Share

Pandu Mengejar Tiga Pendekar

Pandu semakin geram sekali melihat sikap dua pendekar yang tengah berdiri angkuh di hadapannya.

"Sekadar mengingatkan. Kau ini tidak mungkin terlepas dari cengkraman kami, dan sudah dapat dipastikan bahwa malam ini adalah mimpi burukmu, Anak muda!" ucap seorang pendekar yang satunya lagi.

Tanpa banyak bicara lagi, Pandu langsung menerjang dua pendekar itu dengan menggunakan tangan kosong. Akan tetapi, tangannya itu mengandung kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi.

Serangan yang dilancarkan Pandu memang sangat luar biasa, jika saja mereka tidak memiliki kemampuan ilmu bela diri yang mumpuni. Maka, mereka akan binasa saat itu juga terkena pukulan tenaga dalam dari Pandu.

"Kau ini masih bau kencur, tidak layak bertarung dengan kami yang sudah menguasai pengalaman di rimba persilatan!" bentak salah seorang dari dua pendekar tersebut.

"Kemampuan seseorang tidak dinilai dari kematangan usia. Aku tidak pernah gentar dalam menghadapi kalian, meskipun kalian memiliki segudang pengalaman dan ilmu kanuragan." Pandu menyahut sambil membentangkan kedua tangannya melebar ke samping dari dua sisi yang berbeda.

Tiba-tiba saja, tubuh Pandu bergetar hebat. Seketika itu, badannya pun memutar kencang melesat cepat memburu dua pendekar itu dengan sebuah jurus yang berkekuatan tinggi.

Beruntung sekali, kedua pendekar tersebut dapat menghindari serangan dahsyat dari Pandu, sehingga mereka berhasil lolos dari maut. Akan tetapi, Pandu tidak memberikan peluang barang sedikitpun bagi kedua lawannya.

Sambaran bola api keluar dari tangan Pandu, berbentuk sebuah lingkaran lantas membesar. Dengan satu kali hentakan, bola api tersebut langsung menyerbu target yang dituju. Alhasil, kedua pendekar jemawa itu langsung jatuh bergelimpangan hingga mengalami luka bakar di sekujur tubuh mereka.

Tubuh kedua pendekar itu kejang-kejang diselimuti api yang berkobar-kobar hingga mengering. Pandu berdiri menyaksikan detik-detik terakhir kedua lawannya itu.

"Maafkan aku, karena telah mengakhiri hidup kalian malam ini," desis Pandu menarik napas dalam-dalam, dan kembali surut beberapa langkah ke belakang.

Tubuh mereka hangus, tanpa terdengar suara rintihan ataupun keluhan, hanya dalam hitungan detik saja, dua pendekar itu sudah tewas dalam kondisi mengenaskan. Pandu sengaja mengerahkan jurus tenaga dalam andalannya, karena ia tidak mau mengulur waktu.

Setelah itu, Pandu langsung meloncat ke arah kudanya, dan duduk di atas pelana kuda tersebut. Dua bola matanya tampak bersinar-sinar tersorot cahaya bulan yang samar, matanya tajam menembus gelapnya hutan.

"Aku harus mengejar ketiga orang tadi," desis Pandu langsung memacu derap langkah kudanya menuju ke arah timur.

Pandu tampak penasaran, dan berusaha untuk mengejar tiga orang pendekar yang beberapa saat lalu berlarian ke arah timur, ketika dirinya tengah bertarung dengan kedua pendekar yang baru saja dikalahkannya.

"Hiya ... hiya!" Pandu memacu derap langkah kudanya sangat cepat menuju ke arah larinya tiga sosok bayangan itu.

Pandu tidak menyadari bahwa hadirnya tiga sosok bayangan hitam itu, adalah sebuah rekayasa dari kelompok pengacau keamanan di kerajaan Genda Yaksa yang dengan sengaja memancing dirinya untuk datang ke suatu tempat yang berada di dalam hutan itu.

Setelah mengetahui bahwa Pandu tengah mengejar mereka. Maka ketiga pendekar itu sengaja memperlambat langkah mereka agar mudah ditemukan oleh Pandu.

Sehingga dalam waktu sekejap saja, Pandu sudah dapat mengejar tiga sosok pendekar yang tengah berlarian memancing dirinya. 

"Berhentilah kalian!" teriak Pandu sambil terus memacu derap langkah kudanya hampir mendekati ketiga orang tersebut.

Akan tetapi, mereka seperti tidak menghiraukan seruan dari Pandu. Mereka terus berlari menuju ke dalam hutan menelusuri jalan setapak yang tampak gelap gulita dan hanya mengandalkan kejelian mata mereka agar dapat bergerak dengan sempurna di kegelapan malam.

"Rabuta, berlarilah dengan kencang! Kejar mereka!" teriak Pandu sambil menepuk leher kudanya yang bernama Rabuta.

Rabuta bukanlah sembarang kuda biasa, kuda tersebut merupakan kuda pemberian dari Resi Naluka untuk Wira Karma, kemudian diberikan oleh Wira Karma kepada Pandu—putra semata wayangnya. Rabuta merupakan seekor kuda yang sangat jinak dan mampu bertahan di dalam air selama berjam-jam, serta mampu melihat dengan sempurna meskipun dalam kondisi gelap gulita.

"Hiya ... hiya!" Pandu terus memacu kudanya dengan sangat cepat.

"Ayo, Rabuta. Kejar mereka!" seru Pandu kepada kuda kesayangannya.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status