Home / Fantasi / Pandu Kesatria Genda Yaksa / Kehadiran Resi Naraya

Share

Kehadiran Resi Naraya

last update Last Updated: 2022-02-06 20:11:48

Dengan demikian, pendekar itu pun tubuhnya terpental beberapa tombak ke belakang. Seakan-akan, terkena oleh pengaruh jurus yang sangat dahsyat dari orang tua tersebut.

Pria senja yang tiba-tiba datang itu adalah Resi Naraya—gurunya Pandu yang hendak ditemui oleh Pandu. Entah kenapa? Mendadak ia datang dan memberikan pertolongan kepada muridnya yang tengah dihadapkan dalam sebuah kesulitan.

Sehingga Pandu pun hanya diam termangu sambil menatap sosok sang guru yang tengah berhadap-hadapan dengan satu orang lagi pendekar yang masih hidup itu.

"Kenapa guruku bisa tahu jika aku tengah dalam kesulitan?" berkata Pandu dalam hati.

Jiwa dan pikiran Pandu kala itu diselimuti rasa penasaran yang begitu tinggi terhadap gurunya yang sudah datang dan memberikan pertolongan untuknya.

"Hentikan perbuatanmu, jika tidak ingin bernasib sama seperti dua kawanmu!" seru pria berusia senja yang mengenakan jubah putih, berdiri gagah di hadapan pendekar itu.

Tampangnya memang tidak terlihat menakutkan, namun kesaktian yang dimilikinya sungguh memukau dan membuat Pandu berdecak kagum melihat pergerakan cepat Resi Naraya.

Kemudian pendekar itu menyahut, "Kami diutus oleh Raden Andaresta untuk membunuh Pandu. Setelah itu, kami pun diperintah untuk membunuh keluarganya. Lantas, kau ini siapa? Kenapa kau turut campur dalam urusan ini?"

Orang tua itu maju beberapa langkah. Lantas, ia menjawab pertanyaan dari pendekar tersebut sambil tersenyum-senyum, "Pandu adalah muridku. Aku harap kau jangan mengganggunya! Jika kau memilih selamat, maka pergilah dari tempat ini!" ancam Resi Naraya. "Andaresta pun dulu adalah muridku. Akan tetapi, untuk saat ini aku tidak mau menganggap dia sebagai muridku lagi," sambungnya dengan sikap tenang.

Orang tua itu berkata dengan begitu pelan dan lirih, sehingga tidak ada getaran yang membuat pendekar itu takut. Bahkan, pendekar itu mentertawakan orang tua yang sudah berhasil membinasakan kawannya.

Di saat pendekar itu mentertawakan dirinya, maka orang tua itu dengan cepat langsung melakukan pergerakan secara mendadak. Dari tangannya melesat sebuah sinar berwarna kuning keemasan, meluncur deras hampir mengenai tubuh pendekar yang sedang menertawakannya.

Beruntung pendekar tersebut bertindak cepat dalam melakukan pergerakan menghindari serangan dari pria berusia senja itu. Sehingga dirinya berhasil selamat dari sentuhan jurus yang sudah barang tentu akan membinasakannya, jika ia tidak memiliki kecepatan dalam melakukan pergerakan.

"Bedebah kau orang tua!" bentak pendekar itu merasa kaget dan sangat terkejut dengan serangan mendadak yang dilancarkan oleh Resi Naraya.

"Jangan terlalu banyak sesumbar! Kau ini pendekar muda yang memiliki masa depan cerah. Tidak baik jika ilmu yang kau miliki dipergunakan untuk kejahatan!" seru Resi Naraya kembali bersikap tenang, dan berdiri seperti semula.

Pandu hanya tersenyum dan diam saja, ia tidak turut campur dalam persoalan itu. Karena dirinya yakin akan kemampuan gurunya, sudah dapat dipastikan bahwa gurunya bisa mengalahkan pendekar itu dengan mudah.

Tanpa terduga, ada dua orang pendekar lagi yang muncul dari balik semak belukar yang ada di pinggiran bukit tersebut. Entah siapa mereka? Tiba-tiba saja, melakukan serangan terhadap Resi Naraya.

Melihat pemandangan seperti itu, dengan serta-merta Pandu pun mulai ambil bagian untuk membantu gurunya dalam menghadapi para pendekar tersebut. Karena merasa khawatir terhadap keselamatan sang guru yang tengah bertarung dengan tiga orang pendekar dalam waktu bersamaan.

Pandu kembali melancarkan sebuah serangan terhadap salah seorang dari ketiga pendekar itu. Sambil membentak keras, ia mengerahkan pukulan jarak jauh yang mengandung tenaga dalam yang sulit dideteksi oleh lawannya.

"Rasakan ini!" teriak Pandu sambil melancarkan serangan.

Kekuatan tenaga dalamnya langsung melesat tanpa terdeteksi menghantam dada salah seorang lawannya. Pendekar itu pun tidak mengetahui jika jurus tersebut sudah meluncur deras ke arahnya, sehingga ia tidak dapat mengelak dan hanya pasrah terkena sentuhan jurus tenaga dalam yang dikerahkan oleh Pandu.

