Home / Romansa / Pawang Cinta Ternyata Jodoh / BAB 4 : Sikap Yang Tak Biasa

Share

BAB 4 : Sikap Yang Tak Biasa

Author: Soffia
last update Last Updated: 2022-09-20 08:39:43

Sungguh, rasanya dihadapkan pada sesuatu yang menakutkan dan mengerikan itu benar-benar menguras otak dan pikiran. Pagi hari sudah dihadapkan pada munculnya Zean, sekarang pulang sekolah lagi-lagi ia harus berhadapan dengan cowok itu. Menghindar adalah cara yang paling tepat.

"Gue ikut kalian," ujar Serena pada Kalina dan Sandra saat pulang sekolah.

"Lah, bukannya nggak diijinin sama Kak Ken?"

"Gue malanggar ijin," balasnya sambil merogoh ponselnya di dalam tas.

Mengirimi pesan pada Ken dan mengatakan kalau ia akan pulang telat.

"Kuyy ... cabut," ajaknya pada kedua sahabatnya setelah menonaktifkan ponselnya. Karena apa? Yakinlah kakaknya tercinta itu pasti bakalan ngamuk dan heboh meneleponnya. Jadi, cara yang paling aman agar kupingnya nggak panas, adalah dengan memasang mode silent di ponsel.

Keduanya memasuki sebuah pusat perbelanjaan. Rasanya sudah lama ia tak menelusuri tempat ini. Ya, tepatnya saat dirinya dan kehidupannya berada di pengaturan Ken.

Ketiganya belanja sepuasnya. Ada untungnya ia kemarin menghubungi mamanya dan minta duit tanpa sepengetahuan Ken. Jadi, ia bisa menyalurkan hobby yang sempat mangalami pending.

Lupa waktu, lebih tepatnya sengaja ia lupakan. Nanggung kalau mau dapat omelan Ken.

"Pulang, yuk," ajak Kalina.

"Tapi gue nggak usah diantar, ya ... nggak apa naik taksi aja."

"Lah, kenapa?"

"Ntar Kak Ken liat dan kalian kena imbasnya," jawabnya. Kemudian melirik ke arah Kalina. "Lo mau Kalau dia marah sama lo?"

"Kagak lah," respon Kalina cepat.

Mengeluarkan ponsel dari dalam tas nya dan mengecek benda itu. Gila! Rentetan pesan dan panggilan tak terjawab membanjiri layar ponselnya. Hanya ada empat nama. Papanya, mamanya, Ken dan Zean.

"Astaga! Mereka niat sekali mengirimi gue pesan dan menelepon sampai berkali-kali begini."

"Kenapa?"

Belum ia menjawab pertanyaan Sandra, ponselnya langsung berdering. Lihatlah, kali ini orang yang tak ia harapkan justru yang pertama memanggilnya.

"Hallo," sahutnya.

"Kamu dimana? Ngapain pake pergi tanpa ijin? Kalau ada apa-apa gimana? Mau kamu, dijahatin orang di luaran sana? Bilang sama aku di mana posisimu, Serena?"

Bukannya menjawab, ia lebih memilih untuk memutus percakapan itu. Jujur, itu barusan rentetan pertanyaan macam apa bisa sepanjang jalan kenangan begitu.

"Siapa?" tanya Sandra bingung. Ditambah lagi dengan ekspressi muka Rena yang tampak tak baik-baik saja.

"Kak Zean," jawabnya.

"Dia kenapa?"

"Gue kaget lah. Nanyain keberadaan gue udah kayak apaan aja. Posisi, situasi, kondisi, de el el," terangnya.

"Aneh," respon Sandra.

"Banget. Apa dia mencatat semua pertanyaan itu di sebuah kertas, trus pas nanya dia pake konsep gitu."

"Atau ... kesambet, mungkin," tambah Kalina.

"Apa kepalanya kejedot?"

"Yang jelas bukan sakit perut, ya."

Kalina malah dapat tempelengan dari Sandra dan Serena. Tebakan yang melesat jauh.

"Jadi sekarang kuy lah kita pulang," ajak Rena.

Jadilah, ia sekarang pulang menggunakan taksi. Deg-deg'an? Duh, jangan ditanya lagi. Ini jantung seakan mau copot. Yang akan menunggunya di rumah bukan hanya Ken, tapi juga Zean. Ia belum kepikiran, hukuman apa yang kira-kira dipergunakan dua cowok itu padanya.

"Kakak udah pulang belum, ya," gumamnya sambil melirik dibalik pagar setelah turun dari taksi.

