Laura penasaran sekali mengapa Tristan belum menikah sampai saat ini. Dia adalah putra tertua, tapi belum menikah di usia 33 tahun. Mungkin karena Tristan belum menikah, kedua kakak kembarnya juga mengikuti jejaknya.Orang tua mereka sangat harmonis dan penuh cinta, telah menjadi ikon pasangan paling bahagia di keluarga Adams. tapi ketiga putra elite keluarga Adams tak ada satupun yang menyusul orang tua mereka memiliki pernikahan penuh cinta. Allen dan Willy tak pernah membuat ketiga putra mereka menikah dengan praktik perjodohan yang umum di keluarga konglomerat. Tapi tampaknya Willy akan melanggar hal tersebut karena karena ketiga kakak laki-laki Laura masih ada yang belum ingin menikah.Laura penasaran siapa wanita yang bisa menarik perhatian ketiga kakak laki-lakinya. Hanya dia, anak bungsu, yang menikah paling muda dan memberi cucu pada orang tuanya.Jika bukan karena ada Amelia, Willy sudah pasti mendesak dan menjodohkan ketiga kakak laki-lakinya agar segera menikah tiga tahun
Viola muncul dengan penampilan yang glamor dan angkuh.Saat Laura menatap Viola, dia mengangkat sebelah alisnya tinggi-tinggi. "Kenapa kamu kembali ke Capital? Apa kamu ingin memohon kembali pada Lucian?" Viola mengangkat dagu dengan angkuh di depan Laura, melihat bahwa Laura tak menanggapinya atau membalas sapaannya.Suaranya cukup keras, menarik perhatian beberapa staf dan pelanggan yang diam-diam menonton mereka. Anna, sekretaris yang dibawa Laura Yunani, terlihat kesal dan bingung dengan wanita itu. Dia tidak mengenal Viola, namun merasa terkejut melihat wajah wanita tersebut yang sangat mirip dengan bosnya."Jika kamu kembali untuk memohon pada Lucian, kusarankan kamu tahu diri. Lucian sudah mencampakkanmu tiga tahun yang lalu dan Nyonya Wilson yang sebenarnya adalah aku. Jadi jangan berani merayu calon suamiku.""Ah, bukankah itu Nona Viola? Calon istri Tuan Lucian Wilson?" tanya salah satu pelanggan dengan suara pelan."Apa yang dia lakukan di sini?""Siapa wanita di depannya?
"Maaf, Nona Viola. Gaun ini sudah dipesan..." Staf itu berkata gugup."Memangnya kenapa? Aku menginginkan gaun ini untuk putri temanku yang berulang tahun.""Ta-tapi…""Pikirkan siapa yang lebih penting di sini, aku Viola Samson, aktris terkenal dan calon istri Lucian Wilson. Jika kamu ingin tokomu terkenal, kamu harus membiarkan aku yang membeli gaun ini, bukan wanita murahan yang tak penting itu!" Viola mencibir sinis menatap Laura."Nona, ini…"Staf itu tampak kesulitan memilih antara menuruti permintaan Laura atau Viola.Laura tahu Viola selalu mencari kesempatan untuk menginjaknya. Perilakunya semakin buruk, dan dia tak lagi berpura-pura baik menyembunyikan sifat aslinya. Jika dia mengalah, itu hanya akan membuat Viola merasa puas."Aku membeli gaun itu. Ini untuk putriku. Kamu harus memprioritaskan mana pelanggan yang harus dilayani. Jangan biarkan pelanggan membuat onar mencari masalah." Laura berkata dengan tenang sambil melirik staf itu.Staf tersentak dan mengambil gaun itu
Viola melotot semakin marah dan mencibir. "Mana mungkin yatim piatu seperti dia yang bahkan tidak menyelesaikan pendidikan bisa mendapat jabatan penting di Departemen Store Adams Group. Apa yang kamu lakukan untuk mendapat posisi itu? Merayu atau menjual tubuhmu? Menjijikkan.""Tutup mulutmu! Direktur kami adalah Nona Muda dari keluarga Adams, satu-satunya putri keluarga Adams. Hati-hati dengan mulutmu yang menghina direktur!" Anna yang sedari tadi diam tidak tahan dengan penghinaan Viola pada Laura."A-apa?" Viola membeku mendengar kata-kata Anna. "Putri keluarga Adams? Jangan bercanda! Itu tidak mungkin!"Suaranya tak percaya dan gelisah. Keangkuhan dan kepercayaan dirinya tampak jatuh. Dia melirik manajer toko dan staf lain. Hatinya tenggelam melihat tidak ada keterkejutan di wajah mereka, seolah mereka sudah tahu identitas Laura.Tidak heran manajer toko itu lebih memilih menyinggungnya dan tidak takut pembatalan kontrak ambassador-nya. Status Laura jauh lebih bergengsi dibandingk
