Rania tiba dirumah dengan selamat bersama supir pribadi suruhan ayahnya. Benny menghentikan mobilnya dan memantau Rania dari kejauhan. "Baguslah dia sudah sampai dengan selamat." Ucap Benny dalam hati. Kemudian dia berlalu menjauh dari rumah Rania. *** Atas perintah ayahnya, pagi ini Rania berniat untuk mengunjungi rumah sakit Rancal, untuk melihat kondisi rumah sakit milik Rancal grup itu. Ayah Rania mendapat kabar dari orang kepercayaannya bahwa banyak keluhan dari pasien yang mengatakan bahwa rumah sakit tidak mau menerima pasien yang menggunakan jaminan kesehatan dari pemerintah. Selain bergerak di bidang bisnis pelumas mesin, Rancal juga memiliki rumah sakit yang sama besarnya dengan perusahaan yang Rania pimpin saat ini. Rumah sakit ini di pegang oleh Paman Rania yang seorang dokter bedah terkenal dikota ini. Rania berniat untuk pergi ke rumah sakit sendiri tanpa diantar supir pribadi. Dia ingin membuktikan sendiri kebenaran berita itu. Saat tiba di rumah saki
"Kamu sekarang jadi ani-ani?" ucap Nora dengan suara lantang. "Om kok mau sih sama tandon air gitu. Biasanya om-om itu cari yang bodynya seperti gitar spanyol." Tanpa banyak bicara Rania menyiramkan segelas air ke wajah Nora. "Aah, apa-apaan kamu gendut!" Nora tantrum karena tidak terima disiram oleh Rania. Rania berdiri dari tempat duduknya dan memegang tangan Nora dengan kuat. "Pergi dari sini sekarang, atau kupatahkan tanganmu ", ucap Rania dengan mata yang menyalang. "Lepaskan gendut, sakit!" Nora berusaha melepaskan cengkraman tangan Rania namun tidak berhasil. Tenaga Rania terlalu besar. "Oke kali ini aku lepaskan, jangan sampai kita bertemu lagi." Rania melepaskan cengkraman tangannya dan mendorong tubuh Nora hingga hampir terjatuh. "Awas saja kau gendut! Akan kubuat kamu menyesal!" Nora pergi meninggalkan Rania dan ayahnya disana. Rania menatap kepergian Nora dan menghempaskan tubuhnya dengan kasar dikursinya. "Good job, seorang penerus Rancal memang harus
Pagi ini Rania melangkah dengan mantap menuju departemen marketing. Semua staff terkejut dan berdiri menyambut kedatangan Rania. "Selamat pagi Ran, apa kabar?" Ucap Manda tak sadar kalau Rania sekarang adalah CEO mereka. "Hush beraninya kamu menyapa dengan nama saja" , staff lain memperingatkan Manda. "Ah iya, saya mohon maaf bu Rania." ucap Manda sambil menundukkan kepalanya. "Baik Manda, dan yang lain ku harap kalian akan bersikap biasa saja, tidak usah terlalu berlebihan. Biar kita bisa menjadi tim yang hebat." Sinta tak bisa menutupi ketakutannya. Dia bersembunyi dibalik komputernya. Dia tidak berani bertemu dengan Rania. Namun Rania justru menghampiri meja Sinta. "Sepertinya kejadian kemaren sudah cukup membuat saya mengambil keputusan untuk tidak mempekerjakan anda lagi di perusahaan ini. Saya minta saat ini juga anda segera meninggalkan ruangan ini." Rania berkata sambil menyilangkan kedua tangannya di dada. "Saya minta maaf bu sudah berlaku tidak sopan kepada ibu.
Benny melangkah maju dan berdiri dengan mantap didepan para pemegang saham, siap untuk mempresentasikan kinerja mereka. Dan Rania dengan sigap membuka slide demi slide presentasi yang dibawakan oleh Benny. Semua terlihat baik dan lancar. Tak lama, Sinta mengendap-endap masuk ruang meeting berniat untuk melihat kegagalan Rania dan Benny, namun tidak berhasil. "Hah, bagaimana bisa mereka tetap melakukan presentasi. Sedangkan data-datanya tadi sudah kuhapus. Dan Flash Disknya juga sudah kuambil." Gumam Sinta dalam hati. Karena sudah terdesak dengan keadaan, dia berpikir keras bagaimana mengahcurkan Rania dan Benny didepan para pemegang saham. Maka dia mengambil resiko paling besar yaitu dipecat dari perusahaan ini. "Baiklah, kalau itu mau kalian. Nggak masalah aku hancur, asalkan kalian juga hancur." Gumam Sinta lagi. Sinta beranjak mendatangi Benny di podium. Benny menatap tajam Sinta yang berjalan ke arahnya. Sinta kemudian mengambil mic dan berkata dengan lantang. "Saya ingin ber
Rania tersipu malu saat melihat Benny nampak terkejut dengan penampilannya. "Kamu cantik sekali hari ini, secantik saat hari pernikahan kita." ucap Benny masih menatap Rania dengan lekat. Rania memang bertubuh besar, tapi dia memiliki paras wajah yang cantik, kulit putih bersih wajah campuran sunda dan arab, dengan tinggi 179 cm. Untuk ukuran wanita, Rania cukup tinggi. "Ayo kita berangkat Ben, nanti keburu macet." sahut Rania membuyarkan lamunan Benny. "Ah, iya ayo." Benny tersentak kemudian menuju mobilnya lalu membukakan pintu untuk Rania. "Nanti jangan gugup ya, aku akan menemanimu apapun yang terjadi. Kamu akan aman disampingku." ucap Benny memandang lurus ke jalan tanpa menatap Rania. Rania hanya diam mendengar ucapan Benny. * * * Di lobby kantor sudah ramai para staff bersiap untuk menyambut para pemegang saham. Rania dan Benny langsung menuju ruangan mereka untuk menyiapkan dokumen yang akan dipresentasikan. Saat Rania dan Benny masuk ke dalam ruangan, nampa
Namun saat Rania berhenti ada seseorang yang menjatuhkan tanaman hias tepat diatas kepala Rania. "Awas Rania!" Dengan sigap Benny menarik tangan Rania sehingga Rania jatuh dalam pelukan Benny. "Tangkap orang itu!" Teriak Benny kepada penjaga keamanan. Sementara Rania masih berada dalam pelukan Benny. Perasaannya campur aduk saat ini. "Kamu nggak kenapa-kenapa kan Ran," Benny melepaskan pelukannya, memegang bahu Rania dan menatapnya dengan lekat. "Ah iya, aku nggak apa-apa." Rania masih sedikit shock dengan kejadian barusan. "Aku antar pulang ya, aku nggak mau kamu kenapa-kenapa dijalan." ucap Benny sambil menarik tangan Rania. "Sudah nggak usah repot-repot, aku bisa pulang sendiri." Rania mencoba melepaskan genggaman tangan Benny. "Ran, jangan salah paham. Aku hanya mau menjaga anak buahku, besok kita ada rapat penting. Aku harus memastikan kamu sehat dan selamat sampai rapat itu selesai." Rania tidak bisa membantah kata-kata Benny. Benny masih memegang tangan Rania hingga