“Sedang apa kamu di sini?” tanya Brian dengan nada dingin. Pada orang yang saat ini sudah ada di hadapannya.
“Yakin tidak ingin tahu mengapa dia membenci keluargamu?” Orang itu kembali bertanya pada Brian. Dengan nada menggoda.Brian mengabaikan orang itu dan mengambil dokumen yang ada di atas meja. Dia kembali fokus memeriksa dokumennya, meski orang itu masih memperhatikannya.“Ayolah, Brian ... jangan bersikap dingin kepadaku.”Brian benar-benar mengabaikannya. Dia menekan sebuah tombol dan tidak begitu lama Ethan masuk ke dalam ruangan.“Ethan, lain kali lebih ketat lagi siapa yang boleh masuk ke dalam ruanganku!” ujar Brian dengan nada ketus.“Kamu menyebalkan, Brian! Mengapa kamu tidak mau mendengarkan aku? Aku lebih tahu siapa wanita yang menjadi istrimu itu!”“Aku juga tahu bagaimana sifatmu, Erica!” timpal Brian dengan nada kesal.“Sebaiknya kamu pergi! Jika tidak ingin mendapatkan masalah lebih besar lagi,” sambung Ethan denganTanpa berpikir panjang akhirnya Alena pun pergi meninggalkan rumah. Dia melupakan dengan janjinya pada Brian yang tidak akan pergi dari rumah karena itu berbahaya. Dia sudah ada di dalam mobilnya dan memacunya ke luar dari area rumah. Tidak ada satu pun mengawal yang melarangnya pergi. Sehingga memudahkannya untuk pergi menuju tempat yang sudah dikatakan oleh Caca padanya.
"Apa yang terjadi padanya?” Alena kembali bertanya pada sang kakak ipar. “Shinta, ada yang harus aku bicarakan denganmu!” sela Martin dengan nada serius. “Bisakah kamu menunggu sebentar? Ada yang harus aku bicarakan dengan adik ip
"Aku tidak memerlukan bantuan darimu!” tukas Alena setelah melihat pria yang ada di depannya. Sebab pria itu tidak lain adalah sang suami. Namun, dia melihat Ethan yang ada di belakang Brian. Dia langsung mendekat ke arah pria itu. Alena mengatakan beberapa hal pada Ethan dan memintanya untuk mengurus pria yang sudah berani masuk ke apartemennya.
Alena begitu mengkhawatirkan Erica. Dia terus bertanya di mana yang sakit pada sang kakak. Namun, dia terkejut saat Erica yang memeluknya dengan sangat erat. “Maafkan, Brian. Dia benar-benar mencintai kamu,” ucap Erica sembari terus memeluk sang adik.
“Bu, bagaimana bisa keluarganya meminta seperti itu? Apakah kalian berdua tidak mengatakan pada mereka jika aku sudah menikah?” Alena kembali bertanya pada sang ibu.“Ayahmu sudah mengatakannya pada mereka. Namun, mereka juga rupanya sudah tahu dengan yang terjadi pada suamimu. Mereka beranggapan jika suamimu sudah tiada.”
"Katakan di mana dia, Bu?” Alena kembali bertanya pada ibu mertuanya. “Bukankah kamu sudah tahu di mana dia?” Alena mengerutkan dahinya karena tidak paham dengan yang dikatakan sang ibu mertua. Andaikan dia tahu di mana keberadaan Brian