Laura mengusap pipinya perih karena tamparan keras George, air matanya hampir mengalir karena rasa sakitnya.“Aku hanya melindungi diriku sendiri! Apa yang salah dengan itu! Tuan Samson, kamu sangat tercela mencoba menjualku pada pria tua mesum itu!”George marah menunjuk wajah Laura.“Dasar anak nggak tahu diri! Aku sedang mencoba menyelamatkan hidupmu! Kamu menghabiskan hidupmu di luar negeri dalam pergaulan bebas! Untung saja ada Tuan Finn yang mau menikahimu sebagai istrinya! Jika tidak ada yang akan mau menikahimu, keluarga Samson nggak bisa membiayai hidupmu yang suka berfoya-foya!”“Benar, sebagai anak angkat kamu seharusnya bersyukur Laura. Jangan jadi parasit di keluarga Samson.” Seorang kerabat lain berkata mencela Laura.“Ya, hanya kamu yang nggak bekerja dan hanya menghabiskan uang keluarga Samson. Lihat Viola, dia bekerja keras dengan syuting ke sana kemari hingga tidak bisa tidur. Kamu sebaliknya hanya berfoya-foya di luar negeri. Lihat semua perhiasan dan tas yang kamu
“Tuan Samson, putrimu sangat cantik sekali.” Pria paruh baya itu mengulurkan tangannya pada Laura. Sorot matanya menatap penampilan Laura dan berlama-lama di dadanya.Laura mengerutkan kening dengan ekspresi dingin dan menolak menyambut uluran tangannya.“Luara, bersikap sopanlah pada Tuan Finn.” George meraih tangannya dengan paksa dan membuatnya Laura berjabat tangan dengan Tuan Finn.Tuan Finn meremas tangan Laura dan mengusap punggung tangannya dengan senyum berminyak di wajahnya.Itu membuat Laura jijik dan berusaha menarik tangannya. Tapi pria itu menahan tangannya dengan kuat.“Senang bertemu denganmu Nona Laura. Kamu benar-benar sangat cantik.” Dia mencium punggung tangannya dengan senyum menjijikkan.George hanya tertawa.“Sudah kubilang Tuan Finn, putri sulungku sangat cantik.” Dia meremas pundak Laura dan menahannya tetap di tempat, membuat Laura tak bisa mendorong George menjauh.“Laura, berbicaralah dengan Tuan Finn. Dia investor utama Samson Corporation. Ayah harus menya
Para Nyonya itu memandangnya dengan berbagai macam pandangan. “Laura, kamu sangat menawan sekali hari ini. Gaunmu sangat cantik. Apa ini dibuat khusus?” Nyonya Smith bertanya sambil menyentuh gaun Laura dengan tatapan terpesona dan iri.“Perhiasanmu jauh lebih baik daripada Ibu dan adikmu, tak seharusnya kamu menghabiskan banyak uang keluarga Samson. Kamu harus tahu diri karena karena kamu hanya anak adopsi,” ujar Nyonya Luna memandang iri pada penampilan Laura.Laura mengerutkan kening mendengar ucapan para Nyonya itu.“Aku tidak menggunakan uang keluarga Samson.”Para Nyonya itu tertawa kecil dan mencibir.“Jika bukan dari keluarga Samson, darimana kamu mendapatkan uang membeli semua ini padahal kamu hanya anak angkat yang bahkan nggak bekerja? Hanya keluarga Samson yang berbaik hati membiayai hidupmu.”“Apa hanya keluarga Samson yang punya uang di sini?” Laura berkata dingin.“Astaga lihat anak ini, Emma. Dia bersikap tidak sopan dan kurang ajar di depanmu.”Para Nyonya itu menata
“Dia mirip sekali dengan Viola.”“Hei, Viola itu operasi plastik. Laura itu yang asli.”“Astaga, aku pikir Viola adalah paling cantik ternyata dia hanya imitasi. Terlihat jelas siapa yang paling menawan dan cantik alami.”Viola menggertakkan gigi dengan terkepal mendengar komentar tersebut. Para sepupunya dan nona lain terkikik diam-diam meliriknya meski mereka terlihat cemburu saat pertama kali melihat Laura.Dia melirik salah satu sepupunya tajam.Clara seolah mengerti, menyenggol sepupunya yang lain. “Ayo kita sapa sepupu kita yang baru pulang.” Dia mengedipkan mata dengan jahat dan bersama dengan sepupunya yang lain menghampiri Laura...Laura merasakan tatapan semua tamu di aula pesta tertuju padanya. Para tamu itu lebih banyak dari kerabat keluarga Samson dan sebagian besar adalah rekan-rekan bisnis George. Tidak ada yang menarik dari para tamu tersebut karena dia tidak mengenal mereka. Laura tidak ingin berlama karena tatapan para Tuan muda dan sepupu pria membuatnya tak nya
Semua orang terdiam dan menatap Emma dengan tatapan ingin tahu. Semua orang di Capital sudah tahu tentang hubungan Viola dan Lucian, mereka bahkan memiliki anak bersama meski belum menikah. Sebagai seorang selebriti, hal seperti itu sudah biasa memiliki anak tanpa ikatan pernikahan.Emma merutuk Nyonya Wina dalam hati. Ini adalah alasan mengapa dia sangat malas mengundang kerabat pesta ini. Namun di permukaan dia tersenyum tenang. “Sebenarnya keluarga Wilson sudah mengungkit pernikahan mereka, tapi Viola terlalu mencintai pekerjaannya dan sangat sibuk dengan syuting hingga dia nggak ada waktu untuk membahas pernikahan. Jadi masalah ini terus ditunda.”Dia mendesah dan memarahi putrinya. “Anak itu sudah kumarahi berkali-kali agar segera menerima lamaran pernikahan dari keluarga Wilson, tapi Viola sangat bandel hanya peduli dengan syuting.”“Ah, dia seorang selebriti dan berada di puncak karirnya, wajar jika dia menunda pernikahan. Ketika seorang wanita menikah, mereka diharapkan bera