"Nona Anna, Anda berasal dari luar negeri, jadi tidak tahu tentang Nona Viola. Dia putri dari perusahaan Samson Corporation dan calon istri Lucian Wilson dari Wilson Group. Meski dia membuat masalah atau skandal, kedua keluarga itu akan membersihkan kekacauannya. Alasan putranya menjadi brand ambassador karena permintaan dari perusahaan brand kami. Kami tidak bisa berbuat apa-apa." Manajer toko menghela napas setelah mengatakan itu."Untungnya ada Nona Adams, hingga saya bisa memberi alasan pada atasan atas ancaman Nona Viola membatalkan kontrak brand ambassador. Saya minta maaf sudah membuat Anda tidak nyaman, Direktur.""Tak apa-apa," balas Laura acuh tak acuh. Dia tidak ingin mendengar apapun tentang Viola atau Lucian lagi."Apa gaun yang aku pesan sudah selesai?""Ya, ini Direktur." Seorang staf memberikan paper bag pada Laura."Terima kasih, kami permisi.""Selamat jalan, Direktur."Laura dan Anna berjalan keluar dari toko itu."Apa jadwalku selanjutnya?" Tanya Laura sambil melir
Cassie menghela napas.“Kamu pasti sangat penasaran kenapa aku menikah dengan Riko, kan?”“Ya, kupikir kamu suka salah satu dari kedua kakak kembarku dan berharap kamu bersama salah satu mereka kakak kembarku,” jawab Laura dengan tenang.“Laura, kamu pergi mendadak tiga tahun lalu tanpa pernah memberi kabar. Itu sangat membingungkan bagiku, dan aku tidak punya kesempatan untuk dekat dengan kakak-kakakmu,” kata Cassie sambil menghela napas. Ia memanggil pelayan dan meraih gelas anggur lalu melanjutkan ceritanya.“Kamu nggak tahu betapa sulitnya mendekati Sean. Dia sibuk, seorang tentara, dan sangat dingin padaku. Begitu juga dengan Dean. Kakak-kakakmu itu sangat diinginkan, sulit didekati. Tidak heran mereka dipanggil tiga putra keluarga Adams.”Dia melirik dengan sorot mata yang penuh kesedihan.“Setelah setahun mencoba mendekati mereka, aku menyerah. Aku nggak tahan dengan pria yang dingin dan acuh tak acuh. Hatiku terluka karena diabaikan oleh orang yang kusukai, dan tidak ada tema
“Berkunjung ke rumahmu?” Cassie berkedip ragu. Namun ada harapan di matanya.Apa karena dia berpikir bisa bertemu dengan salah satu kakak kembarku? pikir Laura dengan licik.Demi teman baiknya ini, dia akan mengorbankan kakak kembarnya untuk mengalihkan perhatian Cassie dari suaminya yang buruk.“Ya. Tapi kamu harus datang sendiri. Kamu nggak bilang pada suamimu bahwa aku berasal dari keluarga Adams, kan?”“Tentu saja tidak. Jika dia tahu, mungkin dia akan ikut denganku berkunjung ke kediaman keluarga Adams.” Cassie meringis dan melirik suaminya yang sedang berbicara dengan tamu lain.Ekspresinya terlalu berlebihah menyanjung pihak yang memiliki latar belakang bergengsi dan status sosial tinggi.Samar-samar, Cassie mulai menyadari bahwa suaminya adalah orang yang suka menyanjung mereka yang memiliki posisi sosial tinggi.Cassie meski angkuh dan bodoh karena sangat dimanjakan, dia cukup peka merasakan bahwa suaminya kini menjadi seorang penjilat dan pamer setelah menikah dengannya. Dia
