandang Rosa dengan sorot bingung. Tapi hanya sebentar karena kaos kaki itu mengingatkan dirinya pada seseorang. Mereka sempat bercanda tentang masalah itu.Mata Kae mulai membesar secara perlahan setelah wajah seseorang terlintas di kepalanya. Ia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.“Kira-

  • Paman, Beraninya Mencampakkan Mommy!   Bab 49 - Batal?

    “Apa pesawatnya rusak?”Raut wajah Aileen tegang ketika mendengar pesawat yang mereka sewa, membatalkan penerbangan.Maya menggelengkan kepalanya. “Bukan. Tiba-tiba ada perusahan yang yang membutuhkan pesawat karena ada acara mendadak.”“Hah? Kok bisa? Tidak profesional sekali!” Mata Aileen melotot.“Tidak bisa dibiarkan! Kalau ganti jadwal masih diterima. Ini dibatalkan, minta tanggung jawab!” Wajah Aileen merah, suaranya lebih kencang.Selangkah lagi mereka bisa pergi meninggalkan kota Clayton. Kembar tiga memperhatikan Aileen dan Maya yang seperti sedang berdebat.“Apa yang terjadi?” tanya Rosa. Ia sudah berulang kali memeriksa ponselnya, tapi tidak ada kabar dari Hans atau David.Ia hanya bisa memegang janji David ketika menelpon secara diam-diam. Janji kalau mereka tidak akan berpisah lagi.“Sepertinya kita tidak jadi pergi.” jawab Kae dengan santai. Ia sudah duduk di kursi penumpang belakang, bersebelahan dengan Rosa yang berhasil masuk duluan.Kalian tahu mengapa kursi belakang

  • Paman, Beraninya Mencampakkan Mommy!   Bab 48 - Pulang?

    “Apa aku tidak salah dengar, Nyonya?”Aileen menganggukkan kepalanya dengan cepat. “Tidak! Carikan secepatnya!”Maya terdiam. Hari masih pagi ketika Aileen mengajaknya bicara secara pribadi.Sebelum mulai bicara. Aileen masih sempat memeriksa jendela dan pintu, seperti takut ada yang ikut menguping pembicaraan mereka.Permintaannya sangat tidak masuk akal. Wajah ngantuknya belum pulih, seteguk kopi pun masuk ke kerongkongannya. Otaknya masih berproses secara lambat.“Nyonya minta dicarikan pesawat sewa yang bisa secepatnya berangkat ke Myria? Tapi Kenapa?” Kening Maya berkerut, tanpa sadar ia menggigit bibirnya. Jelas sekali terlihat bingung.“Iya, aku ingin bawa anak-anak pulang. Kondisi di sini sudah tidak aman. Sesekali aku akan kembali ke sini.” Aileen melipat tangan di dada kemudian membukanya lagi.Maya kembali terdiam. Ia mengelus pelipisnya dan berusaha merapikan rambut yang menjuntai di depan mata.Jubah tidur masih membungkus tubuhnya. Ia hanya sempat menguncir rambut ketika

  • Paman, Beraninya Mencampakkan Mommy!   Bab 47 - Orang Suruhan

    “Keluar dari mobil!”Terdengar suara teriakan diiringi beberapa orang pria yang mendadak mendekat dengan senjata di tangan. Mereka keluar dari dua mobil hitam tepat di belakang mobil penguntit.Ketika mobil Aileen masuk gang, ternyata penguntit melakukan hal yang sama. Tapi ia tidak menyangka kalau mobil Aileen akan berhenti mendadak dalam posisi melintang. Ia dalam posisi terkepung.Mobil Aileen dilengkapi kaca anti peluru, begitu juga dengan bagian lainnya. Hasil karya Lianzo yang belum dipublikasikan, sehingga Mike berani ambil resiko.Anak buah Mike bergerak cepat, menyebar, mengepung dari segala arah. Kilatan dingin dari laras senjata dan tatapan tajam mereka membuat udara terasa semakin berat.Mike keluar dari mobil, melangkah dengan raut wajah tegang. Ia mengetuk keras kaca jendela mobil penguntit itu.“Keluar.” Suara Mike datar, namun cukup untuk membuat bulu kuduk siapa pun berdiri. “Sekarang.”Dari dalam, siluet penguntit tampak kaku, sunyi sesaat sebelum bunyi pintu mobil t

  • Paman, Beraninya Mencampakkan Mommy!   Bab 46 - Penguntit

    “Jangan lihat ke belakang, Nyonya!”Aileen melirik Mike yang berjalan di sebelahnya. Alisnya berkerut dan terlihat bingung. Mereka sedang berjalan di pusat perbelanjaan tengah kota. Dalam perjalanan pulang dari rumah Paman Alex, tiba-tiba Rosa mengingatkan kado untuk Maya yang ulang tahunnya tinggal 1 hari lagi.“Kenapa?” Raut wajah Aileen berubah menjadi tegang karena suara Mike tegas.“Ada yang sedang mengikuti kita.” Mike sengaja mengajak Aileen berdiri di depan sebuah toko yang dindingnya terbuat dari kaca tebal. Kebetulan ada pajangan sepatu untuk pria dewasa.“Lihat pria di pojok kanan. Yang bertopi coklat dan kacamata hitam. Apa Nyonya mengenalnya?” Tangan Mike memegang ponsel, dagunya terarah ke titik yang disebut.Reflek Aileen ingin menoleh agar bisa melihat lebih jelas, tapi tangan Mike langsung menahannya. Aileen memperhatikan pria itu, berpura-pura tertarik dengan sepatu di etalase. “Saya tidak kenal. Apa orang suruhan Jack?” Aileen membenahi baju yang dipakai.Kalau it

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status