Home / Fantasi / Pandu Kesatria Genda Yaksa / Pertarungan di Bukit Tengkorak

Share

Pertarungan di Bukit Tengkorak

last update Last Updated: 2022-02-06 10:32:05

Rabuta terus berlari kencang membawa Pandu mengejar ketiga pendekar itu, menerobos kegelapan malam.

Hingga pada akhirnya, mereka pun telah tiba di sebuah perbukitan yang berada di balik hutan tersebut yang terkenal dengan julukan Bukit Tengkorak.

"Kita sudah berhasil memancing anak muda itu," desis salah seorang dari ketiga pendekar tersebut. "Malam ini kita harus menghabisi anak muda itu di bukit ini!" sambungnya sambil tertawa lepas.

Pandu terus mengamati tiga orang pendekar yang ada di hadapannya. Sejatinya, ia merasa heran dan kebingungan ketika melihat tiga orang pendekar itu, tiba-tiba saja berhenti dengan posisi membelakanginya, dan tertawa dengan begitu puas. Seakan-akan, mereka tengah merayakan sebuah kemenangan.

"Aku tidak mengerti dengan maksud kalian, sebenarnya kalian ini siapa? Ada maksud apa kalian memancingku hingga tiba di bukit ini?" tanya Pandu masih duduk di atas pelana kudanya.

Salah seorang dari ketiga pendekar itu, berdiri angkuh sambil bertulak pinggang. Kemudian menjawab pertanyaan Pandu dengan sikap yang sangat jemawa.

"Malam ini kami akan membinasakanmu di bukit ini, kau boleh saja bersenang hati karena sudah mengalahkan dua kawan kami. Tapi harus kau ketahui bahwa bukit ini adalah tempat terakhirmu menghirup udara segar!"

"Kau bicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Aku bukanlah anak kecil yang dengan begitu mudah bisa kalian binasakan!" Pandu balas membentak dan langsung loncat dari atas kudanya.

Melihat Pandu sudah turun dari kudanya, maka salah seorang dari mereka langsung menyerang Pandu dengan senjata miliknya—sebilah pedang yang terlihat sangat tajam.

Pandu terus berusaha menghindari serangan tersebut sambil mencari celah untuk melakukan serangan balasan terhadap lawannya itu.

Satu sabetan pedang hampir mengenai tubuh Pandu, beruntung Pandu bergerak dengan sangat cepat. Ia meloncat ke udara sambil menghunus pedangnya, kemudian meluncur deras balas melancarkan sebuah serangan dengan menggunakan sebilah pedang dalam genggaman tangannya.

'Trang! Trang!' Suara benturan pedang terdengar menggema di sekitar bukit tersebut, kemudian terdengar pekikan keras dan sebuah rintihan dari salah seorang pendekar tersebut.

Dengan demikian, darah segar pun menyembur dari leher pendekar itu. Suasana malam terasa semakin mencekam, suara pekikan itu sangat terdengar jelas menyayat hati.

"Lihatlah, kawan kalian ini! Semua ini akibat dari kesalahan kalian yang sudah berusaha menggangguku," bentak Pandu berdiri di hadapan pendekar yang sudah terjatuh berlumuran darah akibat sabetan pedang darinya.

Dua pendekar itu hanya diam terpaku melihat kondisi kawannya yang hendak meregang nyawa, bak seekor ayam yang baru saja disembelih. Mereka belum melakukan tindakan apa pun, hanya mengamati kawannya bak seekor ayam yang baru disembelih. Tubuhnya berlumuran darah dan bergelimpangan di atas tanah, hingga pada akhirnya meregang nyawa dalam kondisi mengenaskan.

Kemudian, salah seorang dari mereka bersuara keras, "Kami akan segera melenyapkanmu, Pandu! Semua para pendekar dari wilayah kerajaan Genda Yaksa tidak menghendaki kehadiranmu di rimba persilatan." Pendekar itu langsung melangkah dengan gerakan yang sangat cepat, hendak memburu Pandu dengan sebilah pedangnya.

