Jadilah saat ini mereka duduk di depan penghulu dengan para saksi yang menyaksikan pernikahan mereka. Persiapan pernikahan yang tergolong sangat singkat namun tidak mengurangi khidmatnya acara tersebut. Setelah meminta restu kedua orang tua mereka, Niko dan Chika menyiapkan beberapa dokumen untuk mengurus pengajuan nikah. Mengingat Niko merupakan anggota TNI maka persyaratan tersebut wajib hukumnya.
Acara akad di selenggarakan di rumah kediaman Aditama dan akan di lanjutkan resepsi di gedung pada malam harinya. Pembisnis keluarga Aditama dan Raharja berbesan, itu bearti pernikahan keduanya sangat mewah. Apalagi Chika adalah anak bungsu perempuan satu-satunya di keluarga Aditama. Saat acara akad, Chika memilih memakai riasan Jogja yaitu Jogja Putri. Tampilan menawan Chika mampu menarik mata para tamu undangan, tak terkecuali Niko. Pria tampan itu mengakui akan kecantikan Chika meskipun pengakuannya hanya sebatas dalam hati.
Chika tampil bold dengan lipstick bewarna merah dan paes. Chika tampil anggun dengan dominasi warna hitam, merah, dan putih. Berkat tangan dingin MUA, Chika tampil flawless alias tanpa cela. Chika pun tampil lengkap dengan paes dengan sanggul dan beberapa kuntum bunga mawar tersemat di rambutnya yang telah ditata. Riasan paes ini tampak begitu cocok di wajah Chika. Dalam sekali pandang, Chika tampak anggun, tegas, dan elegan sekaligus.
Sedangkan Niko memakai pakaian adat berwarna putih. Penampilannya kali ini membuatnya tampan dan menawan, meskipun Niko terlihat sedikit sulit berjalan karena lilitan jarit. Namun ia sangat menikmati setiap prosesi berlangsung. Menurutnya prosesi pernikahan kali ini unik dan menjual nilai tradisionalnya.
Terdengar suara lantang dan tegas dari Niko saat mengucapkan ijab kobul. Chika mendengar kalimat tersebut seketika menitihkan air matanya. Perasaannya campur aduk, antara bahagia ataupun sedih. Sedih karena Chika harus menikah dengan orang yang baru di kenalinya. Namun Chika senang karena melihat Davan tersenyum bahagia. Davan saat itu turut hadir dalam pernikahan mereka, namun dalam pengawasan perawat dan duduk di kursi roda. Chika tidak menyangka begitu cepat melepas masa lajangnya di usia yang tergolong muda.
Sedangkan Niko terlihat pasrah menerima takdirnya kini. Pernikahan ini kali kedua untuknya dan ada yang berbeda dari pernikahan sebelumnya. Jika sebelumnya ia menikahi perempuan yang di cintainya, namun kali ini berbeda. Niko harus menikahi perempaun yang asing untuknya. Entah sikap apa yang ia tunjukkan pada Chika, yang terpenting baginya saat ini adalah kebahagiaan Davan.
Setelah acara akad selesai, Chika mencium tangan Niko. Bukan keinginannya mencium tangan yang kini sah menjadi suaminya. Hanya saja ia mengikuti perintah dukun manten. Tak lupa Niko memanjatkan doa didepan istrinya tersebut lalu mencium kening Chika. Dan kini mereka berdiri di depan dekor yang indah penuh dengan bunga putih dan hijau. Mereka menyalami satu persatu tamu undangan yang hadir. Tamu undangan yang tidak terlalu banyak karena puncak acara pernikahan mereka akan terlaksana pada malam harinya.
Tiba lah saat yang tidak di inginkan oleh Chika. Mereka berada di dalam satu ruangan yaitu kamar Chika. Selesai membersihkan diri, keduanya sedang duduk di ranjang milik Chika namun saling membelakangi. Bingung, itulah gambaran sikap suami istri itu. Suasana canggung di kamar itu sangat terlihat jelas karena tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut mereka.
“Kamu mau sholat berjamaah dengan saya?” Niko akhirnya mengalah dengan membuka percakapan mereka. Niko memaklumi jika Chika belum sepenuhnya siap menjadi istrinya di usia yang sangat muda.
“Boleh Mas,” balas Chika yang masih canggung.
Setelah selesai wudhu mereka melaksanakan ibadah bersama. Rasa tenang dan damai menyelimuti hati keduanya. Niko yang sudah tiga tahun ini hanya sholat sebagai makmum di masjid, kini mengimami istrinya. Perasaan bangga pun muncul pada dirinya. Sedangkan Chika kali pertama sholat di imami seseorang yang sudah sah menjadi suaminya. Ternyata pernikahan membawa dampak sedahsyat itu bagi hidupnya. Perasaannya nyaman menunaikan ibadah bersama.
Tak lupa, selesai sholat Chika mencium tangan suaminya dan keduanya tak lupa memanjatkan doa untuk kesembuhan Davan.
