Share

Bab 4

Jadilah saat ini mereka duduk di depan penghulu dengan para saksi yang menyaksikan pernikahan mereka. Persiapan pernikahan yang tergolong sangat singkat namun tidak mengurangi khidmatnya acara tersebut. Setelah meminta restu kedua orang tua mereka, Niko dan Chika menyiapkan beberapa dokumen untuk mengurus pengajuan nikah. Mengingat Niko merupakan anggota TNI maka persyaratan tersebut wajib hukumnya.

Acara akad di selenggarakan di rumah kediaman Aditama dan akan di lanjutkan resepsi di gedung pada malam harinya. Pembisnis keluarga Aditama dan Raharja berbesan, itu bearti pernikahan keduanya sangat mewah. Apalagi Chika adalah anak bungsu perempuan satu-satunya di keluarga Aditama. Saat acara akad, Chika memilih memakai riasan Jogja yaitu Jogja Putri. Tampilan menawan Chika mampu menarik mata para tamu undangan, tak terkecuali Niko. Pria tampan itu mengakui akan kecantikan Chika meskipun pengakuannya hanya sebatas dalam hati.

Chika tampil bold dengan lipstick bewarna merah dan paes. Chika tampil anggun dengan dominasi warna hitam, merah, dan putih. Berkat tangan dingin MUA, Chika tampil flawless alias tanpa cela. Chika pun tampil lengkap dengan paes dengan sanggul dan beberapa kuntum bunga mawar tersemat di rambutnya yang telah ditata. Riasan paes ini tampak begitu cocok di wajah Chika. Dalam sekali pandang, Chika tampak anggun, tegas, dan elegan sekaligus.

Sedangkan Niko memakai pakaian adat berwarna putih. Penampilannya kali ini membuatnya tampan dan menawan, meskipun Niko terlihat sedikit sulit berjalan karena lilitan jarit. Namun ia sangat menikmati setiap prosesi berlangsung. Menurutnya prosesi pernikahan kali ini unik dan menjual nilai tradisionalnya.

Terdengar suara lantang dan tegas dari Niko saat mengucapkan ijab kobul. Chika mendengar kalimat tersebut seketika menitihkan air matanya. Perasaannya campur aduk, antara bahagia ataupun sedih. Sedih karena Chika harus menikah dengan orang yang baru di kenalinya. Namun Chika senang karena melihat Davan tersenyum bahagia. Davan saat itu turut hadir dalam pernikahan mereka, namun dalam pengawasan perawat dan duduk di kursi roda. Chika tidak menyangka begitu cepat melepas masa lajangnya di usia yang tergolong muda.

Sedangkan Niko terlihat pasrah menerima takdirnya kini. Pernikahan ini kali kedua untuknya dan ada yang berbeda dari pernikahan sebelumnya. Jika sebelumnya ia menikahi perempuan yang di cintainya, namun kali ini berbeda. Niko harus menikahi perempaun yang asing untuknya. Entah sikap apa yang ia tunjukkan pada Chika, yang terpenting baginya saat ini adalah kebahagiaan Davan.

Setelah acara akad selesai, Chika mencium tangan Niko. Bukan keinginannya mencium tangan yang kini sah menjadi suaminya. Hanya saja ia mengikuti perintah dukun manten. Tak lupa Niko memanjatkan doa didepan istrinya tersebut lalu mencium kening Chika. Dan kini mereka berdiri di depan dekor yang indah penuh dengan bunga putih dan hijau. Mereka menyalami satu persatu tamu undangan yang hadir. Tamu undangan yang tidak terlalu banyak karena puncak acara pernikahan mereka akan terlaksana pada malam harinya.

Tiba lah saat yang tidak di inginkan oleh Chika. Mereka berada di dalam satu ruangan yaitu kamar Chika. Selesai membersihkan diri, keduanya sedang duduk di ranjang milik Chika namun saling membelakangi. Bingung, itulah gambaran sikap suami istri itu. Suasana canggung di kamar itu sangat terlihat jelas karena tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut mereka.

“Kamu mau sholat berjamaah dengan saya?” Niko akhirnya mengalah dengan membuka percakapan mereka. Niko memaklumi jika Chika belum sepenuhnya siap menjadi istrinya di usia yang sangat muda.

“Boleh Mas,” balas Chika yang masih canggung.

Setelah selesai wudhu mereka melaksanakan ibadah bersama. Rasa tenang dan damai menyelimuti hati keduanya. Niko yang sudah tiga tahun ini hanya sholat sebagai makmum di masjid, kini mengimami istrinya. Perasaan bangga pun muncul pada dirinya. Sedangkan Chika kali pertama sholat di imami seseorang yang sudah sah menjadi suaminya. Ternyata pernikahan membawa dampak sedahsyat itu bagi hidupnya. Perasaannya nyaman menunaikan ibadah bersama.

Tak lupa, selesai sholat Chika mencium tangan suaminya dan keduanya tak lupa memanjatkan doa untuk kesembuhan Davan.

Tok tok …

Terdengar pintu kamar chika ada yang mengetok. Selesai merapikan mukena, Chika berjalan menuju pintu lalu membuka pintu tersebut. Di lihatnya seseorang yang mengetuk pintu kamar Chika.

“Ada apa?” tanya Chika menunjukkan wajah sinisnya.

“Ck, beginikah aura pengantin baru. Buruk sekali!” Gavin terus menggoda Chika. Gavin memanfaatkan waktu karena sebentar lagi Chika akan ikut ke rumah suaminya. Ada sedikit sesal ketika ia merestui hubungannya dengan Niko. Karena rumah itu akan berkurang penghuni, karena hampir setiap hari kejahilan mereka membuat rumah mewah itu ramai.

“Sudahlah kak, langsung saja bicara,” balas Chika yang tidak mood meladeni jahilnya Gavin karena badannya terasa lelah.

“Kamu dan Niko sudah di tunggu papa sama mama untuk makan bersama. Segeralah turun!” perintah Gavin lalu meninggalkan Chika yang masing berdiri di ambang pintu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status