Dua pendekar yang baru tiba itu terdiam sejenak, mereka tampak bingung dan saling berpandangan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Demikian pula dengan Resi Naraya, ia teramat kagum ketika melihat pergerakan yang dilakukan oleh muridnya. Sejatinya, jurus tersebut belum sepenuhnya ia ajarkan kepada Pandu. Akan tetapi, Pandu sudah dapat menguasai jurus tersebut dengan begitu sempurna.

"Aku bangga memiliki seorang murid seperti Pandu," desis Resi Naraya terus mengamati pergerakan muridnya yang sudah kembali bertarung dengan dua orang pendekar yang baru tiba itu.

Sesaat kemudian, terdengar suara jeritan pilu dari dua pendekar tersebut. Seiring dengan demikian, tubuh kedua pendekar itu terlempar ke bawah bukit hingga suara jeritan itu perlahan-lahan menghilang ditelan kesunyian malam.

Setelah itu, Pandu langsung melangkah menghampiri gurunya dan menjura hormat kepada sang guru.

"Mohon maaf, Guru. Kenapa Guru bisa tahu tentang keberadaanku di bukit ini?" tanya Pandu lirih, pandangannya terus terarah ke wajah pria senja yang berdiri di hadapannya.

Resi Naraya terkekeh-kekeh mendengar pertanyaan dari muridnya itu. Sikapnya sungguh beda dari biasanya, selama ini Pandu mengenal gurunya sebagai pribadi yang bersikap pendiam dan tidak pernah tertawa lepas seperti itu.

"Apa yang terjadi dengan Guru?" tanya Pandu sambil mengerutkan kening, menatap tajam wajah gurunya.

"Hei, kau ini bertanya apa, Pandu? Apakah tidak boleh aku mentertawakanmu?" Resi Naraya balas bertanya sambil meletakkan tangannya di atas pundak Pandu.

Pandu menarik napas dalam-dalam, ia merasa bingung menanggapi sikap gurunya yang beda dari biasanya. Meskipun demikian, Pandu tetap berpikir positif terhadap gurunya itu. 

"Tidak apa-apa, Guru. Aku hanya merasa heran saja dengan sikap Guru yang beda dari biasanya," jawab Pandu penuh rasa hormat. "Aku bermaksud hendak berkunjung ke padepokan untuk bertemu dengan Guru, dan menyampaikan kabar baik," sambung pendekar muda itu tersenyum lebar menatap wajah sang guru.

"Urungkan niatmu! Kembalilah ke rumahmu!" kata pria senja itu dengan entengnya meminta Pandu untuk kembali. "Aku sudah tahu semuanya. Yakinlah, bahwa kau ini akan menjadi seorang punggawa yang hebat, dan akan menjadi orang kepercayaan raja!" tandasnya menambahkan.

"Jadi, Guru sudah mengetahui maksudku?" tanya Pandu mengerutkan kening menatap wajah Resi Naraya.

* * *

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Akhir Perjalanan Hidup Andaresta

    Demikianlah, maka para prajurit itu langsung mundur dan menjauh dari posisi Senapati Pandu. Namun, meskipun demikian, beberapa orang di antara mereka tetap mengawal Senapati Pandu dari jarak sekitar lima tombak. Sementara para prajurit lainnya masih tetap melakukan serangan terhadap orang-orang dari kelompok pemberontak.Senapati Pandu langsung melompat ke arah Rangga Wihesa yang sedang bertarung sengit melawan Andaresta dan Ki Kusumo.Sebagian dari pasukan pemberontak saat itu sudah berhamburan ke ujung hutan untuk menyelamatkan diri dari serbuan para prajurit kerajaan Genda Yaksa.Pertempuran hari itu, benar-benar berjalan dengan begitu sengit. Pasukan Genda Yaksa tidak mau memberikan luang sedikit pun untuk para pemberontak beristirahat. Mereka terus digempur habis-habisan.Dalam pertarungan tersebut, Rangga Wihesa benar-benar merasakan tubuhnya bagaikan menjadi semakin terhimpit oleh kekuatan Andaresta dan Ki Kusumo. Itulah sebabnya, maka ia tidak mempunyai pilihan lain daripada m

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Ada Andaresta di Dalam Pasukan Itu

    Dengan demikian, pasukan yang dipimpin oleh Rangga Wihesa langsung berjalan bersama-sama dengan pasukan yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Ketika para prajurit itu sudah tiba di tengah lembah. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan dari semak-semak yang ada di hutan tersebut, kemudian keluar sekelompok orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.Secara serentak, mereka langsung melakukan serangan terhadap para prajurit kerajaan."Lawan mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Senapati Pandu menghunus pedangnya dan langsung membantu para prajuritnya melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut Dengan demikian, para prajurit kerajaan Genda Yaksa langsung menggempur kelompok tersebut.Hanya beberapa menit saja, pertempuran itu telah berubah bentuk menjadi sebuah pertempuran yang begitu sengit."Apa yang Senapati katakan memang benar, para pelaku teror itu ternyata ada hubungannya dengan kelompok Andaresta," desis Rangga Wihesa yang baru saja berhasil menjatuhkan beberapa orang