Perlahan ia buka pagar. Tapi saat masuk dengan cara mengendap-ngendap, ia justru malah dikagetkan dengan hadirnya pak satpam di depannya. Benar-benar nggak tahu situasi ini bapak.

"Pak! Kalau muncul, jangan tiba-tiba gitu dong. Kan aku kaget," berengutnya mengatur detakan jantungnya.

"Lah, si Non ngapain juga pake mengendap-endap gitu jalannya. Jangan bilang kalau Non Rena mau maling, ya?"

Ngeselin, nih, bapak-bapak. Udah ngagetin, sekarang malah bilang dirinya mau maling. Duh, kipas mana, nih, kipas. Tiba-tiba kepala berasa panas.

"Terserah Bapak mau ngomong apaan," keluhnya. "Btw Kakak di rumah nggak, Pak?"

"Lah, Aden bukannya pergi."

"Pergi?" Pasang wajah bingung. "Pergi kemana?"

"Nyusulin Tuan sama Nyonya."

"What?!" Seketika ia kaget. "Jangan bercanda deh, Pak."

"Dua rius, Non," respon Pak Satpam menunjukkan lima jarinya.

Hanya geleng-geleng saat mendengar kata dua rius yang diucapkan laki-laki paruh baya itu, tapi malah menunjukkan lima jari dihadapannya.

Kemudian melangkah cepat memasuki rumah. Oke, ternyata benar apa yang dikatakan Pak Stapam kalau Ken tak ada di rumah. Ini rumah benar-benar sepi. Tiba-tiba senyuman tersungging di bibirnya saat mengingat sesuatu.

"Itu artinya, gue bebas dong," gumamnya.

"Non kenapa?"

Aneh, ya. Tadi Pak satpam yang mengagetkannya. Sekarang malah bibik. Apa ia memang tak bisa dibiarkan untuk senang agak sebentar, ya.

"Aku mau ke kamar dulu," ujarnya.

"Oiya, Non ... tadi Den Zean ke sini. Bukan sekali, tapi udah bolak-balik beberapa kali nanyain Non Rena," terang bibik yang menghentikan langkahnya saat hendak menuju kamar.

"Masa?"

"Iya, Non."

Siapkan kuping yang tebal sajalah menghadapi dua makhluk tampan itu. Iya, sebagai cewek normal, ia akui kalau Zean memang tampan. Bahkan banyak yang bilang kalau dia dan Ken sodaraan, karena memiliki paras yang terlihat mirip. Tapi kalau menurutnya, persamaan kedua cowok itu malah lebih ke sikap mereka yang menyebalkan sampe ke tulang sum-sum.

Pengorbanan dan kesabarannya beberapa hari bersama Ken, sepertinya akan terbayar. Karena ia melupakan kalau Ken tak ada di rumah, itu artinya tak ada omelan.

Menghempaskan badannya di kasur. Kali ini tak ada yang membuatnya kesal. Tapi apa? Di saat yang bersamaan justru tetap saja ada menganggunya.

"Iya, sebentar!" teriaknya bangun dari tempat tidur dan berjalan malas menuju pintu. Ia tebak, ini pasti bibik yang bakalan memaksanya untuk makan.

Pintu terbuka.

"Apalagi, sih, Bik?" tanyanya langsung.

Bukan jawaban, apalagi bibik ... tapi seseorang yang kini tiba-tiba langsung memeluknya erat. Bahkan mendapatkan perlakuan seperti itu membuatnya seakan membeku. Oke, ini bukan saking dinginnya, justru malah hangat. Tapi, perlakuan yang tak biasa ini benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata.

Pelukan itu terlepas, tapi ia masih di posisi yang membingungkan.

"Kenapa pergi tanpa bilang padaku? Kamu berniat membuat cemas semua orang, ya? Atau justru sengaja membuat aku cemas?"

Serena menggeleng cepat, hingga mulutnya begitu susah untuk bicara.

"B-bukan begitu, Kak ... aku cuman pergi sama teman. Nggak ada niatan buat bikin semuanya panik." Ia sampai bicara dengan terbata-bata mendapatkan sikap tak biasa ini.

"Haruskah dengan cara tak menjawab panggilan telepon dan tak membalas pesan?"

Kali ini ia tak punya jawaban dan bantahan. Zean, kini cowok yang ia takutkan muncul dihadapannya.

"Kakak kenapa, sih? Kenapa sikapmu jadi begini padaku?"

"Perihal hati."

"Hah?"

