Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir)
VOP Fika
Aku memang sudah berumur. Sudah hampir kepala empat. Hingga detik ini tak juga menikah, karena memang tak mau menikah
Keputusanku tak mau menikah bukan karena apa-apa. Rasa kecewa karena pernah bertepuk sebelah tangan, membuatku tak mau membuka pintu hati pada siapa pun lagi. lebih baik hidup sendiri dari pada kecewa lagi.
Fajar, pemuda yang telah mencuri hatiku. Sayang, dia tidak ada rasa sedikitpun untuk menerima kehadiranku. Cintaku tak berbalas. Cinta bertepuk sebelah tangan.
Tetapi, aku tidak pernah membencinya. Saat dia memilih wanita lain sebagai pendamping hidupnya, aku turut berbahagia. Meski sakit, aku harus tetap waras. Fajar tidak bersalah. Wanita pilihannya juga tidak salah. Yang bersalah itu adalah aku.&nbs
Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)"Ayo, dong, dandan! Pak Penghulunya bentar lagi datang, lho!" Mas Diky mengalungkan tangannya di leherku."Mas Diky, ngapain masuk kamar, coba! Gimana aku mau dandan kalau dipeluk terus begini? Juru riasnya malah diusir keluar," protesku melonggarkan pelukannya."Aku takut, Sayang. Makanya, aku mau menjagamu dua puluh empat jam.""Takut apa?""Takut, kalau kau berubah pikiran. Karena, aku sangat paham, kau belum juga bisa menerima aku di hatimu.""Ya, enggak mungkinlah aku berubah pikiran. Secara, para tamu undangan udah pada datang, Pak Penghulu udah dalam perjalanan, masa iya, aku berubah pikiran."Wajahnya terlihat mendung, sorot mata itu kini sayu.
Bab 1. Malam Maksiat*****"Bagaimana, Kak Mel? Sudah enakan?" Harum memijit betisku.Gadis muda ini adalah pembantuku. Usianya kira-kira sembilan belas tahun. Sejak dua bulan lalu dia sudah ikut bersamaku. Saat itu aku bermaksud mencari pembantu karena kondisiku yang sedang hamil. Dia datang bersama ibunya menawarkan diri. Bahkan sangat memelas. Dengan alasan putrinya menganggur di kampung, Mak Uda memohon-mohon."Lumayan, Alhamdulillah. Kamu pintar mijitnya, " ucapku masih sedikit meringis.Entah kenapa akhir-akhir ini kakiku sering keram. Kata dokter yang kutemui dua hari yang lalu, itu biasa dialami oleh seorang perempuan yang sedang hamil tua."Kak, kalau Kakak melahirkan nanti, Mak Tua ke sini, enggak?" tanya Harum lagi."Pastilah, tapi mungkin enggak bisa lama. Dia juga punya kesi
Bab 2. Drama Perselingkuhan***“Anakmu perempuan, Mel.”Antara sadar dan tidak, sayup kudengar kalimat itu. Kepalaku terasa sangat berat. Sekujur tubuh sakit dan pegal. Sama sekali tidak bisa digerakkan. Yang paling nyeri kurasakan adalah di bagian perut. Kenapa aku? Apa yang terjadi padaku? Di mana aku?“Mel, kamu sudah sadar, Nak? Buka matamu! Anakmu sudah lahir dengan selamat. Kau tidak ingin melihatnya?”Itu suara ibu. Ibuku ada di sini. Dia berkata anak? Anakku? Spontan kugerakkan tangan. Tapi, terasa masih sangat berat. Kenapa aku begini lemah. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Anakku sudah lahir kata ibu. Kapan? Bagaimana bisa? Aku tidak ingat apa-apa.“Kalau memang belum sanggup, ya, sudah! Pelan-pelan saja, ya, Nak! Yang penting sekarang kau harus tahu, kalau kau saat ini sudah sah menjadi seorang ibu. Selamat, ya! Berbahagialah! Putr