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pasukan Genda Yaksa Menyisir Sebuah Lembah

    Melihat pemandangan seperti itu, Rangga Wihesa dan para perwira senior saling berpandangan. Mereka tampak senang sekali, karena Mustika Sari sudah mulai membuka diri tentang perasaannya terhadap Senapati Pandu. Meskipun belum sepenuhnya terbuka.Namun hal itu, sudah dapat diartikan oleh Rangga Wihesa dan para perwira senior, bahwa sesungguhnya rasa suka dan rasa cinta dalam diri kesatria wanita itu sudah tumbuh semakin subur saja."Ya, sudah. Kalau memang demikian, kau dan pasukanmu tetap berada di lapis kedua, sementara aku dan Mustika Sari memimpin pasukan di barisan terdepan!""Nah, ini baru formasi yang bagus," sahut Rangga Wihesa sedikit bergurau kepada Senapati Pandu.Setelah selesai berbicara panjang lebar dengan sang senapati, Rangga Wihesa dan para perwira senior langsung pamit dan undur dari hadapan Senapati Pandu dan juga Mustika Sari."Kenapa kau masih ada di sini? Apakah kau tidak kembali ke tendamu?" tanya Senapati Pandu memandangi wajah Mustika Sari."Izinkan malam ini

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Mustika Sari Semakin Jatuh Cinta Kepada Senapati Pandu

    Dengan demikian, Senapati Pandu memutuskan untuk menghentikan penyisiran tersebut. Ia meminta agar para prajuritnya beristirahat sejenak dengan mendirikan tenda-tenda perkemahan di tengah hutan itu. Karena penelusuran tersebut tidak mungkin dapat dilanjutkan lagi, mengingat waktu yang sudah semakin sore, dan sebentar lagi hutan tersebut akan gelap gulita."Sebentar lagi hari akan mulai gelap, sebaiknya kalian dirikan tenda di sini. Untuk sementara kita hentikan dulu penyisiran hari ini, esok pagi baru kita akan kembali melanjutkannya!" perintah sang senapati kepada para prajuritnya."Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serentak.Kemudian, para prajurit itu langsung mendirikan puluhan tenda di sebuah padang rumput yang ada di tengah-tengah hutan belantara itu. Mustika Sari pun langsung mengatur anak buahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para prajurit yang ikut dalam rombongan tersebut.Para prajurit wanita dengan dibantu puluhan orang prajurit pria langsung menyiapkan dapur

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Menelusuri Hutan Belantara Mencari Kelompok Pemberontak

    Setibanya di barak, Senapati Pandu dan Ki Bastari tercengang ketika mendengar keterangan dari Panglima Durga dan Rangga Wihesa yang menyatakan bahwa salah seorang prajurit yang ikut dengan mereka hampir saja binasa karena pengaruh sihir dari para penjahat itu."Sudah jelas sekali, mereka tidak dapat dipandang rendah. Terbukti bahwa mereka memiliki kesaktian yang sangat luar biasa," desis Senapati Pandu sambil menerawang jauh ke depan. Sorot matanya yang tajam menembus kegelapan malam di sekitaran barak tersebut."Selain itu jumlah mereka tidak sedikit, mereka sangat banyak dan berjumlah ratusan," ujar Panglima Durga."Besok siapkan 300 prajurit panah api, kita akan menyisir lokasi hutan yang ada di selatan sana!" tegas Senapati Pandu memberikan perintah."Apakah hamba ikut juga, Gusti Senapati?" tanya Ki Bastari dengan sikap hormatnya."Ki Bastari dan Panglima Durga tetap di sini! Ki Bastari mulai saat ini menjadi panglima prajurit mendampingi Panglima Durga, biarkan Rangga Wishesa da

  • Pandu Kesatria Genda Yaksa   Pertarungan dengan Para Pelaku Teror

    Namun, setelah sekian lamanya mereka melakukan pencarian. Tak ada seorang pun yang mereka temui di hutan itu."Sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kembali ke barak!" ajak Mustika Sari kepada para prajurit yang ikut dengannya."Baik, Nyai," jawab para prajurit itu secara bersamaan.Dengan demikian, maka Mustika Sari dan para prajurit tersebut langsung melangkah untuk keluar dari hutan tersebut, mereka hendak kembali ke barak.Sementara itu, rombongan Panglima Durga dan Rangga Wihesa masih tetap melanjutkan pencarian, bahkan mereka sudah berada di kedalaman hutan belantara itu hampir mendekati wilayah kerajaan Purba Yaksa."Kalian sudah pasti kelelahan, sebaiknya kita istirahat saja dulu!" kata Rangga Wihesa memberikan saran kepada lima orang prajurit yang ikut serta dalam pencarian tersebut.Salah seorang prajurit menyahut, "Baik, Raden."Demikianlah, maka mereka pun langsung beristirahat sejenak. Karena perjalanan dari barak menuju ke ujung hutan itu, bukanlah jarak yang dekat. Selai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status