Kediaman Samson tidak banyak berubah. Rumah keluarga Samson tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Tidak sebesar rumah lamanya dengan Lucian dan keluarga Wilson, juga rumah keluarga Adams.Dia bisa mendengar suara musik dari dalam rumah. Sudah banyak mobil berjejer di halaman parkir saat Laura datang. Biasanya keluarga Samson selalu mengadakan pesta ulang tahun di hotel mewah setiap tahunnya. Tapi kali ini mereka mengadakan pesta di kediaman sendiri.Melihat tidak banyak mobil yang berjejer di halaman parkir, seperti ini hanya pesta kecil, atau keluarga Samson sudah menurun selama tiga tahun ini? Laura melirik gaun merah yang dikenakannya merupakan dijahit khusus oleh desainer keluarga Adams.Apakah akan menarik perhatian jika dia hadir di pesta gaun ini?Dia pikir keluarga Samson akan mengadakan pesta perayaan yang besar jadi dia mengenakan gaun yang biasa dia kenakan.Sudahlah, dia hanya memberi salam dan memberi kado lalu pergi. Laura datang sendirian, dia tidak ingin memba
Lucian terdiam, tidak merespon atau membantah.Dua orang wanita lewat di depan mereka, melirik Lucian menganga. Tatapan mereka menatap tertuju pada tubuhnya dan tersipu.“Pria itu memiliki tubuh yang seksi. Aku yakin dia pasti besar ‘di bawah’ sana.” Mereka terkikik terus melanjutkan langkah mereka.Laura terdiam mendengar komentar mereka dan melirik ke bawah perut Lucian yang tertutup handuk. Dia samar-samar ingat ‘itu’ agak besar dan panjang.“Kenapa? Ingin melihat milikku?” Lucian berkomentar dengan nada menggoda sambil memegang simpul handuknya, tampak seolah dia akan melepaskannya.“Apa kamu gila? Siapa yang melihat barang milikmu.” Laura menampar dadanya. Bisa-bisanya pria itu tidak tahu malu setengah telenjang di depan pintu apartemennya dan menjadi tontonan.Suasana tegang di antara mereka karena Viola agak mencair.“Benar, kamu nggak tertarik karena kamu sudah tahu ukuranku, aku mengerti.” “Omong kosong apa yang kamu bicarakan, dasar gila! Dan kenakan pakaianmu! Apa kamu ngg
“Viola!” Lucian muncul dan melepaskan cengkraman Viola dari rambut Laura. “Lucian–” Viola tak menyelesaikan kalimatnya karena Lucian menampar wajahnya sangat keras. Suara tamparan itu sangat renyah bergema di koridor.Laura menutup mulut terkejut tapi tidak mengatakan apa-apa. Namun bibirnya cemberut karena Lucian keluar hanya dengan mengenakan handuk di pinggangnya. Tubuhnya yang berotot setengah basah seperti baru keluar dari kamar mandi.Viola merasakan pipinya sangat perih karena tamparan Lucian. Air matanya mengalir menatap pria itu. “Lucian, apa-apaan ini? Mengapa kamu menamparku?”“Apa yang kamu lakukan di sini dan menjambak Laura? Itu yang pantas kamu dapatkan.” Lucian berkata dengan dingin.“Lucian, aku calon istrimu! Beraninya kamu tinggal dengan wanita lain di sini!” “Kapan aku pernah mengumumkan kamu calon istriku? Tak pernah ada perjanjian pernikahan antara aku dan kamu. Semua itu hanya angan-anganmu dan keluargamu.”“Aku … aku adalah ibu Jayden! Kamu seharusnya bertan
Laura menutup mata Amel dan menendang perut Lucian, membuatnya terdorong jatuh dari tempat tidur. “Ugh ….” Pria itu terjatuh dari tempat tidur.“Papa!” Amel segera bangun mendengar suara erangan kesakitan papanya dan menarik turun tangan Laura yang menutup matanya. “Papa, papa kenapa? Kenapa Papa di lantai?” Dia bertanya penasaran dan cemas.“Papa hanya jatuh, sayang. Tempat tidur ini kecil, jadi papamu berguling dan terjatuh,” kata Laura lembut, mengabaikan Lucian yang terjatuh di lantai.“Ayo, sayang, mama akan memandikanmu. Kamu harus berangkat ke sekolah.” “Tapi Papa ….” Amel masih mencemaskan Lucian.“Papa nggak apa-apa. Dia pria besar dan nggak bakal nangis. Benarkan, Papa?” Laura melirik Lucian sambil tersenyum, tampak puas melihatnya kesakitan.Lucian agak terpana mendengar kalimat terakhirnya lalu tersenyum.“Mama besar, Amel. Papa cuma jatuh dari tempat tidur.” Saat dia mengatakan itu, dia mengedipkan mata ke arah Laura. Laura membuang muka dengan cemberut. Pipinya teras