Bab 3. Awal Penyelidikan*****Kenapa Mas Gilang terlihat semakin gugup. Siapa lelaki kaya dari kota yang ingin melamar Harum? Sandiwara apa ini? Apakah memang selama dua bulan ini Harum telah menjalin asmara dengan seseorangn tanpa sepengetahuanku? Kalau iya, kenapa dia masih mau tidur dengan suamiku?“Kalian sudah punya momongan, ibu harap kalian semakin bahagia. Memang ibu tidak pernah mendengar kalian itu ribut, apalagi sampai berantam atau ngancam mau pisah. Ibu berharap agar kalian mempertahankan keadaan ini. Sudah ada anak. Anak itu adalah prioritas nomor satu. Kesampingkan ego! Kalian mengerti?” Ibu menasehati. Andai dia tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.“Mengerti Bu, Saya akan tetap mencintai Melur dengan segenap hati saya. Dia sudah menghadiahi saya anak yang sangat cantik. Papa dan Mama pasti sangat bangga dikasih cucu perempuan. Anak Kak Bulan dua-duany
Bab 4. Sepasang Durjana Berbuat Mesum di Areal Parkir*****Notifikasi di ponselku memberitahu kalau ada pesan masuk. Kuraih benda itu dari dalam tas sandang dengan tangan kiri. Rani rupanya. Sahabatku yang telah kukontak dari semalam agar bersiap-siap pagi ini. Sepertinya dia sudah mulai bosan menunggu.Kutambah kecepatan mobil menuju rumahnya.“Yuk!” kataku setelah menepi di depan rumahnya. Gadis itu sudah berdiri di teras.“Mala! Cepat! Melur sudah datang!” teriaknya.Bah, dia ngajak Mala segala. Bakal rame, nih dunia persilatan.Kedua sohib kentalku sejak SMA itu berjalan menuju mobil. Keduanya lalu masuk di jok belakang.“Hoy, enak lu berdua, nyuruh perempuan baru melahirkan yang nyetir!” teriakku.“Kamu belum pede, ya. Tadi kemari bisa.” Keduanya terta
Bab 5. Harum Sang Pelakor****Perlahan tangan kanan Mas Gilang turun ke bawah, menyusuri tubuh Harum lalu berhenti tepat di bokong gadis belia itu. Tangan kekar yang selama ini kukira hanya menyentuhku, kini meremas bokong besar Harum.Kudengar perempuan itu meleguh. Mas Gilang melepas mulutnya. Kukira permaian mereka akan berakhir. Tetapi aku salah. Harum malah mengalungkan tangannya di leher suamiku.Mas Gilang kini menciumi leher wanita itu. Makin lama makin turun, dan berhenti di bagian dada.“Mas Gilang, Sayang …. Aaach, gak jadi pulang kalau begini,” racau Harum merekas rambut suamiku.Tak ingin menodai mataku lebih lama lagi, aku mendekat dengan perlahan, saat keduanya makin larut dalam napsu setan.“Mas, pulang, yuk!” ucapku dengan sangat lembut.Mereka tersentak, spon
Bab 6. Ternyata Suamiku Lebih Mencintai Harum****“Harusnya Kakak sadar, bukan malah ngata-ngatin aku. Aku perempuan sempurna di mata Mas Sigit. Kakak itu apa? Lihat wajah Kakak! Lihat tubuh Kakak! Kakak itu enggak ada cantik-cantiknya. Tubuh kakak juga gak ada seksi-seksinya. Laki-laki tampan dan tajir seperti Mas Gilang layak mendapatkan perempuan yang istimewa. Bukan perempuan macam Kakak! Sebelum Mas Gilang mentalak Kakak, seharusnya Kakak mundur! Akan lebih terhormat kalau Kakak yang minta pisah, dari pada di talak!”“Terima kasih atas semua saranmu, adikku. Terima kasih banyak, ya!” ucapku lemah lembut. Pandanganku gelap. Kesadarnku telah hilang.“Cukup, Mel! Sadar! Mel! Istiqfar, Mel!” teriak Rani dan Mala bersamaan.Entah sejak kapan mereka berdua ada di dekat kami. Sepertinya suara teriakan Harum memancing pe
Bab 7. Talak Aku Atau Kubongkar Aibmu*****Segera aku meloloskan diri dari gendongan Mas Gilang. Aku berdiri kuat, kupaksa hati dan pikiran untuk fokus. Aku tidak boleh terlihat lemah.“Lho, Mel? Kamu enggak apa-apa?” tanya mama mertuaku heran.“Tidak, Ma. Saya baik-baik saja. Tadi, pusing dikit,” sergahku melangkah perlahan menuju kamar Chika.“Chika baik-baik saja. Sebaiknya kamu membersihkan diri dulu, makan, lalu istirahat. Kamu belum pulih benar, Mel. Masih sebulan pasca melahirkan, itu masih rentan.”“Iya, Ma. Saya cuma mau melihat sebentar saja. Saya kangen,” sahutku melanjutkan langkah.Mas Gilang langsung menuju kamar, sama sekali tidak ada niatnya untuk melihat keadaan putrinya. Betul-betul hatinya sudah dibutakan napsu dan cinta Harum.“Ku