Pandu Kesatria Genda Yaksa

Pandu Kesatria Genda Yaksa

Oleh:  CahyaGumilar79  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
60 Peringkat
130Bab
20.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dengan demikian, Pandu sudah tidak resah lagi. Ia kembali melanjutkan perkelahiannya dengan Andaresta. Tangan kanannya melesat cepat hinggap di wajah Andaresta, pukulan tersebut membuat Andaresta terjatuh dan bermuntahkan darah. Setelah menghujami Andaresta dengan beberapa pukulan keras mengenai wajahnya. Tiba-tiba saja Pandu terjatuh sambil memekik menahan hawa panas di sekujur tubuhnya. Hal tersebut tentu dimanfaatkan oleh Andaresta, ia bangkit dan langsung melesat ke udara meninggalkan tempat tersebut. Karena saat itu, ia pun sudah mengalami luka parah akibat hantaman tenaga dalam yang dilancarkan oleh Pandu. "Tolong aku Paman!" teriak Pandu kesakitan. Dari mulut dan telinganya tampak mengalir darah segar begitu derasnya. Damara pun segera melangkah terpincang-pincang menghampiri Pandu yang sedang kesakitan. Saat itu, ia langsung membantu membangunkan Pandu. "Racun dalam tubuhmu sudah mulai bereaksi," ujar Damara. "Duduklah! Paman akan segera membantu mengeluarkan racun di dalam aliran darahmu!" sambung Damara, kedua tangannya memegangi tubuh Pandu. Tanpa bisa menjawab lagi, tiba-tiba saja tubuh Pandu tergeletak di hadapan Damara. Pemuda itu sudah tak sadarkan diri. Damara bergegas menotok seluruh peredaran darah di tubuh Pandu. Kemudian, ia segera mengeluarkan racun tersebut dengan kekuatan tenaga dalamnya. #Ksatria #pejuang #kerajaan #fantasi #CahyaGumilar79 #pendekar #silat #goodnovel

Lihat lebih banyak
Pandu Kesatria Genda Yaksa Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ferdi Samba
Alhamdulillah udah tamat, otw ke yang lain masih karya Bang Cahya
2024-03-19 03:37:41
0
user avatar
Ratih Purwati
Penulis Legenda di GoodNovel
2024-03-12 11:33:31
0
user avatar
Kreatif Menulis
Nuansa Nusantara, keren
2023-11-17 08:38:48
0
user avatar
Seroja
Suka dengan cerita ini, tapi sayang nggak ada season keduanya
2023-11-17 08:34:56
0
user avatar
Zaid Zaza
Sukses! Izin promosi Thor. Yok mampir di novel saya. Judulnya: ROH KAISAR LEGENDARIS
2023-10-14 23:15:33
1
user avatar
Aldho Alfina
Permisi, Numpang neduh thor "Penguasa Dewa Naga" Seorang sampah yang ternyata memiliki identitas luar biasa di belakangnya. bulan ini gas 3 bab/hari
2023-03-03 03:12:36
2
user avatar
Nom Naomi
lanjutkan ke season duanya Kk
2022-12-31 08:59:46
0
user avatar
Nom Naomi
lanjutkan ke season duanya Kk
2022-12-31 08:59:30
0
user avatar
Nom Naomi
lanjutkan ke season duanya Kk
2022-12-31 08:59:17
0
user avatar
Nom Naomi
lanjutkan ke season duanya Kk
2022-12-31 08:59:10
0
user avatar
Nom Naomi
lanjutkan ke season duanya Kk
2022-12-31 08:59:03
0
default avatar
Andika Rama
Ditunggu season duanya
2022-12-31 08:49:12
0
default avatar
Andika Rama
Ditunggu season duanya
2022-12-31 08:49:04
0
default avatar
Andika Rama
Ditunggu season duanya
2022-12-31 08:48:50
0
default avatar
Andika Rama
Ditunggu season duanya
2022-12-31 08:48:42
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
130 Bab
Kematian Sang Panglima
