Bersama dengan tetua Wa Lein, tetua Hon Du dan tetua Ba In, Lin Jiang masuk ke dalam markas besar sekte pedang iblis.Hanya satu alasan Lin Jiang ingin masuk ke dalam sekte pedang iblis, untuk memastikan kalau pedang di tangan Zhin Shian adalah pedang rajawali emas.Jika itu sungguh pedang rajawali emas, maka tidak ada lagi alasan bagi Lin Jiang untuk tidak mengalahkan Zhin Shian, karena pusaka itu merupakan bagian dari pedang penguasa kegelapan yang saat ini sedang akan dikumpulkan Lin Jiang, untuk disatukan lagi. "Dimana dia berada?" tanya Lin Jiang."Sepertinya dia sudah istirahat, Lin Jiang!" kata tetua Wa Lein."Istirahat?" kata Lin Jiang dan mata Lin Jiang melihat ke arah tetua Ba In.Tetua Ba In jelas paham, Lin Jiang jelas inginkan tetua Ba In bangunkan Zhin Shian, dan itu pastinya agar Lin Jiang bisa melihat pusaka yang dibawa oleh Zhin Shian."Aku tahu!" kata tetua Ba In.Tetua Ba In melangkah ke arah kamar Zhin Shian, dan Lin Jiang ikuti dari belakang."Zhin Shian, apa kau
Tetua Wa Lein untuk sesaat diam dan menunggu apa yang ingin dibicarakan dengan Lin Jiang dengan dirinya. Tetua Wa Lein jelas penasaran, namun bukan hanya dia, namun tetua Ba In, tetua Hon Du juga merasakan rasa penasaran akan apa yang ingin dibicarakan oleh Lin Jiang dengan tetua Wa Lein."Tetua Wa Lein, apa yang kau rencanakan hingga kau bersedia bergabung dengan sekte pedang iblis?" tanya Lin Jiang.Seketika itu juga, wajah tetua Wa Lein pucat dan berubah warna, yang mana dia tahu kalau Lin Jiang menyadari apa yang ada dalam pikiran dan rencana yang telah dia susun. "Apa Lily Kai mengatakan sesuatu padamu, Lin Jiang?" tanya tetua Wa Lein."Iya, cucumu mengatakan padaku kalau kau ingin bangkitkan kembali organisasi mata iblis," jawab Lin Jiang.Mata tetua Wa Lein melotot ke arah Lily Kai, dan ia sungguh tak bisa lagi berkata apa-apa kali ini. "Jawab tetua Wa Lein, apakah kau sungguh ingin membangkitkan kembali organisasi mata iblis?" tanya Lin Jiang."Iya, memang itu yang aku renc
Sekte Mawar Jingga, sekte yang berada di kota Linjiang, salah satu kota yang berada dalam wilayah kekuasaan kekaisaran Han. Di sekte itu, seorang pemuda yang memiliki bakat tinggi, bakat yang hanya ada dalam seratus tahun sekali. Lin Jiang, itulah nama pemuda itu. Di usia yang masih sangat muda, dia adalah mencapai tingkat pendekar alam roh tahap menengah.Hal itu membuat banyak sekte yang tak suka, dan berusaha untuk merebut Lin Jiang dari sekte mawar Jingga. Di belakang sekte, tepatnya di tempat latihan yang dikhususkan untuk Lin Jiang. Pemuda berusia sebelas tahu itu sedang berlatih dengan giatnya. Cita-cita dan harapan telah diberikan di pundak bocah muda itu. Harapan keluarga Jiang di kota Linjiang."Gerakkan kedua kakimu Lin Jiang, jurus yang kau peragakan itu tidak tepat!" kata tetua Ju Bin memberikan petunjuk pada Lin Jiang."Baik, tetua!" sambut Lin Jiang dan memperbaiki jurus yang sedang ia latih. Melihat gerakan dan jurus Lin Jiang yang semakin mantap, senyum di bibir t
Beberapa hari telah berlalu, dan Lin Jiang masih berada dalam keadaan tak sadarkan diri. Seluruh tubuh Lin Jiang masih berada dalam balutan warna putih, layaknya mumi yang sedang dibungkus. Tanpa Lin Jiang sadari, sudah akan ada yang berubah saat ia sadar, ia akan merasakan perubahan yang tak akan ia duga selama ini.Yang tak Lin Jiang sadari adalah, kabar tentang hancurnya dantian dan bakat yang ia miliki sudah tersebar ke seluruh kota Linjiang. Hal itu memberikan rasa malu pada keluarga Jiang yang sedang membangun kembali kehormatan di kota Linjiang.Pada hari ke tujuh, barulah Lin Jiang membuka matanya, dan rasa sakit seketika itu mendera seluruh tubuhnya. "Sakit!" erang Lin Jiang.Tapi, rasa sakit ditubuhnya dia lupakan karena mendengar suara keributan di luar kamar ia sedang terbaring. "Keributan apa itu?" tanya Lin Jiang.Dengan menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, Lin Jiang keluar dari dalam kamarnya, dan saat ia membuka pintu kamar, dia melihat ayahnya berlutut pada se