Begitu juga dengan Cassie. Dia sudah menikah dan memiliki suami yang jauh dari kriteria yang dia inginkan. Namun Riko adalah pria yang baik dan mencurahkan semua cinta hanya untuknya, berbeda dengan pria lain di lingkaran elit mereka yang suka mengoleksi wanita simpanan.“Hm, aku harap Riko tidak akan menjadi seperti salah satu pria itu,” gumam Cassie, mengerutkan bibir saat memandang suaminya yang sedang berbicara dengan beberapa pria kaya generasi kedua yang diketahui Cassie suka bermain-main dengan wanita...“Tuan Wilson, terima kasih sudah datang.” Seorang pria mendekati Lucian dan mengulurkan tangannya.Lucian tersenyum sopan dan menyambut uluran tangannya.“Tuan John, pesta Anda luar biasa.”Tuan John, penyelenggara pesta ini.“Hehehe, terima kasih. Omong-omong siapa wanita cantik ini? Dia sangat cantik sekali,” kata Tuan John, menatap Mia yang berdiri di belakang Lucian. Sorot matanya jelas terpesona.Mia Moore memang sangat cantik. Penampilannya kini sangat berbeda dibandingk
Laura menjauh dari kamar rawat si kembar, dia memikirkan kemarahan yang ditunjukkan Tristan beberapa menit yang lalu. Jarang dia melihat kemarahan Tristan.Kakak pertamanya adalah seseorang yang jarang menunjukkan emosinya. Kadang-kadang dia tidak bisa menebak isi pikirannya.Dia punya tebakan bahwa si kembar adalah anak-anak Tristan. Jika tidak, Tristan tidak akan repot datang kemari hanya untuk melihat seorang anak yang sangat mirip dengannya jika dia tidak yakin anak itu bukan anaknya.Dia merasakan interaksi aneh antara Tristan dan Mia. Tapi satu hal yang pasti, ini tidak akan berakhir baik bagi Mia.Kakak laki-lakinya adalah seseorang yang ingin semuanya di bawah kendalinya, dan tidak mentolerir sesuatu keluar dari kendalinya. Dia seseorang yang menuntut dirinya menjadi sempurna dan mengembangkan tanggung jawab sebagai putra sulung dari keluarga Adams dan pewaris Adams Group, dia tidak ingin memiliki cacat dalam dirinya. Seperti keberadaan anak haram….Laura menggelengkan kepala
“Apa yang ingin Anda bicarakan, Tuan Adams?” Mia menatapnya tenang.“Mari bicara di luar,” kata Tristan melirik anak-anak Mia yang menatapnya penasaran.Mia melirik si kembar dan mengangguk. Meski enggan, dia hanya bisa mengikuti Tristan.“Mari bicara di sini, Tuan. Aku tak bisa meninggalkan anak-anakku terlalu jauh,” kata Mia berhenti di koridor yang sepi dan tak jauh dari ruang rawat si kembar.Tristan berhenti dan menatap Mia. Wajah wanita itu sangat cantik dan percaya diri di depannya, menatap Tristan dengan mata yang acuh tak acuh.Tiga tahun yang lalu, dia mengenal Mia sebagai gadis yang tak berani bicara padanya apalagi menatapnya.“Kamu berbicara pada Lucian Wilson dengan begitu sopan dan takut, tapi di depanku kamu tidak takut.”“Apa hubungannya pembicaraan kita dengan Tuan Wilson? Tolong katakan apa yang ingin kamu bicarakan padaku. Jangan membuang-buang waktuku.”Sudut bibir Tristan terangkat. Dia menunjukkan sebuah map coklat pada Mia.“Rupanya kamu sudah berbohong. Kamu n
“Aku ….” Mia berdiri terkejut dengan kunjungan mendadak dari Tristan Adams.“Tuan Adams, apa Anda ada urusan di sini?” Dia bertanya dengan suara yang sangat sopan, menyembunyikan kecemasan di dadanya.Jantungnya berdegup kencang. Dia berdiri membelakangi anak-anaknya, mencoba melindungi anak-anaknya dari tatapan menyelidik Tristan.“Aku hanya penasaran karena ibuku tidak berhenti membicarakan anak-anak kembarmu yang mirip denganku. Jadi aku datang untuk melihat sendiri dengan mata kepalaku.” Tristan berjalan masuk dengan tenang dan melirik ke belakang punggung Mia.“Mama … siapa paman itu?” Alana meraih tangan Mia dan menunjuk Tristan.“Orang asing sayang. Mama nggak kenal.”“Oh ….”Raut wajah Tristan semakin datar. Dia menyerahkan oleh-oleh yang dibawanya pada Mia.“Ini untuk anak-anakmu. Kenapa kamu menyembunyikan wajah anak-anak itu dariku? Aku sangat penasaran apakah mereka sangat mirip denganku.”“Maaf. Anak-anakku takut dengan orang asing.” Mia menghindari tatapan tajam Tristan.
