Karena sebelumnya, Lidya sempat menolak untuk bertemu Graham dan keluarganya, maka pada hari ini, saat Lidya akhirnya mau bertemu dengan Graham dan keluarganya, maka, hal itu dimanfaatkan oleh Graham untuk melakukan sesi foto prewedding, berlanjut dengan lamaran antar keluarga.Seusai sesi foto prewedding, dengan memakai sebuah ruangan pertemuan kecil di hotel ini, maka, acara lamaran pun dimulai.Graham sudah menyiapkan mahar dalam berbagai bentuk untuk Romel dan Esy. Ada yang berbentuk uang tunai, satu unit aparteman, satu unit rumah di sebuah perumahan di Bogor dan yang paling utama adalah saham Mulia Investment yang berjumlah 12 persen.Saat ini, perkenalan antara keluarganya Graham dan keluarganya Lidya mulai terjadi. Romel dan Esy yang sangat bangga karena bisa besanan dengan keluarga sal Amerika itu, sengaja mengundang saudara-saudaranya dan beberapa teman baik mereka untuk ikut hadir dalam menyaksikan acara lamaran dan sekaligus acara pemberian mahar ini.Tak putus-putusnya wa
Lidya yang dari tadi bermuram durja, karena merasa seakan-akan hidupnya akan berakhir dengan kepastian pernikahannya dengn Graham, dan kenyataan kalau Ken dibayar untuk meninggalkannya, kini berdiri dan berteriak kepada pemuda yang baru datang. “MAU APA KAMU KESINI, HAH?!”“Aku ingin bicara denganmu. Lidya,” kata pemuda yang baru datang yang ternyata adalah Ken yang datang dengan diikuti oleh Andreas, Silvia dan Mathias.“Bicara apa lagi? Kamu telah menerima uang itu, kamu sudah tega menjual cintamu, jadi, untuk apa lagi kita bicara, hah?!” Lidya yang biasanya tegar dan agak bar-bar itu, kini mewek di atas panggung sambil menatap Ken.Dalam air matanya ini, terkandung rasa syukur karena dia bisa melihat Ken sehat walafia tanpa kurang suatu apapun. Bahkan wajah Ken terlihat lebih tampan dalam balutan baju bagus yang Ken kenakan.Lidya yang selama beberapa hari, sempat berpikiran buruk, menyangka Ken sudah dilenyapkan Graham, karena itulah Ken tidak pernah muncul lagi, kini sangat bersy
"Mungkin saja karena dia barusan membaca berita internet tentang pasar saham, pa. Iya. Pasti itu yang dia lakukan sebelum dia masuk ke sini, supaya dia bisa mendapatkan bahan untuk menyerang kita," tandas Graham."Ya. Kamu benar, Graham. Mungkin dia lagi mencari bahan untuk menjelek-jelekkan kita dan kebetulan dia melihat internet dan melihat perusahaan kita sedang diserang Diamond Grup di pasar saham," kata Gedric sambil mengangguk-angguk."Iya, pa. Mungkin kebetulan dia bisa tahu tentang masalah yang sedang perusahaaan kita hadapi dan dia pergunakan itu untuk menyerang kita."Gedric mengangguk-angguk. "Ya mungkin kamu benar. Mungkin berita tentang kerugian besar yang kita alami sudah masuk di internet walaupun aku memang belum memeriksanya."Graham berdiri dan berkata kepada Ken, "rupanya kamu membaca berita, hah? Memang perusahaanku pada hari ini mengalami sedikit masalah tapi itu kan biasa dalam dunia saham, tidak ada masalah besar. Ini hanya gejolak sedikit di pasar saham yang bi
“Kamu telah membuat papaku, stroke! APALAGI YANG KAMU, HAH! KAMU MAU BIKIN PAPAKU MATI, HAH!!!” teriak Lidya sambil menekan pisau yang terbuat darI stainess steal dan cukup tajam itu ke lehernya.Lidya sangat panik saat melihat keadaan romel yang seperti tengah berada di sakaratul maut, Lidya menyaahkan Ken karena dia pikir Ken sempat memukul Romel, saat mereka berdua berbenturan di tangga menuju ke atas panggung.“Jangan, Lidya. Jangan. Please … jangan lakukan itu, please.” Ken memohon sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada.“Kalau begitu, pergi dari sini, CEPAT!!!” Teriak Esy yang begitu marah kepada Ken yang dianggapnya memukul Romel.Tapi, saat ini, Esy tertegun melihat Romel yang masih juga kelojotan itu, nampak membuka satu matanya dan mengintip ke arah Ken. Esy baru tahu kalau ternyata Rome cuma berakting.Esy berbisik di teinga Romel. “Jangan ngintip. Lidya akan curiga.”“Oke,” kata Romel sambil mengedipkan satu matanya ke arah Esy.“Akting papa sangat bagus.”“Tentu