"Sebaiknya kau pergi dari hadapanku!" bentak seorang pria paruh baya penuh amarah. Dua bola matanya menatap tajam kepada seorang pemuda yang ada di hadapannya. "Jangan banyak bicara, Panglima! Aku tidak mungkin pergi begitu saja dari hadapanmu, sebelum aku membinasakanmu." Pemuda itu balas membentak sambil berkacak pinggang penuh kesombongan. Dia adalah Andaresta, dan pria paruh baya yang tengah berhadapan dengannya adalah Panglima Rakuti yang memiliki gelar Senapati Guna Yaksa di kerajaan Genda Yaksa. Entah apa penyebabnya? Tiba-tiba saja mereka terlibat dalam sebuah pertengkaran. Panglima Rakuti semakin geram saja melihat sikap Andaresta yang berlaku sombong dan tidak sopan terhadap dirinya. Lantas, ia pun kembali membentak pemuda itu, "Aku muak melihatmu, kau sudah mengkhianati kepercayaanku selama ini. Pergilah dari hadapanku! Sebelum aku melakukan tindakan tegas!" "Hahaha." Andaresta tertawa dingin. Kemudian berkata, "Sia-sia diriku ini, jika aku harus pergi dari hadapanmu." A
Baca selengkapnya
Kabar Kematian Sang Panglima
Demikianlah, sang panglima pun tidak dapat mengelak lagi, karena tubuhnya sudah dalam kondisi lemah tak berdaya. Sehingga, ia langsung meregang nyawa dalam kondisi mengenaskan.Perut sang panglima mengalami luka yang cukup parah, pakaian kebesarannya sebagai seorang panglima prajurit telah berlumuran darah merah yang tak henti-hentinya mengalir hingga membanjiri sekujur tubuhnya.Setelah mengetahui lawannya sudah binasa, Andaresta tertawa lepas merayakan kemenangan dirinya, "Hahaha!""Hanya ini kemampuan seorang panglima perang," desis Andaresta sambil membusungkan dada.Setelah itu, ia langsung berlalu dari tempat tersebut, meninggalkan jasad sang panglima yang tergeletak di pinggiran sungai.Tindakannya sungguh kejam, ia tidak menghargai jasa Panglima Rakuti yang telah memberikannya kesempatan untuk menjadi seorang prajurit. Bahkan, Andaresta pun tidak me
Baca selengkapnya
Pertemuan Pandu dengan Andaresta
Wira Karma tampak kaget mendengar apa yang telah dikatakan oleh putranya itu. Seketika tubuhnya bergetar hebat, ia pun merasakan sedih dan kesal atas perbuatan Andaresta yang begitu keji telah membinasakan Panglima Rakuti yang tiada lain adalah adik kandungnya sendiri.Meskipun demikian, ia tetap berusaha tenang. Perlahan, ia menarik napas dalam-dalam, lalu berpaling ke arah petani paruh baya itu. Berkatalah ia, "Benar apa yang dikatakan oleh putraku?""Iya, Ki. Aku sendiri yang menyaksikan perbuatan Andaresta," jawab Ki Warka berkata dengan penuh kesungguhan."Atas dasar apa, Andaresta tega membunuh Rakuti?" kata Wira Karma dalam hati."Di mana jasad Rakuti sekarang, Ki?" tanya Wira Karma di antara deru napasnya."Di sungai yang ada di dalam hutan dekat ladangku," jawab pria paruh baya itu."Baiklah, terima kasih, Ki. Aku minta tolong, sebaiknya Aki laporkan kejadian ini
Baca selengkapnya
Pertarungan Pandu dengan Andaresta