“Nenek, Amel ikut ….” Amel sama gembiranya dengan neneknya dan masuk ke kamar rawat.“Maaf, ibuku sudah bersikap tidak sopan. Dia senang dengan anak-anak dan bersemangat setelah mendengar dari Dean bahwa si kembar sangat mirip dengan Kak Tristan. Maaf ya ….” Laura meminta maaf menyadari raut wajah Mia terlihat tidak nyaman sejak mereka datang.“Tidak apa-apa. Apa Dean Adams … dokter di sini? Dia menyelidiki tentang anak-anakku?” Mia bertanya pasrah sambil mengusap wajahnya.Dia tidak menyadari salah satu anggota keluarga Adams bekerja di rumah sakit ini. Dan dia tak mengantisipasi kakak kedua Laura begitu tertarik pada anak-anaknya dan mengungkit tentang si kembar pada keluarga Adams.Pasti kemiripan di kembar dengan Tristan di ceritakan pada seluruh anggota keluarga Adams dan menarik perhatian mereka. Karena itu seorang Matriarch keluarga Adams datang jauh-jauh kemari tanpa peduli waktu sudah hampir larut malam.“Ya, ini salah satu rumah sakit yang dikelola olehnya. Kak Dean melihat s
Ekspresi Tristan juga berubah serius. Dia berdiri dalam sekejap dari sofa.“Aku akan melihatnya sendiri!”“Tunggu! Tunggu dulu!” Dean buru-buru menahan kain celana Tristan. Untung kain celananya tidak melorot. Tapi Dean menatap tatapan sinis dari kakak tertua.Dia segera melepaskan celana Tristan dan cengengesan. “Aku nggak bilang anak-anak itu adalah anak-anak Tristan. Cuma bilang mirip!”Willy memukul pundak putranya gemas. “Kamu seharusnya bilang! Kamu hampir membuat ibu serangan jantung!”Tristan menatap adiknya tajam yang membuat Dean merinding takut.Dean mengusap belakang kepalanya. “Kalian akan lebih syok jika berkunjung dan melihat sendiri wajah anak-anak kembar itu. Mereka persis sekali dengan foto Kak Tristan di masa kecil. Lebih tepatnya kembar identik seperti aku dan Dean.”“mereka anak-anakmu berarti?”“Ibu, tolong jangan asal ambil kesimpulan, dong,” keluh Dean. “Pokoknya anak-anak itu persis seperti Kak Tristan. Ibu akan terkejut jika melihatnya nanti. Jadi aku ngomon
Laura mengalihkan pandangannya ke samping. Posisi ini sangat intens dan membuatnya tidak nyaman.“Mengapa kamu peduli padaku? Saat itu kamu sudah bersama Viola. Apalagi yang kamu inginkan? Aku sudah melepaskanmu agar kalian hidup bahagia. Jadi, tolong menjauhlah dari hidup—”Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena bibirnya tiba-tiba terkunci dalam ciuman panas Lucian.Matanya melebar. Dia berusaha meronta dan mendorong pria itu, namun tubuh dan bibirnya tertawan oleh pria itu, dan dia tak bisa menggerakkan tubuhnya.“Lucian...” Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena lidah pria itu menyelinap masuk ke dalam mulutnya.Ciumannya sangat intens dan panas, mencuri nafas Laura. Lidahnya menggodanya dalam mulutnya membuat sensasi geli di bawah perut Laura.Laura menggelengkan kepala menyangkal ciuman ini sangat menggairahkan. Dia menggigit bibir bawah Lucian dengan kuat, menyebabkan pria itu mendesis dan melepaskan bibirnya.Dia dengan cepat mendorong lengan Lucian.“Dasar
