Berbeda dengan suasana di dalam pesawat, disana, terlihat seorang lelaki tampan terbangun dari tidur nyenyaknya. Zico menatap ke seluruh ruangan pesawat yang terlihat kosong dan tidak ada siapapun. Zico dengan wajah binggungnya, ia mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Jangan bilang, aku ditinggalkan sendirian di pesawat,” gumam Zico dalam hati, ia berjalan keluar pintu pesawat dan dia menatapi keselilingnya yang ternyata ia sudah sampai di Paris.
“Kurang ajar, mereka benar-benar meninggalkanku. Dasar tidak punya perasaan, aku yang super tampan begini ditinggal sendiri di dalam pesawat!” umpat Zico.
“Bagaimana kalo aku diperkosa oleh tante girang tadi, aku kan rugi nanti tak perjaka lagi,” ujar Zico menghela nafas berat. Ia mengambil tas kpoer miliknya dan tidak lupa, ia memakaikan kacamata hitam kesayangannya dan pergi meninggalkan pesawat pribadi Dissa.
“Dissa, dimana kamu? Apakah kamu baik-baik saja, hidup dengan seorang dokter kejam seperti Daniel
"Daniel..." ucap Dissa dengan raut wajah pucat tetapi terlihat cantik.Daniel menoleh ke belakang dan menatap wajah cantik Dissa."Kamu sudah siuman?" tanya Daniel, duduk dipinggir ranjang tidur.Dissa mengangguk dan berusaha menampilkan senyuman indahnya.Daniel menyentuh kening Dissa dengan tangan kekarnya dan ia mengecek keadaan Dissa."Baiklah, aku hanya kelelahan dan cukup banyak istirahat." imbuh Daniel. Ia membereskan beberapa peralatan medis yang tadi ia taruh di meja sebelah tempat tidur Dissa. Supaya memudahkannya untuk mengecek kondisi Dissa seperti yang dilakukannya sekarang dan untungnya rekan dokter khusus ahli dalam belum datang maka memudahkannya untuk membatalkan pertemuaannya."Wah... Wah... Wah... Ternyata begini kau memperlakukan istrimu hingga jatuh sakit," ucap Sean tersenyum penuh arti.Daniel menoleh ke arah sumber suara itu, ternyata teman kerjanya sudah berdiri di depan pintu."Sejak kapan kamu berada
Di sebuah kamar mewah yang ditempati oleh sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Kini, mereka sedang bercanda ria di atas kasur ukuran king size. Tok... Tok... Tok, Siapa? tanya Dissa menghentikan tertawa kerasnya. 'Entahlah, aku tidak tahu. Biarkan saja nanti bisa pergi sendiri. Eh, Sudah sampai dimana cerita tadi," Daniel mulai menceritakan kisah kekonyolan di masa SMA. "Daniel," panggil Dissa, saat ia mendengarkan ketukan pintu yang semakin lama semakin keras. "Kamu lihat dulu, siapa tahu ada orang penting!" ujar Dissa. "Baiklah," ucap Daniel dengan memasang wajah kesal, karena di saat sedang berdua selalu saja ada orang yang pengganggu. Daniel yang bangun dari tempat tidurnya, ia berjalan menuju pintu kamar. Ia langsung membuka pintu kamarnya. "Mau apa kamu datang kesini?" tanya Daniel pada Zico yang tersenyum di depan pintu kamarnya. "Tentu saja, ingin bertemu dengan seseorang yang sudah berani meningga
"Apakah benar ini nomornya Daniel?" tanya seseorang di seberang sana. "Maaf, saya istrinya beliau dan ada keperluan apa dengan suami saya," jawab Dissa cetus. "Oh ya, saya Nick, pemilik rumah sakit terbesar di kota Sungailiat. Apa boleh saya berbicara dengan Daniel, sebentar," Ujar Nick. Dissa menoleh ke arah Daniel yang berdiri tidak jauh darinya dan ia memberikan menanyakan kepada Daniel yang dibalas anggukan iya olehnya. "Tentu saja, boleh," ucap Dissa seraya menyerahkan ponselnya ke arah Daniel. Daniel mengambil ponsel yang dari tangan Dissa dan memberikan respon dari penelpon. "Hallo," ucap Daniel. "Maaf mengganggu, apa benar bapak bernama Daniel?" tanya Nick. "Iya bener saya sendiri, ada apa?" tanya Daniel. "Saya Nick, pemilik rumah sakit terbesar di kota Sungailiat ingin mengajukan kerja sama mengenai rencana acara di luar negeri yang diikuti oleh sekumpulan dokter. Disini, saya ingin memberikan informasi