Namun, ketika dirinya hendak mendekat ke arah Pandu. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan, "Hai, para pendekar pengecut! Tidak seharusnya kalian melawan pendekar muda yang baru muncul di dunia persilatan dengan cara licik seperti ini!"

"Siapa kau? Keluarlah!" bentak pendekar tersebut sambil menggenggam sebilah pedang hendak memburu Pandu.

Dengan demikian, seorang pria berusia senja mendadak muncul di hadapan Pandu, dan langsung menepis serangan dari pendekar yang hendak mencelakai Pandu hanya dengan sebelah tangan saja.

Pendekar itu langsung mundur, ia meringis menahan sakit akibat pukulan dari pria senja itu.

"Siapa kau? Kenapa kau ikut campur?" bentak pendekar itu.

* * *

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Akhir Perjalanan Hidup Andaresta

    Demikianlah, maka para prajurit itu langsung mundur dan menjauh dari posisi Senapati Pandu. Namun, meskipun demikian, beberapa orang di antara mereka tetap mengawal Senapati Pandu dari jarak sekitar lima tombak. Sementara para prajurit lainnya masih tetap melakukan serangan terhadap orang-orang dari kelompok pemberontak.Senapati Pandu langsung melompat ke arah Rangga Wihesa yang sedang bertarung sengit melawan Andaresta dan Ki Kusumo.Sebagian dari pasukan pemberontak saat itu sudah berhamburan ke ujung hutan untuk menyelamatkan diri dari serbuan para prajurit kerajaan Genda Yaksa.Pertempuran hari itu, benar-benar berjalan dengan begitu sengit. Pasukan Genda Yaksa tidak mau memberikan luang sedikit pun untuk para pemberontak beristirahat. Mereka terus digempur habis-habisan.Dalam pertarungan tersebut, Rangga Wihesa benar-benar merasakan tubuhnya bagaikan menjadi semakin terhimpit oleh kekuatan Andaresta dan Ki Kusumo. Itulah sebabnya, maka ia tidak mempunyai pilihan lain daripada m

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Ada Andaresta di Dalam Pasukan Itu

    Dengan demikian, pasukan yang dipimpin oleh Rangga Wihesa langsung berjalan bersama-sama dengan pasukan yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Ketika para prajurit itu sudah tiba di tengah lembah. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan dari semak-semak yang ada di hutan tersebut, kemudian keluar sekelompok orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.Secara serentak, mereka langsung melakukan serangan terhadap para prajurit kerajaan."Lawan mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Senapati Pandu menghunus pedangnya dan langsung membantu para prajuritnya melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut Dengan demikian, para prajurit kerajaan Genda Yaksa langsung menggempur kelompok tersebut.Hanya beberapa menit saja, pertempuran itu telah berubah bentuk menjadi sebuah pertempuran yang begitu sengit."Apa yang Senapati katakan memang benar, para pelaku teror itu ternyata ada hubungannya dengan kelompok Andaresta," desis Rangga Wihesa yang baru saja berhasil menjatuhkan beberapa orang

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pasukan Genda Yaksa Menyisir Sebuah Lembah

    Melihat pemandangan seperti itu, Rangga Wihesa dan para perwira senior saling berpandangan. Mereka tampak senang sekali, karena Mustika Sari sudah mulai membuka diri tentang perasaannya terhadap Senapati Pandu. Meskipun belum sepenuhnya terbuka.Namun hal itu, sudah dapat diartikan oleh Rangga Wihesa dan para perwira senior, bahwa sesungguhnya rasa suka dan rasa cinta dalam diri kesatria wanita itu sudah tumbuh semakin subur saja."Ya, sudah. Kalau memang demikian, kau dan pasukanmu tetap berada di lapis kedua, sementara aku dan Mustika Sari memimpin pasukan di barisan terdepan!""Nah, ini baru formasi yang bagus," sahut Rangga Wihesa sedikit bergurau kepada Senapati Pandu.Setelah selesai berbicara panjang lebar dengan sang senapati, Rangga Wihesa dan para perwira senior langsung pamit dan undur dari hadapan Senapati Pandu dan juga Mustika Sari."Kenapa kau masih ada di sini? Apakah kau tidak kembali ke tendamu?" tanya Senapati Pandu memandangi wajah Mustika Sari."Izinkan malam ini