Tok tok …
Terdengar pintu kamar chika ada yang mengetok. Selesai merapikan mukena, Chika berjalan menuju pintu lalu membuka pintu tersebut. Di lihatnya seseorang yang mengetuk pintu kamar Chika.
“Ada apa?” tanya Chika menunjukkan wajah sinisnya.
“Ck, beginikah aura pengantin baru. Buruk sekali!” Gavin terus menggoda Chika. Gavin memanfaatkan waktu karena sebentar lagi Chika akan ikut ke rumah suaminya. Ada sedikit sesal ketika ia merestui hubungannya dengan Niko. Karena rumah itu akan berkurang penghuni, karena hampir setiap hari kejahilan mereka membuat rumah mewah itu ramai.
“Sudahlah kak, langsung saja bicara,” balas Chika yang tidak mood meladeni jahilnya Gavin karena badannya terasa lelah.
“Kamu dan Niko sudah di tunggu papa sama mama untuk makan bersama. Segeralah turun!” perintah Gavin lalu meninggalkan Chika yang masing berdiri di ambang pintu.
Kursi meja makan yang semula kosong kini sudah terisi. Pemilik baru itu merupakan suami Chika. Kehadiran Niko ternyata mampu membuat rumah tersebut hidup. Sikap ramah dan cerianya dalam berbicara kepada keluarganya membuat Chika menatapnya sinis. Bagaimana tidak sinis jika wajah yang Niko tunjukkan padanya selalu jutek dan irit berbicara.“Ma, Galen mana?” tanya Chika pada mamanya karena ingin mencari teman untuk mengajak berbicara padanya. Di meja makan itu, Chika hanya sebagai patung yang tidak di tanyai satu orang pun.“Lagi di kamar mandi sama Sena,” jawab Bu Dila lalu kembali fokus pada pembicaraan orang dewasa lainnya.“Tante Chika,” teriak Galen melihat tantenya yang duduk cemberut di meja makan.“Galen,” Chika nampak antusias dengan kedatangan Galen, anak kakaknya yang berusia tiga tahun.“Galen kemana saja, tante dari
Suasana di kamar hotel terasa canggung. Keluarga Raharja sengaja memesan kamar untuk pasangan yang resmi menikah hari itu. Chika saat ini sedang di bantu oleh Niko melepas berbagai pernak pernik yang tertempel di kepalanya. Selepas acara selesai Chika mengajak Niko buru-buru ke kamar karena ingin cepat beristirahat.Bukan kenyamanan yang di dapat namun justru rasa sakit yang Chika rasakan ketika sampai di kamar hotel. Chika yang sudah mendambakan tidur di atas ranjang itu, tidak menyadari jika riasan di tubuhnya belum terlepas dan terhapus. Dengan senangnya, Chika menidurkan badannya di atas ranjang empuk tersebut.Alhasil, rasa sakit di kepala karena sanggul dan mahkota saling terbentur. Niko yang melihat kelakuan Chika, hanya menatap sesaat lalu menghampiri Chika.“Apa sakit?” tanya Niko yang melihat Chika merasakan ngilu di kepalanya.“Hiks,” Chika mengangguk dan mengusap k
Chika saat ini diam dengan waspada. Setelah ia keluar dari kamar mandi, Niko terus menatapnya tanpa berkedip. Matanya mengunci pergerakan Chika. Di lihatnya Chika dari atas hingga bawah. Perlahan kaki Niko berjalan menuju Chika yang berdiri di depan kamar mandi dengan sehelai handuknya. Bodohnya Chika yang tidak membawa pakaian ganti ke kamar mandi.Laki-laki normal memang, yang melihat badan Chika akan tergoyah imannya. Kulit putih mulus di tambah badan yang berisinya. Tidak munafik, Niko ingin mendekap badan Chika saat itu juga.“Mas mau apa? Jangan mcam-macam ya,” waspada Chika sambil melangkahkan kakinya mundur karena Niko semakin dekat dengannya.“Memangnya saya mau ngapain kamu?” mimik wajah Niko yang serius dengan terangkatnya alis kirinya, membuat Chika semakin waspada. Chika belum siap jika harus melayani Niko malam itu juga.“Jangan berani sentuh saya Mas. Liha
Sudah satu jam lamanya Davan berada di ruang operasi. Terlihat Niko sangat gelisah, jalannya selalu mondar mandir. Sering kali Niko melihat ruang operasi tersebut melalui pintu yang terdapat kaca tembus pandang untuk mengetahui situasi di dalam. Chika memaklumi kekhawatiran Niko pada putranya, namun ia sedikit terganggu dengan sikap Niko. “Mas lebih baik duduk. Kita doakan yang terbaik untuk Davan,” Chika memberanikan diri mengutarakan pendapatnya. Tidak ada bantahan dari Niko saat itu. Wajah pasrahnya menurut dengan perintah Chika. Niko menduduknya dirinya di samping Chika. Di letakkan kepalanya di bahu Chika. Chika terkejut dengan tindakan Niko, matanya melotot karena tidak siap. Perlahan, Chika mengangkat tangannya untuk mengusap kepala Niko, ia berharap dengan usapan tangannya, Niko sedikit membuatnya tenang. “Terus berdoa Mas untuk kelancaran operasi Davan,” ucap Chika yang masih mengusap kepala