Walau demikian, ia pun sedikit merasa kaget dengan apa yang telah diucapkan oleh Andaresta. Lantas, Pandu berkata lagi, “Tidak mungkin! Kau pasti bohong, Andaresta! Aku sangat mengenal baik Paman Rakuti,” tegas Pandu menyela perkataan Andaresta.Namun, Andaresta terus membumbui perkataannya dengan kebohongan-kebohongan yang sengaja ia buat-buat. Sehingga jiwa dan pikiran Pandu sedikit mulai goyah terpengaruh oleh derasnya kebohongan yang dilancarkan oleh Andaresta.“Apa benar, Paman Rakuti sudah berbuat demikian? Apa karena selama ini hubungan guru dengan Paman Rakuti selalu bertolak belakang. Sehingga Paman tega merencanakan hal seperti itu?” kata Pandu dalam hati.Di saat ia sedang dalam keadaan bingung dan merasa gundah mendengar hasutan dari Andaresta. Tiba-tiba saja terdengar suara seseorang pria berteriak dari arah belakang tempatnya berdiri, “Pandu, jangan kau dengarkan perkataan Andare
Baca selengkapnya
Sikap Kasar Andaresta
Pandu mengangguk dan menjawab lirih, “Baik, Paman.” Pandu dengan serta-merta menuruti permintaan Damara, ia langsung surut beberapa langkah ke belakang.Setelah itu, tanpa basa-basi lagi, Damara langsung melancarkan dua pukulan keras secara mendadak mengenai kepala dan leher pemuda sombong itu.Dengan demikian, Andaresta pun terjatuh. Namun dengan sangat cepat ia bangkit kembali.Andaresta hanya tertawa dingin sambil menatap wajah Damara yang berdiri tegak di hadapannya, “Hahaha!"Tanpa terduga, kaki kanannya dengan begitu cepat menyapu lawannya dengan tendangan berkekuatan tinggi, sehingga Damara pun terjatuh karena kehilangan keseimbangan."Pemuda ini benar-benar memiliki kemampuan yang sangat luar biasa. Pantas saja sang panglima bisa dia kalahkan," kata Damara dalam hati.Tak berhenti sampai di situ saja, Andaresta kembali menyerbu ke arah Damara yang sudah terpuruk di hadapannya.Namun dengan gerakan ce
Baca selengkapnya
Undangan dari Sang Raja
Damara bergegas menotok seluruh titik aliran darah di tubuh Pandu. Kemudian, ia segera mengeluarkan racun tersebut dengan kekuatan tenaga dalamnya. Beberapa saat kemudian, Pandu sudah mulai sadar dan kembali membuka matanya. "Kau kunyah dan telan serbuk ini!" perintah Damara menyerahkan bungkusan kertas dalam bentuk lipatan berukuran kecil kepada Pandu. "Iya, Paman." Pandu langsung meraih kertas yang berisikan serbuk penawar racun tersebut. Lantas, ia pun segera menelan serbuk ramuan itu tanpa menggunakan air. Setelah memberikan penawar racun, Damara langsung meminta bantuan kepada beberapa orang warga yang tengah mencari kayu di hutan tersebut, untuk membawa Pandu pulang ke kediamannya. Di tempat terpisah, Andaresta pun tengah berjuang untuk mengobati luka dalam yang dideritanya. Namun, ia masih tetap bersikap sombong. Andaresta sangat yakin, bahwa Pandu tidak akan mungkin selamat oleh pengaruh racun itu. "Pandu, ajalmu akan segera ti
Baca selengkapnya
Nasihat dari Sang Ayah
Mendengar perkataan dari ayahnya, sikap Pandu mendadak bimbang dan gundah. Ada rasa bahagia dan ada pula rasa sedih yang membelenggu dalam jiwa dan pikirannya kala itu. Seakan-akan, ia tidak rela jika harus meninggalkan ayahnya seorang diri. Meskipun demikian, Pandu sangat berkeinginan untuk mengabdi di istana sebagai seorang prajurit. Karena dirinya mempunyai cita-cita tinggi, ingin menjadi seorang senapati seperti ayahnya di masa lalu. Pandu menghela napas dalam-dalam, dan membuangnya perlahan. Lantas, ia segera menjawab perkataan dari ayahnya, "Aku tidak tega jika harus meninggalkan Rama sendirian." Suaranya terdengar berat, seakan-akan ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. "Kenapa, Nak?" tanya Wira Karma menatap tajam wajah putra semata wayangnya. "Sedari kecil aku tidak pernah berpisah dengan Rama, sekarang aku harus meninggalkan Rama sendiri hanya karena mengejar cita-cita," jawab Pandu balas menatap wajah sang ayah. Bulir bening