Dissa menatap mobil mewah yang berjalan keluar dari pekarangan Villanya. "Semoga saja, tidak terjadi apa-apa dan kita bisa berkumpul seperti dulu lagi," kata Dissa pada dirinya. Dissa berjalan masuk ke dalam villa, ia berjalan menuju lift dan mempersiapkan semua barangnya untuk pulang ke negaranya. *** Di sebuah bangunan mewah, terlihat seorang pria yang berjalan melintasi setiap lorong yang gelap tetapi masih terlihat dengan cahaya yang remang-remang. Tap... Tap... Tap, Diki berjalan melewati sebuah lorong menuju kamar mayat, "Kau tahu, ketika aku masih kecil,aku tak pernah menyangka hidupku bisa seperti menjadi ini," Diki menghentikan langkah kakinya di hadapan sebuah tempat brankas khusus orang yang meninggal. Ia membuka sebuah kain yang menutupi seorang mayat yang sedang bergerak dan ia langsung menembaknya. Dor! Dor! Dor! "Bahkan, merasakan dicintai oleh orang yang mengasihi ku pun tak pantas aku miliki. Aku benar-
Dor! Dor! Dor! "Bahkan, merasakan dicintai oleh orang yang mengasihi ku pun tak pantas aku miliki. Aku benar-benar terpuruk, hidupku hambar tanpa rasa dan hatiku rapuh tanpa perasaan," kata Diki dengan raut wajah sedihnya di hadapan seorang pria yang berhasil di tembaknya. Di langit malam yang gelap, sebuah helikopter Bergerak cepat mencari keberadaan seseorang. "Criss, apa kamu sudah yakin akan menyelidiki kasus ini?" "Iya, aku sudah siap, karena aku tidak ingin melihat korban selanjutnya yang mati menjadi tumbalnya," Daniel terdiam mendengarkan setiap ucapannya, saat ini, Daniel berada di dalam helikopter ditemani rekan kerjanya bernama Budi, Jesika, Sean selaku pemilik rumah sakit dan beberapa TNI AU dan Panglimanya yang siap siaga membantunya untuk menolong warga pengungsian. "Kau mungkin telah banyak membunuh. Apakah kamu punya saran, bagaimana kita menanganinya?" tanya Daniel yang menatap Criss yang duduk di sebelahnya. "
Di saat Dissa mulai merasa kesepian tanpa adanya kehadiran Daniel. Ia merasa hidupnya hambar dan tak berarti. Drt... Drt... Drt, "Ada apa?" tanya Dissa mengangkat panggilan masuk dari ponselnya. "Kak Dissa, bisakah kau membantuku untuk menjadi model dalam tugas fotografi. Ini termasuk tugas UAS dan wajib dikumpulkan. Aku harap kakak mau membantuku." jelas Intan panjang lebar melalui ponselnya. Dissa berpikir sejenak dan ia berdiri dari tempat duduknya yang berada di sofa kamarnya. "Hm..." jawab Dissa. "Baiklah, sepertinya itu tanda setuju. Aku jemput kakak satu jam lagi dan dandan yang cantik untuk diriku," ucap Intan langsung mematikan panggilan ponselnya. "Okelah, kau jangan anehhhh," ucapan Dissa terhenti dari panggilan ponselnya. "What! Berani sekali dia mematikan panggilan terlebih dahulu. Untung saja, kau adikku kalo bukan sudah ku ajak taekwondo," Dissa menaruh ponselnya dan ia berjalan ke arah ruang ganti untuk memilih
Intan mencari tombol on/off kamera tetapi ia tidak menemukannya. "Kak Andrean, kok gak ada tombol On/Off sih, biasanya posisinya terletak di sebelah kanan," ucap Intan yang masih mencari-cari tombol on/off kamera DSLR. "Coba dicari dengan teliti," ucap Andrean. "Eh, iya kak udah ketemu," sahut Intan seraya menekan tombol on kamera. "Kak, tolong atur kamera ini menjadi 3 teknik foto Fotografi," ucap Intan menyerahkan kamera di hadapan Andrean. "Baiklah," ucap Andrean mulai mengatur ISO, Diafragma, Aperture kamera. "Ini sudah selesai, langsung diambil saja," ujar Andrean memberikan kamera DSLR kepada Intan. "Terima kasih, Kak Dissa kemarilah! Jadilah model dadakan ku," panggil Intan. "Oke," balas Dissa berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju Intan. "Kak Dissa, silahkan berdiri disana dan bergaya
"Sepertinya aku tidak bisa seperti ini, aku harus memastikannya dengan mata cantikku ini," ucap Dissa yang berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Dissa mengambil ponselnya dan mulai menelpon seseorang di seberang sana. "Siapkan pesawat pribadi untukku! Bawa 2 bodyguard yang nantinya akan menjagaku disana," perintah Dissa terhadap orang suruhannya. "Baiklah," Dissa menutup panggilan ponselnya, ia berjalan ke ruang ganti untuk memilih baju yang pantas untuk pergi ke LN. *** Setelah membantu rekan kerjanya untuk mengobati anggota TNI AU yang terkena tembakan. Kini mereka telah sampai di sebuah penginapan sederhana tetap nyaman untuk ditempati. Sesampainya di kamar yang akan ditempatinya selama berada di Amerika serikat. Daniel segera melepaskan seluruh pakaian kerjanya. Daniel akan mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Setia harus selalu dihati. Itulah prinsip Danie