Siang itu Chika sedang berada di mushola rumah sakit untuk menunaikan ibadah. Sebelumnya, Niko terlebih dahulu melakukan ibadah. Mereka sepakat untuk bergantian karena khawatir jika Davan siuman tidak ada orang yang berada di sisinya. Setelah kewajiban telah di laksanakan, Chika segera kembali ke ruang inap. Chika berjalan dengan santai sambil melihat keadaan rumah sakit tersebut. Terpantau banyak orang berlalu lalang meninggalkan ataupun berdatangan ke rumah sakit. Mungkin karena siang itu adalah waktu jam besuk sehingga banyak orang yang ingin menjenguk orang terdekat mereka. Sesampainya di ruang inap, Chika membuka pintu. Langkah kakinya terhenti ketika di lihatnya seorang wanita berambut pendek sedang asik bercanda dengan Davan. Tidak lupa pria yang berdiri di sampingnya juga ikut tersenyum melihat kelucuan mereka. Pemandangan indah bak keluarga yang bahagia di mata Chika. Dada Chika terasa perih melihat keakra
Saat ini Niko dan Chika sedang berjalan bersama. Pandangan Chika selalu tertuju pada tangannya yang selalu di gandeng oleh Niko. Niko melakukan itu dengan alasan agar Chika tidak kabur dan berjalan lebih cepat. Niko menebak jika Davan urung uringan karena mereka tidak kunjung kembali. “Tante, mama sama papa kenapa belum kembali. Apa mereka meninggalkan Davan sendiri di sini,” ucap Davan sambil menangis ketika Chika masuk ke dalam ruang inap Davan. Tidak tega dengan wajah sembab Davan, Chika mengampiri Davan. “Davan,” ucap Chika lembut. “Mama,” teriak girang Davan melihat Chika telah kembali. Davan mengubah posisinya karena mencoba meraih Chika dalam pelukannya. “Davan tetap di tempat. Davan tidak boleh banyak bergerak karena baru saja operasi,” ujar Chika ngeri melihat Davan yang sudah mulai aktif. Chika khawatir jaitan pasca operasi bisa saja sobek. “Davan kangen mama,
Matahari sudah berganti dengan bulan. Saat itu Chika masih setia menjaga anak sambungnya. Anak sambungnya itu termasuk anak yang cerewet. Banyak pertanyaan yang ia tanyakan pada Chika. Pertanyaan yang termasuk kritis namun untungnya Chika mampu menjawab. Chika terbilang ahli dalam menghadapi anak kecil karena terbiasa menemani ponakannya. Berbicara tentang keponakannya, Chika jadi rindu dengan Galen. Usia Galen tidak jauh berbeda dengan Davan. Galen menjadi ponakan yang bermanfaat bagi Chika. Galen selalu menemaninya ketika hatinya di landa rasa perih dalam menghadapi kepahitan percintaan. Bukan hanya masalah percintaan namun juga masalah lain yang membuat pikirannya pening. Wajah ceria Galen mampu mengalihkan sementara masalahnya. Betapa Chika menyayangi ponakannya itu. Suatu hari nanti, Galen harus bertemu dengan Davan. Situasi di ruangan itu nampak sunyi, hanya ada Chika dan Davan. Belum lama ini Davan kembali tertidur setelah dirinya lelah dengan beribu pertanyaan. Pertanyaan yan
“Apakah selama saya tidak menjaga Davan, kamu pergi kelayapan?” tuduh Niko dengan wajah yang menunjukkan ketidaksukaan dengan sikap Chika. Mendengar pernyataan Niko pada dirinya membuat emosi Chika meninggi. Nafas Chika memburu. Hatinya Chika meradang saat itu. Sekujur tubuhnya mengeluarkan energi panas. Otaknya mendidih ketika tuduhan tidak benar itu mengarah padanya. “Asal anda tahu, saya manusia biasa yang butuh asupan makan. Kalau pun anda memikirkan dan menyediakan makan untuk saya, mungkin saya tidak akan keluar ruangan saat ini. Seharusnya pertanyaan itu untuk anda, mengapa anda kelayapan dari siang sampai larut malam. Apakah anda tidak memikirkan putra anda. Ah, saya pikir anda lebih mengkhawatirkan teman seprofesi anda itu!” balas Chika dengan mata melotot. Jawaban pedas Chika saat itu membuat Niko terkejut. Tutur katanya menunjukkan jika Chika tidak terima dengan tuduhannya. Niko heran mengapa Chika justru lebih galak di bandin