Home / Romansa / Pay Me With Your Body / 69. Cinta Yang Takkan Berhenti

Share

69. Cinta Yang Takkan Berhenti

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-07-08 14:54:52
Aveline tidak tahu bagaimana dirinya bisa berakhir di dalam pelukan Dominic di lantai kamar yang sunyi.

Air matanya telah mengering, namun tubuhnya masih terasa dingin.

Perasaannya remuk, tapi anehnya… hangat dari tubuh Dominic yang menyatu dengan dirinya terasa begitu menenangkan, serta mampu membungkam riuh dalam pikirannya.

Ia tidak lagi melawan saat Dominic mengangkat tubuh mungilnya dalam gendongan.

Tangannya melingkar di leher pria itu tanpa suara, dan pipinya bersandar di dada bidang yang selalu memberinya rasa aman.

Tanpa berkata sepatah kata pun, Dominic membawanya ke dalam kamar mandi utama yang luas.

Ruang itu seperti potongan dari surga tersembunyi.

Lampu gantung kristal yang berkilau lembut di langit-langit tinggi, ubin marmer hangat, dan di tengahnya, jacuzzi besar berwarna gading dengan uap tipis yang sudah menguap dari air hangat yang dipenuhi banyak kelopak mawar kuning.

Pasti Dominic juga sudah menyiapkan ini, sama seperti sarapan di dalam kamar.

De
Black Aurora

aduuuh, adegan dimandiin tapi kok ya gak lanjut hohe sih?! payah nih otornya 😝

| 6
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pay Me With Your Body   96. Ingin Merebut

    Aroma khas rumah sakit yang menusuk hidung menyambut Clarissa saat kelopak matanya perlahan terbuka. Pandangannya kabur karena sinar lampu putih menyilaukan di langit-langit, dan suara mesin monitor detak jantung berdetak pelan di telinganya. Setiap senti tubuhnya terasa seperti dihantam palu. Sakit, nyeri, perih, dan menusuk hingga ke tulang. Ia mengerang pelan dan mencoba menggerakkan tangan, namun lengan kirinya terbungkus perban tebal. Sakitnya luar biasa. Wajahnya terasa berat dan kaku, bahkan sebagian seperti mati rasa. Saat pandangannya mulai fokus, ia menangkap bayangan seseorang berdiri di sisi tempat tidurnya. Seseorang yang tinggi, tegap, dan diam membatu seperti patung. Matanya menyipit untuk mengenali sosok samar itu,Tapi detik berikutnya, jantungnya hampir berhenti ketika menyadari tatapan mata serta ketegasan yang dingin tanpa belas kasihan itu yang terasa familier. “Dominic…?” suara Clarissa serak dan lemah, hampir tak terdengar. “Kamu sudah sadar.” Pria it

  • Pay Me With Your Body   95. Musnah

    Suara hujan masih tersisa dalam bentuk titik-titik lembap di kaca depan mobil, saat Ezra Blaine menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Satu tangan memegang setir dan satunya lagi menangkup dagu. Mobil sedan hitam itu meluncur mulus di jalan menurun menuju batas kota, membelah hening malam yang dipenuhi cahaya oranye dari lampu jalan. Di sebelahnya, Clarissa Blaine, wajah putrinya itu terlihat jelas amarah yang belum sepenuhnya reda. “Sombong sekali dia,” guman Clarissa sambil menatap jendela, wajahnya memantul samar di balik bayangan malam. “Lucien Deveraux itu benar-benar angkuh. Kita sudah datang baik-baik, bahkan menyodorkan kerja sama.” Ezra mendengus, menggertakkan gigi. “Lucien selalu berpikir dia di atas semua orang. Bahkan dulu sejak ayahnya masih hidup, keluarga Deveraux memang terkenal selalu menutup pintu untuk siapa pun yang ingin menyentuh ‘zona nyaman’ mereka.” Clarissa melirik ayahnya. “Tapi kita butuh dia. Kita tidak bisa membangun aliansi tanpa dukungan p

