Share

Bab 5

Kursi meja makan yang semula kosong kini sudah terisi. Pemilik baru itu merupakan suami Chika. Kehadiran Niko ternyata mampu membuat rumah tersebut hidup. Sikap ramah dan cerianya dalam berbicara kepada keluarganya membuat Chika menatapnya sinis. Bagaimana tidak sinis jika wajah yang Niko tunjukkan padanya selalu jutek dan irit berbicara.

“Ma, Galen mana?” tanya Chika pada mamanya karena ingin mencari teman untuk mengajak berbicara padanya. Di meja makan itu, Chika hanya sebagai patung yang tidak di tanyai satu orang pun.

“Lagi di kamar mandi sama Sena,” jawab Bu Dila lalu kembali fokus pada pembicaraan orang dewasa lainnya.

“Tante Chika,” teriak Galen melihat tantenya yang duduk cemberut di meja makan.

“Galen,” Chika nampak antusias dengan kedatangan Galen, anak kakaknya yang berusia tiga tahun.

“Galen kemana saja, tante dari tadi tidak melihat Galen,” Chika mengangkat tubuh Galen ke pangkuannya dan mencium gemas pipi keponakannya berulang-ulang.

“Tadi Galen mainan sama Kenza tante. Seru banget,” balas Galen dengan kosa kata yang masih sedikit cedal.

“Oh ya, kok tante tidak di ajak?” sambung Chika sambil memasang wajah sedihnya.

“Tadinya Galen mau ajak tante. Tapi dilarang sama mama, katanya tante sibuk. Tapi memang benar si tadi Galen lihat tante lagi sibuk sama om itu,” jawaban polos Galen sambil menunjuk Niko.

“Yayaya, tante kangen sama Galen,” ungkap Chika memeluk Galen erat dan kembali menciumnya.

Interaksi Chika dan Galen tidak luput dari perhatian Niko. Hatinya menghangat ketika melihat Chika menyayangi anak kecil. Setidaknya Davan akan aman ketika bersama bersama Chika nantinya.

“Galen mau makan apa? Tante ambilin,” tanya Chika menanyakan makanan yang ingin Galen mau.

“Galen pingin nugget tante,” balas Galen memilih makanan kesukaannya.

“Dek, suami kamu tidak sekalian di ambilin?” sahut Sena, kakak ipar Chika.

“Bisa ambil sendiri kak,” ucap Chika sembarang yang di dengar oleh semua keluarganya.

“Chika!” peringatan Pak Arka pada Chika karena ucapannya yang tidak sopan.

Tidak ingin berdebat, Chika tidak menyahut peringatan papa nya,“ mau makan apa mas?” tanya Chika pada Niko.

“Sayur sama daging saja,” seperti biasanya Niko berbicara seadanya.

Chika mengambilkan makanan untuk Niko dengan telaten. Baru setelahnya, Chika mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Sama seperti biasanya, di meja makan keluarga Aditama, mereka makan dengan rapi dan teratur. Tidak ada suara orang berbicara, karena sudah menjadi tradisi jika saat makan di mulai tidak ada yang boleh mengobrol.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan waktu pukul tujuh malam. Acara resepsi antara Niko dan Chika sudah di mulai. Gedung yang menjadi tempat di selenggarakannya acara resepsi pernikahan mereka sudah di datangi oleh para tamu. Chika sengaja tidak mengundang teman kuliahnya. Biarlah jadi urusan nanti jika mereka tahu tentang pernikahan dadakan ini.

Saat ini Chika dan Niko berjalan dengan tangan Chika yang berada di lengan kekar Niko. Mereka berjalan di tengah para tamu undangan yang sudah menanti kedatangan pasangan keluarga konglomerat tersebut. Tidak ada acara Pedang Pora untuk pernikahan mereka. Karena status Niko yang duda, dan seperti di ketahui jika Pedang Pora hanya di lakukan satu kali seumur hidup oleh Prajurit. Para tamu yang datang di pernikahan mereka, menatap takjub keserasian pasangan baru tersebut. Niko dan Chika terlihat tampan dan cantik.

Sama seperti akad, Chika menginginkan acara resepsi menggunakan adat Jogja. Untuk acara resepsi, riasan Chika menggunakan Paes Ageng. Begitupun Niko yang nampak pasrah saat di  dandani Paes Ageng. Saat memasuki ruangan resepsi, para tamu akan langsung melihat dekorasi khas adat Jogja dan disambut dengan suara gamelan yang khas.

Untuk membuat suasana lebih berkesan tradisional, perancang juga menambahkan patung Loro Blonyo, Angkringan, lengkap dengan Jamu Gendhong. Uniknya, tamu yang hadir juga bisa mengajak anak-anak bermain di playground yang penuh dengan mainan khas Jawa dan mainan umum lainnya.

Jamuan makanan mewah tersaji di acara resepsi mereka dan di nikmati oleh para tamu. Para tamu undangan menikmati suara merdu yang di persembahkan oleh artis ibu kota. Sebagian tamu undangan memberikan selamat kepada Chika maupun Niko.

Menjadi Ratu sehari ternyata tidak begitu mengenakan. Itu terjadi pada Chika saat ini, kaki yang mulai terasa pegal dan juga badan yang mulai lelah. Ingin sekali rasanya Chika bertemu dengan ranjang untuk memulihkan sedikit tenaganya. Membayangkan tentang hal itu membuat Chika ingin buru-buru menghampirinya.

“Kamu lelah?” tanya Niko yang melihat raut wajah Chika berubah lesu.

“Ya lumayan Mas,” balas Chika sambil menatap Niko.

“Sebentar lagi acara akan selesai, bersabarlah,” pandangan Niko kembali fokus ke depan dan menampakkan senyuman yang menurut Chika sangat manis.

“Perkataan sebagai perhatian ataukah sekedar perintah,” batin Chika bertanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status