"Karena kamu adalah adik dari sahabatku ... saat dia minta untuk menjagamu, tentu saja itu jadi sebuah tanggung jawab bagiku. Kamu pergi tanpa ijin dan sepengetahuanku ... apa menurutmu itu tak membuatku panik?"

Ia yang tak beres sepertinya. Saat Zean mengatakan 'perihal hati', otaknya justru langsung travelling memikirkan hal yang aneh-aneh.

"Maaf, Kak ... Kak Ken kemana, ya?" tanyanya mengubah topik pembicaraan. Padahal ia sudah tahu loh, kalau Ken pergi. Hanya saja agar Zean tak melulu membahas hal yang menjadikan dia begitu aneh.

"Nyusulin orang tua kamu. Ada surat penting yang harus diantar langsung," terang Zean.

"Hah? Serius? Duh, aku ditinggal dong. Hwaa ... sebagai kakak, dia benar-benar menyebalkan meninggalkan adiknya ini sendirian di negara ini. Aku kesal!"

Zean malah menatap tajam ke arah Rena. Dikira ia bisa dibohongi dengan sikap lebay itu. Begini-begini ia sudah jauh-jauh hari memantau sikap asli ini cewek.

"Sok sok'an kesal, padahal kamu senang, kan ... ditinggal," komentar Zean.

Serena berusaha menahan tawanya saat mendengar komentar Zean. Asli, ni cowok sekarang baiknya lagi kumat. Sepertinya nggak bakalan bikin ia kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 55

    Tadinya Kalina hanya bergelayut di tangan Ken, membuat langkah itu begitu susah. Apalagi tanpa alas kaki. Tapi saat sampai di luar ... Ken malah dengan cepat mengangkat tubuh Kalina."Jangan mulai membuatku kesal lagi. Turunin aku sekarang juga!"Kehebohan itu terulang lagi. Saat sikap Ken membuatnya seolah jadi pusat utama. Kemarin posisi rumah sakit sedang sepi, dan sekarang? Jangan ditanya lagi. Bisa-bisa ia jadi tontonan semua orang di rumah sakit ini."Jalanmu seperti itu, kapan kita sampainya?""Tapi jangan menggendongku juga dong. Demi apa sikapmu membuatku jadi seseorang yang ...""Bentuk perhatianku padamu," timpal Ken langsung."Jangan mulai lagi!" tegas Kalina.Apa tidak cukup sikap dia semlaam yang bikin dirinya merasa bingung. Dan sekarang dia mulai lagi. Apa niat Ken emmang sedang menguji hatinya yang terlalu mudah baper ini?"Peringatanmu tak mempan sama sekali buatku, Kalina. Selama aku nyaman, akan ku lakukan ... meskipun kamu menolak sekalipun. Aku nggak perduli."La

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 54

    "Kak," gumam Kalina kaget akan kedatangan Kenzie. "Kok ke sini? Kamu kan lagi sakit."Dokter tersenyum mendapati Kenzie muncul di saat yang dibutuhkan.Ken berjalan menghampiri Kalina yang posisinya berdiri di dekat tempat tidur, karena tadinya sudah siap untuk mengenakan sepatunya."Memangnya kenapa kalau aku ada di sini. Kaget?""Sangat," sahut Kalina cepat. Bukan kaget lagi, tapi justru malah shock berat."Bagus, akhirnya pacar kamu datang buat jagain, kan," respon dokter akan kehadiran Ken.Kalina hanya bisa menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal dan senyuman penuh rasa tak enaka, saat mendengar celetukan dokter ketika mengatakan kalau Ken adalah kekasihnya."Duh, Dokter ... kan aku sudah bilang kalau kita berdua nggak punya hubungan apa-apa, apalagi pacaran. Pliss deh, dok. Jangan mengada-ngada.""Dia kenapa dokter?" tanya Ken, malah mengabaikan sikap Kalina yang seolah menghindarinya."Semalam sudah saya bilang, kan. Tolong hingga luka itu sedikit mengering, agar jangan dibaw