"Tentu saja tidak. Tapi aku terpaksa menarik diri untuk sementara ini karena melihat kenekatan Lidya tadi, "tandas Ken."Menarik diri?" tanya Andreas."Ya. Aku terpaksa membiarkan acara lamaran itu terus berlangsung. Tapi besok, aku kan pastikan kalau acara pernikahan itu tidak akan pernah sampai selesai."Andreas mengangguk-angguk mengerti."Ayo kita pergi ke hotel terdekat aku akan menghancurkan Graham dan perusahaannya dari hotel itu," kata Ken sambil masuk ke dalam mobil.Mendengar itu Andreas langsung mengangguk dan menunggu hingga Ken masuk ke dalam mobil barulah dia masuk ke dalam mobil dan langsung membawa mobil menuju ke ke hotel terdekat.**Sementara itu, Lidya dengan hati cemas,terus mengikuti perkembangan yang terjadi pada Romel yang sedang ditangani oleh Curtis hingga akhirnya Curtis berkata kalau Romel sudah diobati dan sudah bisa mengikuti kelanjutan acara lamaran ini.Dengan tertatih-tatih dan dengan dipapah oleh dan Curtis, sang dokter gadungan, Romel kembali didudu
"Ada apa lagi sih? Aku mau tidur, tahu! Ih. Gaduh aja, deh. Kamu kan tahu kalau beberapa hari ini aku nggak bisa tidur dengan baik," keluh Lidya karena mendengar jeritan Tirza."Ini, Lidya. Coba kamu lihat nih. Ada banyak berita di internet tentang tuan muda dari Hongkong yang minta maaf kepada kekasihnya. Jadi dia minta maaf bukan cuma di TV, tapi juga di iklan media sosial. Penuh dengan permintaan maafnya bahkan penuh sampai media online terpercaya," kata Tirsa dengan kedua mata terbelalak."Berarti acara itu memang disiapkan untuk jadi acara besar. Ya udah. Biarin aja. Aku nggak mau mengikuti acara-acara kayak gitu.""Tapi tuan muda yang minta maaf itu wajahnya mirip sama pacar kamu itu, Lidya.""Graham? Kenapa dia bikin acara yang berbiaya besar kayak gitu? Kan dia sudah sukses merangkul orang tuaku hingga aku nggak bisa lagi menghindar dari pernikahan dengannya untuk apalagi dia bikin begitu?""Bukan Graham, Lidya. Kamu kan bilang sendiri sama aku kalau Graham itu nggak pernah ka
Hari ini, ada penyambutan besar-besaran untuk sang dewa perang di kota Auburn. Kisah dari sang panglima tempur terbaik berjuluk Raven, memang sangat luar biasa dan menjadi buah bibir di negara Hawking selama berbulan-bulan.Raven pernah memimpin seratus ribu prajurit Negara Hawking untuk melawan dan menghancurkan musuh dari negara Fandor yang berjumlah satu juta prajurit dengan perlengkapan perang yang canggih.Kemenangan besar dan gilang gemilang itu, adalah kemenangan yang menjadi cikal bakal kekalahan Negara Fandor atas Negara Hawking sehingga negara besar yang selama ratusan tahun ditakuti oleh Negara Hawking, tiba-tiba telah menjadi jajahan Negara Hawking dan itu semua karena kehebatan dan kebesaran nama Raven, sang dewa perang.Raven yang selalu tampil dengan baju perang dan helm perang di tengah medan pertempuran yang menutupi seluruh wajahnya, membuat wajahnya tidak dikenal oleh para pengagumnya. Dan hari ini, untuk pertama kalinya Raven akan turun dari pesawat militer untuk m
Kelo langsung tersenyum setelah mendapatkan pengakuan dari Daniel ini. "Huh! Aku pikir kamu sudah mati ternyata kamu masih hidup.""Jangan khawatir, Kelo. Aku masih segar bugar di dunia ini," tukas Daniel."Sekarang kamu mau apa ke tempat ini, hah! Hari ini adalah hari pernikahan antara Mr Richard dan Nona Wilona.""Wilona menikah?" gumam Daniel.Daniel terbayang di pandangan matanya akan gadis remaja yang menjadi alasan mengapa Daniel sempat bertahan bertahun-tahun tinggal di rumah ini walaupun terus dihina, diejek, direndahkan bahkan dipukul oleh para penghuni rumah ini.Wilona adalah satu-satunya alasan mengapa Daniel tetap tinggal di tempat ini. Gadis kecil itu adalah alasan yang membuat dia tetap bisa bertahan menghadapi siksaan demi siksaan di rumah ini pada beberapa tahun yang lalu."Wilona, gadis kecil itu sudah menikah?" tanya Daniel."Umurnya sudah 17 tahun dan dia dinikahkan dengan Mr Richard yang merupakan anak dari pengusaha kaya di kota Auburn ini," tukas Kelo.Saat ini