Langit yang ada di atas kepalanya rasanya runtuh karena perkataan dari pilihan dari ayahnya sendiri.Pilihan bunuh diri atau pergi, satu pilihan yang sangat sulit diambil oleh bocah seusia Lin Jiang."Sudah cukup!" teriak Wen Jiang dan mengambil pisau dari tangan Lin Jiang, putranya. "Ayo kita masuk ke dalam Lin Jiang!" kata Wen Jiang dan memapah tubuh Lin Jiang yang masih belum pulih untuk masuk ke dalam kamarnya."Aku berikan kau waktu tiga hari. Jika kau tak pergi dari rumahku ini, maka kau akan aku bunuh!" teriak tuan Jiang yang juga tinggalkan ruangan yang ada di depan kamar Lin Jiang. Tubuh Lin Jiang bergetar karena teriakan ayahnya. Perubahan yang tak akan pernah Lin Jiang duga selama ini. "Ibu, kenapa jadi seperti ini?" tanya Lin Jiang.Wen Jiang tersenyum hangat pada putranya. Kasih sayang seorang ibu yang tak akan pudar dari anaknya. "Itu hanya kemarahan sesaat saja, Lin Jiang. Kau jangan pikirkan hal itu. Ayahmu akan selalu sayang padamu!" kata Wen Jiang."Tidak, ayah t
Sui Jiang, kembali ke kediaman keluarga Jiang dengan wajah yang puas, bangga dan tanpa ada sedikitpun rasa bersalah padahal ia sudah melemparkan tubuh adiknya, Lin Jiang ke dalam jurang kematian. Ning Jiang, yang melihat kedatangan Sui Jiang dan hanya sendirian, langsung menemui saudaranya itu. "Dimana kak Lin?" tanya Ning Jiang."Mana aku tahu, kenapa kau tanyakan padaku soal di sampah itu?" kata Sui Jiang."Aku melihat kau bersama dengan ka Lin, katakan saja dimana dia?" tanya Ning Jiang dengan suara keras. "Bukan urusanmu, kau masih kecil, jadi itu bukan urusanmu!" kata Sui Jiang. "Dia masih kakakku!" teriak Ning Jiang."Iya, tapi sekarang ia sudah tak ada lagi. Jangan tanyakan padaku dimana dia!" kata Sui Jiang.Dan saat dia saudara itu berdebat, tuan Jiang datang bersama dengan istrinya, Wen Jiang."Apa kau sudah menyelesaikan tugasmu, Sui?" tanya tuan Jiang. "Sudah ayah, sampah itu tak mungkin lagi kembali ke rumah ini!" kata Sui Jiang."Sampah katamu?" bentak Ning Jiang.
"Hahahha, memakan mu?" kata naga bermata merah pada Lin Jiang."Iya, dari tatapan matamu aku bisa lihat kalau kau sangat inginkan tubuhku!" jawab Lin Jiang."Dasar bodoh, aku yang bangunkan aku. Jika kau tidak datang kemari, aku pasti masih tidur!" "Membangunkan dirimu, apa yang aku lakukan hingga kau bangun?" "Darahmu, darahmu telah mengotori tanah ini, dan itulah yang membuat aku bangun dari tidurku!" kata naga bermata merah itu.Lin Jiang segera ingat kalau sebelumya dia sudah terluka sangat parah karena lukanya yang belum sembuh kembali terbuka karena dihajar oleh kakaknya dan rekan-rekannya.Tapi, Lin Jiang tidak menemukan lagi luka itu, dan malah ia merasakan kalau bukan hanya luka luar saja yang sembuh, namun luka dalam karena ledakan di dalam tubuhnya juga sudah tak ada lagi."Apa yang terjadi padaku?" tanya Lin Jiang."Aku yang menyembuhkan luka dalam dirimu!" "Benarkah itu?""Iya, aku adalah roh naga spritual!" "Tidak mungkin! Ini sungguh diluar dugaan!" kata Lin Jiang.L
Argggggg!Lin Jiang menjerit kepanasan karena hawa panas yang dialirkan oleh kuku tajam naga bermata merah ke dalam tubuhnya. "Hahahah, nikmati saja bocah! Anggap itu ujian pertama untuk menguji tingkat kemampuan yang kau miliki!" kata naga bermata merah itu. Lin Jiang, bocah kecil berusia sebelas tahun itu jatuh ke tanah, dan tubuhnya bergulingan di tanah karena rasa panas yang memenuhi seluruh tubuhnya. Rasa panas itu memenuhi seluruh aliran darah di tubuh Lin Jiang, dan karena itulah ia tak mampu menahan rasa sakit itu. Bammmmmmm!!Untuk membuang rasa panas di tubuhnya, Lin Jiang memukuli semua yang ada di dekatnya. Batu-batu besar, kayu-kayu besar, dan bahkan apa saja yang bisa dia pukul untuk melawan rasa panas di sekujur tubuhnya. Hal itu membuat naga bermata merah itu tersenyum, karena memang itu yang ia harapkan. "Tunjukkan padaku kalau tubuhmu memang kuat!" ucap naga bermata merah itu.Pukulan demi pukulan Lin Jiang ke batu-batu besar, nyatanya membuat tangan kecil boc