“Papa, kapan lagi Amel bisa ketemu Papa?” Amel menatap Lucian dengan penuh harap setelah Lucian selesai membayar makan siang mereka di kasir dan keluar dari restoran.Lucian berlutut di depan Amel dan mengusap kepalanya.“Amel bisa menghubungi Papa kapan saja. Apa Amel punya ponsel?”Amel menggelengkan kepala. “Mama nggak mengizinkan Amel pegang ponsel, nanti Amel jadi malas belajar.”“Benarkah, bagaimana ini? Kalau Amel punya ponsel, Amel bisa telepon Papa kapan saja. Bagaimana kalau telepon Papa dengan ponsel Mama?” Lucian berkata sambil melirik Laura yang berada beberapa langkah dari mereka, sedang menelepon seseorang di halaman parkir.Mata gadis kecil itu berbinar, lalu dia berlari menghampiri Laura dan menarik tangannya.“Mama, mama, mama!”Laura menunduk menatap Amel yang menarik-narik lengannya. “Ada apa, sayang?”Amel tersenyum lebar. “Boleh Amel pinjam ponsel Mama?”“Oh, tunggu sebentar, sayang.” Laura mengusap kepala Amel tanpa bertanya, lalu berbicara kembali di teleponnya
Lucian mengalihkan pandangannya dari Amel dan menatap Laura tenang.“Mama ….” Senyum lebar di wajah Amel perlahan-lahan memudar, dia memandang Laura dengan cara yang sama seperti Elina.Laura sesaat tertegun melihat ekspresi putrinya dan mengernyit. Amel terlalu peka. Dia mencoba tersenyum padanya.“Hai, sayang. Apa kamu sedang makan? Apa yang kamu makan?” Dia membungkuk dan mencium pipi putrinya.Amel menatap takut-takut. “Mama jangan marah ya. Amel cuma sekali ini makan spaghetti. Habis ini Amel nggak makan lagi ….”Hati Laura tercubit melihat tatapan cemas putrinya. Dia tersenyum lembut mengusap rambut Amel.“Nggak apa-apa, sayang. Amel bisa memakannya sekali-kali. Kalau Amel mau lagi, Mama akan bawa Amel makan spaghetti kapan-kapan.” Dia kemudian melirik Lucian tajam. “Bukankah Mama sudah bilang Amel nggak boleh menerima ajakan orang asing? Amel sudah bikin Mama khawatir.”“Tapi Papa kan bukan orang asing.” Amel mengerjap dengan polos.Laura mencoba mempertahankan senyum di wajahn
Laura baru selesai dengan laporan keuangan departemen Store dan menyerahkannya pada Anna.“Apa ini yang terakhir?” tanyanya sambil meregangkan lehernya yang pegal karena seharian menunduk mengerjakan laporan departemen Store yang menumpuk karena peralihan jabatan Direktur sebelumnya.“Ya, Direktur. Ini yang terakhirnya. Sisa laporan dari departemen lain akan diserahkan setelah jam makan siang. Ini sudah jam makan siang. Apa Anda ingin makan siang?”“Ya, aku ingin menjemput putriku dan makan siang bersamanya. Kamu boleh pergi istirahat makan siang.”“Baik Nona,” Anna menanggapi sopan dan berbalik pergi meninggalkan kantor Laura.Setelah Anna pergi, Laura meraih ponselnya dan menghubungi Elina, pengasuh Amel.“Halo Bibi, apa Amel sudah pulang sekolah?” Laura merapikan barang-barang pribadinya ke dalam tasnya dan berdiri dari kursinya.“....”"Sudah pulang? Siapa yang menjemputnya? Apa kakakku?" Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat hendak keluar dari kantornya."Siapa kamu bilang? Luc