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Mustika Sari Semakin Jatuh Cinta Kepada Senapati Pandu

    Dengan demikian, Senapati Pandu memutuskan untuk menghentikan penyisiran tersebut. Ia meminta agar para prajuritnya beristirahat sejenak dengan mendirikan tenda-tenda perkemahan di tengah hutan itu. Karena penelusuran tersebut tidak mungkin dapat dilanjutkan lagi, mengingat waktu yang sudah semakin sore, dan sebentar lagi hutan tersebut akan gelap gulita."Sebentar lagi hari akan mulai gelap, sebaiknya kalian dirikan tenda di sini. Untuk sementara kita hentikan dulu penyisiran hari ini, esok pagi baru kita akan kembali melanjutkannya!" perintah sang senapati kepada para prajuritnya."Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serentak.Kemudian, para prajurit itu langsung mendirikan puluhan tenda di sebuah padang rumput yang ada di tengah-tengah hutan belantara itu. Mustika Sari pun langsung mengatur anak buahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para prajurit yang ikut dalam rombongan tersebut.Para prajurit wanita dengan dibantu puluhan orang prajurit pria langsung menyiapkan dapur

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Menelusuri Hutan Belantara Mencari Kelompok Pemberontak

    Setibanya di barak, Senapati Pandu dan Ki Bastari tercengang ketika mendengar keterangan dari Panglima Durga dan Rangga Wihesa yang menyatakan bahwa salah seorang prajurit yang ikut dengan mereka hampir saja binasa karena pengaruh sihir dari para penjahat itu."Sudah jelas sekali, mereka tidak dapat dipandang rendah. Terbukti bahwa mereka memiliki kesaktian yang sangat luar biasa," desis Senapati Pandu sambil menerawang jauh ke depan. Sorot matanya yang tajam menembus kegelapan malam di sekitaran barak tersebut."Selain itu jumlah mereka tidak sedikit, mereka sangat banyak dan berjumlah ratusan," ujar Panglima Durga."Besok siapkan 300 prajurit panah api, kita akan menyisir lokasi hutan yang ada di selatan sana!" tegas Senapati Pandu memberikan perintah."Apakah hamba ikut juga, Gusti Senapati?" tanya Ki Bastari dengan sikap hormatnya."Ki Bastari dan Panglima Durga tetap di sini! Ki Bastari mulai saat ini menjadi panglima prajurit mendampingi Panglima Durga, biarkan Rangga Wishesa da

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pertarungan dengan Para Pelaku Teror

    Namun, setelah sekian lamanya mereka melakukan pencarian. Tak ada seorang pun yang mereka temui di hutan itu."Sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kembali ke barak!" ajak Mustika Sari kepada para prajurit yang ikut dengannya."Baik, Nyai," jawab para prajurit itu secara bersamaan.Dengan demikian, maka Mustika Sari dan para prajurit tersebut langsung melangkah untuk keluar dari hutan tersebut, mereka hendak kembali ke barak.Sementara itu, rombongan Panglima Durga dan Rangga Wihesa masih tetap melanjutkan pencarian, bahkan mereka sudah berada di kedalaman hutan belantara itu hampir mendekati wilayah kerajaan Purba Yaksa."Kalian sudah pasti kelelahan, sebaiknya kita istirahat saja dulu!" kata Rangga Wihesa memberikan saran kepada lima orang prajurit yang ikut serta dalam pencarian tersebut.Salah seorang prajurit menyahut, "Baik, Raden."Demikianlah, maka mereka pun langsung beristirahat sejenak. Karena perjalanan dari barak menuju ke ujung hutan itu, bukanlah jarak yang dekat. Selai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status