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 53

    Zean tak tidur semalaman, pagi ini kepalanya dibuat kliyengan. Tapi semua itu ia abaikan, demi menunggu hasil dari pemeriksaan yang akan diberikan oleh dokter tentang kondisi Serena. Berharap semuanya lebih baik, karena kalau tidak ... itu benar-benar akan membuatnya mati secara perlahan."Zean, kamu istirahat saja dulu. Ada Om dan Tante, kan, di sini," ujar Norin pada Zean.Ia tahu bagaimana cemasnya Zean akan putrinya, tapi sebagai seorang Ibu dirinya juga khawatir kalau Zean malah mengabaikan kodisi dia karena memikirkan Serena."Tante tahu kalau kamu cemas, tapi kalau kondisi kamu ikut drop, bukankah itu akan membuat dia juga merasakan itu."Zean mengangguk paham dengan apa yang dikatakan Norin. "Aku akan istirahat, Tante ... tapi sebelum itu, aku mastiin dulu kalau Eren baik-baik saja."Menghela napasnya ketika sarannya diterima oleh Zean. Ya, meskipun tetap ... dia menjadikan Serena nomer satu dulu dibandingkan kondisi dia sendiri.Tepat saat jam menunjukkan pukul 8 pagi, dokter

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 52

    Berharap tidur nyenyak, tapi apa yang terjadi. Ia justru tak bisa tidur sama sekali. Bukan perkara memikirkan Ken, tapi justru kakinya yang malah nyut-nyutan. Entahlah, mungkin karena tadi ia terus bawa jalan tanpa berpikir efeknya ... sekarang malah merasakan sendiri sakitnya.Matahari sudah menampakkan sinarnya, memasuki beberapa sudut gorden yang tersingkap oleh angin pagi, karena jendela tak ia tutup sama sekali."Bik!" teriaknya memanggil bibik yang berada di lantai bawah. Berharap panggilannya didengar, tapi sepertinya tidak sama sekali. Buktinya wanita paruh baya itu hingga beberapa menit kemudian tak menampakkan diri di kamarnya.Membuka perlahan perban yang menutupi kakinya dan ya ... hasil yang mengejutkan. Luka itu kembali mengeluarkan darah. Itu artinya, masih jauh dari kata baik-baik saja."Lukanya malah makin parah ini mah," ringisnya dengan nada tertahan ... melepaskan benda yang menempel itu dari telapak kakinya hingga benar-benar lepas.Berjalan perlahan menuju lemari

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 51

    Kalina meletakkan telapak tangannya di dahi Kenzie, menghela napas ketika rasa panas itu masih terasa. Bahkan masih sama seperti sebelumnya. Ya, jelas ... karena dia belum minum obat sama sekali. "Kak, kotak obat di mana?""Di bawah. Di dalam lemari dekat ruang keluarga," jelas Ken.Kalina hendak beranjak pergi, tapi Ken menyambar tangannya ... membuat niatnya terhenti."Hmm, kenapa?" tanya Kalina heran."Aku nggak butuh obat," ujarnya pelan, dengan punggung yang ia senderkan di sandaran tempat tidur."Kakak mau sembuh nggak, sih?""Kal, maaf, membuatmu repot harus mengurusku," ucap Ken.Kalina malah tersenyum menanggapi perkataan Kenzie. "Hanya itu?" Canda Kalina.Tak membalas, tapi tiba-tiba Ken malah menarik Kalina ke pelukannya dan memeluk erat gadis itu. Entahlah apa yang terjadi padanya, tapi ketika berada sedekat ini dengan Kalina membuatnya berasa tenang saja."Kak ...""Hanya sebentar," timpal Kenzie saat Kalina berusaha lepas darinya.Hatinya tak karuan mendapatkan sikap se

  • Pawang Cinta Ternyata Jodoh   BAB : 50

    Mata Kenzie yang terpejam seketika terbuka saat mendengar sebuah kalimat ajakan itu. Bukan karena ajakan, tapi lebih tepatnya fokus pada sosok yang mengajaknya."Ayo, pulang denganku," ajak Kalina menyodorkan tangannya, berharap dapat sambutan dari Ken."Udah, pulang sana sama Kalina. Serena juga bakalan nyuruh lo pulang, kalau tahu kakaknya sakit, tapi malah di sini dengan udara dinginnya malam," terang Zean. "Kamu kuat bawa mobil, kan? Atau Papa minta supir untuk jemput aja?" tanya Wira pada Kenzie. Karena tak ingin mengambil resiko terburuk, dengan kondisi Ken yang sedang tak baik malah memaksakan untuk mengemudi."Aku bisa kok, Om," sahut Kalina ramah yang mendapatkan anggukan dari Wira."Nanti Kalina istirahat di rumah aja, ya. Sekalian bisa mantau kondisi Kenzie. Biasanya dia kalau lagi sakit suka rada ...""Ma ..." timpal Ken dengan ocehan mamanya.Norin malah tersenyum melihat ekspressi putranya yang tak terima dengan perkataannya.Kalina menarik kembali tangannya karena tak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status