  • Pay Me With Your Body   94. Racun

    Baru saja Dominic berniat menyergap bibir Aveline yang menggiurkan, tiba-tiba ponselnya yang diletakkan di samping botol air tiba-tiba berdering nyaring. Layarnya menunjukkan sebuah panggilan video masuk dari ibunya. Dominic mendengus, separuh kesal karena momen intim mereka terpotong. Tapi ia tetap menjawab dan menegakkan tubuhnya, menyambungkan panggilan ke layar lebar yang terpasang di dinding gym. Sedetik kemudian wajah kedua orangtuanya muncul di layar. Ayah Dominic yang mengenakan sweater rajut dan terlihat lebih sehat, serta ibunya yang duduk di sampingnya di balkon apartemen mereka di Swiss, dengan latar pegunungan Alpen yang membentang indah. "Hey, pria besar dan keras kepala!” sapa ibunya ceria. “Dan halo menantuku yang cantik!” Aveline tersenyum seraya melambaikan tangan. “Halo, Ibu. Ayah.” “Aku melihat perubahan besar di wajah Dominic,” ujar ibunya sambil tersenyum hangat. “Dia kelihatan lebih bahagia dan hidup.” Ayah Dominic terkekeh pelan. “Mungkin kar

  • Pay Me With Your Body   93. Cinta Mati

    Udara pagi di NORD terasa segar, sejuk dengan aroma khas hutan pinus yang membungkus bangunan kaca tempat gym terbuka itu berada. Sinar matahari menerobos langit-langit transparan, menari di atas permukaan baja peralatan gym, menciptakan refleksi keemasan yang hangat di lantai kayu yang bersih. Dominic Wolfe mengenakan kaus berwarna abu gelap yang melekat sempurna di tubuh kekarnya. Celana training hitam membingkai kakinya yang kokoh saat ia berbaring di bangku, mengangkat barbel baja seberat lebih dari tubuh manusia biasa. Setiap gerakan ototnya terukur, tegang, dan penuh kendali. Tapi bukanlah beban yang membuat dahinya berkerut dalam konsentrasi penuh, melainkan sosok perempuan yang berlari di atas treadmill tidak jauh darinya. Aveline. Keringat membasahi pelipis dan tengkuk istrinya, tapi ia tetap saja terlihat sangat menawan. Rambut pirangnya diikat tinggi, dan tubuhnya yang ramping terus bergerak dengan mantap di atas mesin. Namun manik coklat gelap Dominic yang ta

  • Pay Me With Your Body   92. Pertemuan

    Aveline menggigit bibir, dan matanya mulai berkaca-kaca karena hasrat yang mulai perlahan menyala di dalam dirinya, bukan karena tangis. Dominic tahu itu, dan ia menyukai bagaimana istrinya meleleh di bawah sentuhannya. Bagaimana sensualnya tubuh gemetar Aveline yang membuatnya merasa dibutuhkan dan diinginkan. Dominic lalu mengangkat Aveline dan kembali membaringkannya perlahan di tempat tidur yang luas. Lampu kamar yang berpendar membuat bayangan tubuh mereka menari di dinding kaca superyacht yang menghadap laut lepas. Ciumannya yang lembut kini berubah dalam dan menggoda, dan jemari Dominic menjelajahi dadanya dengan perlahan namun penuh tuntutan. Sementara Aveline memejamkan mata, menyerahkan dirinya pada pria yang selalu tahu bagaimana membuatnya merasa aman, dan juga terbakar dalam waktu yang sama. “Biarkan aku yang menyembuhkanmu malam ini…” bisik Dominic lembut, sebelum bibirnya berpindah untuk menyesap rakus puncak dada Aveline yang semula ia sentuh dengan jar

  • Pay Me With Your Body   91. Mimpi

    Saat malam turun semakin pekat, Aveline pun mengeluarkan suara erangan lirih dalam tidurnya. Keningnya berkerut dalam, tubuhnya bergeraklah dengan gelisah. Ia sedang bermimpi ada kabut putih yang menelannya, serta suara lembut seorang wanita yang memanggilnya dari kejauhan. "Aveline… Aveline..." Ia menoleh, dan samar-samar melihat sosok perempuan tak dikenal yang berdiri di bawah pohon besar. Wanita itu tersenyum hangat, namun anehnya senyum itu terasa mengiris hatinya. "Aveline, kemarilah…" Tanpa sadar, kaki Aveline pun mulai bergerak untuk berlari menghampirinya. Tapi tiba-tiba saja, tanah yang diinjaknya pun runtuh dan tubuhnya pun terjatuh, terjun ke dalam air yang sedingin es. Serta-merta Aveline menjerit, namun anehnya tak terdengar satu suara pun yang keluar dari bibirnya. Tubuhnya tenggelam semakin dalam dan air dingin yang tajam mulai memasuki paru-parunya. Ia kembali mencoba untuk menggapai permukaan, tapi ia tetap saja tak bisa bernapas. “Aaaakh!”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status