Baca selengkapnya
Dua Orang Pendekar Menghadang Perjalanan Pandu
Pandu menghentikan langkahnya sejenak. Lalu berpaling ke belakang. Tampak seorang pemuda tengah berlari kecil ke arahnya. "Reksa Pati," desis Pandu meluruskan dua bola matanya ke arah pemuda tersebut. Reksa Pati tersenyum-senyum ketika sudah berada di hadapan Pandu. Ia terus menatap lekat wajah sahabatnya. Lalu bertanya, "Kau mau ke mana, Pandu?" Pandu balas senyum. Lantas menjawab dengan lirihnya, "Aku hendak menemui Paman Damara di saung. Apa kau mau ikut?"  "Tidak, Pandu! Aku masih ada urusan," jawab Reksa Pati tersenyum lebar. "Baiklah kalau memang seperti itu. Lain kali kalau ada waktu, aku tunggu kau di rumahku!" kata Pandu balas tersenyum sambil menepuk pundak sahabatnya. "Baiklah, kapan-kapan aku pasti berkunjung ke rumahmu," tandas Reksa Pati. Dengan demikian, Pandu pun langsung pamit kepada sahabat baiknya itu, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju ladang untuk menemui Damara. "Aku pikir Reksa Pati mau
Baca selengkapnya
Pertarungan Pandu di Tengah Hutan
Mendengar bentakkan dari Pandu, dua orang pria itu tertawa lepas, "Hahaha!" Salah seorang dari mereka kemudian berkata, "Kau tidak perlu tahu tentang siapa kami ini!" Salah seorang dari mereka balas membentak, kemudian melangkah mendekat ke arah Pandu. "Kami adalah orang yang diutus untuk membinasakanmu," ucap pria berikat kepala hitam tampak jemawa. Mendengar perkataan dari pria itu, Pandu pun lantas berkata sambil tertawa dingin, "Sekarang aku ingin tahu apa kau masih berani keras kepala?" Bersamaan dengan itu, tangan Pandu mengayun cepat bagai kilat hendak menyambar kepala orang yang mengenakan ikat kepala hitam itu. Namun, orang itu dengan begitu mudahnya dapat menghindari serangan dari Pandu. Sambil membentak ia langsung membalikkan tangannya dengan sangat cepat, dan sudah berbalik mencekal pergelangan tangan Pandu. "Kau tidak akan bisa lepas dari cengkraman kami, Anak muda." Pandu tidak banyak bicara, ia langsung mengerah
Baca selengkapnya
Pandu Mengejar Tiga Pendekar
Pandu semakin geram sekali melihat sikap dua pendekar yang tengah berdiri angkuh di hadapannya. "Sekadar mengingatkan. Kau ini tidak mungkin terlepas dari cengkraman kami, dan sudah dapat dipastikan bahwa malam ini adalah mimpi burukmu, Anak muda!" ucap seorang pendekar yang satunya lagi. Tanpa banyak bicara lagi, Pandu langsung menerjang dua pendekar itu dengan menggunakan tangan kosong. Akan tetapi, tangannya itu mengandung kekuatan tenaga dalam yang cukup tinggi. Serangan yang dilancarkan Pandu memang sangat luar biasa, jika saja mereka tidak memiliki kemampuan ilmu bela diri yang mumpuni. Maka, mereka akan binasa saat itu juga terkena pukulan tenaga dalam dari Pandu. "Kau ini masih bau kencur, tidak layak bertarung dengan kami yang sudah menguasai pengalaman di rimba persilatan!" bentak salah seorang dari dua pendekar tersebut. "Kemampuan seseorang tidak dinilai dari kematangan usia. Aku ti
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status