"Oh ya Mas? Nyonya besar yang sering dibicarakan itu? Aku justru penasaran bagaimana tampangnya, pasti dia cantik sekali," ujar Clara yang kembali memainkan aktingnya.
"Iya sayang, Nyonya besar itu sangat cantik. Aku beberapa kali pernah melihatnya di kantor saat beberapa kali berpapasan dengan pimpinan. Dia berwibawa sekali, pokoknya auranya memancar dan pantas sekali jadi orang kaya. Tapi ya itu, kadang tempramental dan suka marah-marah," katanya lagi.
'Pimpinan? Apa yang dia maksud adalah Tuan Darwin?' tanya Clara dalam hatinya.
"Beruntung sekali ya, tapi aku tidak mau. Cukup menjadi istri Mas saja udah membahagiakan buat aku, apalagi bersama Vania."
Bian mengecup pipi Clara sebagai ucapan terharunya.
"Oh ya Mas, pimpinan Golden Ang itu seperti apa? Dia orangnya cuek ya pasti?"
"Pak Darwin ya? Ya begitulah, dia berkarisma, dingin, penuh ambisi dan menggunakan segala cara untuk meraih keinginannya. Ada apa kok kamu bertanya tentang pimpinan?" tanya Bian. Clara langsung mengubah ekpresinya agar suaminya tidak curiga.
"Enggak, aku cuma penasaran aja tentang sosok yang sering membuat Mas lembur hehe. Tidur yuk! Aku sudah mengantuk."
Clara buru-buru mengalihkan pembicaraan agar mereka menyudahi pembahasan tentang pimpinannya. Bian menuruti keinginannya dan ikut berbaring di samping Clara.
Kemudian, laki-laki itu sedikit demi sedikit mulai memejamkan matanya dan terlelap.
Saat Clara sudah memastikan Bian tidur, dia beranjak dari tempat tidur, lalu memakai jaket tebal dan mengambil kunci mobil.
Clara membutuhkan udara bebas dan berinisiatif untuk mengemudikan mobilnya ke sebuah tempat yang dulu sering di datangi ayahnya. Sebuah bar yang dipenuhi koleksi alat musik sebagai pajangan yang khusus dinikmati para pengunjung.
Dahulu, pengoleksi musik itu masih sering berpindah-pindah dan disebut juga festival musik jalanan. Tapi sekarang, dia sudah berdiri sebagai bangunan besar dan bisa dinikmati pencintanya pada tengah malam.
Setelah sampai di depan gedung, Clara sudah memarkirkan mobilnya dengan sempurna dan berjalan mendekati pintu utama bar.
Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat sebuah mobil sedan mewah ijut berhenti tepat di depan bar itu dan seorang asisten membuka pintu mobilnya.
Pria tampan nan gagah keluar dari sana dengan aura karismatik tinggi. Ternyata, itu adalah Darwin Chalos. Pimpinan dari Golden Ang yang dia cari selama ini.
"Selamat malam Tuan, silakan masuk," ucap penjaga malam bar itu.
Darwin tak membalas sapaan itu dan bergegas masuk ke dalam bar.
'Tak aku sangka, aku dipertemukan sangat mudah dengan laki-laki itu. Apakah aku harus memutar rencana?' Clara membatin sendiri.
Tak ingin kehilangan kesempatan, dia pun ikut masuk ke dalam bar itu dan mencari laki-laki incarannya itu.
Clara duduk di sebuah bangku di mana dia bisa memperhatikan gerak gerik Tuan Darwin dari kejauhan.
Clara melihat saat Darwin begitu menikmati penampilan musik biola yang begitu merdu suaranya. Ternyata Clara jadi tahu apa yang disukai pria itu dan apa yang membuatnya terhanyut.
"Dia sudah punya istri kan? Untuk apa dia keluar malam-malam dan berada di bar seperti ini? Wajahnya seperti amat kesepian?"
Clara sampai bertanya-tanya dalam hatinya karena penasaran apa yang dilakukan laki-laki itu tengah malam.
Wajahnya amat sedih, pandangan matanya tak berfokus pada apapun. Meskipun lantunan musik biola sedang berjalan, namun pikirannya seperti ke mana-mana. Clara menganggap laki-laki itu sedang kesepian.
Sampai akhirnya, terlalu lama memperhatikan laki-laki itu sampai Clara menemukan sebuah ide lain yang terlintas di kepalanya.
'Bagaimana jika aku gunakan jalan yang amat berbahaya itu untuk merusak kebahagiaan mereka?' ucapannya bertanya-tanya.
**
"Apa? Tidak, itu terlalu bahaya. Kita tetap dalam rencana yang pertama, yaitu membunuh Pimpinan Golden Ang.
Kita bunuh seperti saat mereka membunuh keluarga kita. Caramu nanti hanya akan membuat kamu semakin menderita," tanggapan bu Laura ketika mendengar rencana dari Clara.
Tapi sekali lagi, Clara bukan orang bodoh yang tidak mementingkan konsekuensinya. Dia sudah memikirkan hal ini berhari-hari hingga siap untuk bercerita pada ibu Laura.
"Aku lebih siap untuk rencana ini. Karena menghancurkan dengan cara itu adalah yang paling menyakitkan. Tolong percayakan pada saya kali ini, saya akan membuat mereka lebih sakit bahkan melebihi kematian itu sendiri."
"Tapi, kalau kamu benar-benar jatuh cinta padanya kamu akan tersiksa dua kali?"
"Tidak akan! Aku tidak akan pernah jatuh cinta sama pria itu. Aku hanya akan mengambil kebahagiaan dari wanita yang seharusnya tidak bahagia itu. Tolong restui keputusan aku Bu, aku tidak akan mundur dari rencana ini?" ucap Clara lagi.
"Lalu bagaimana dengan Bian? Dia akan tahu tentang perselingkuhan kalian?"
"Bian tidak akan aku gunakan lagi setelah aku berhasil merebut laki-laki itu. Dia sampah yang seharusnya aku buang. Dari awak bukankah itu rencana kita?"
Bu Laura mendengus kesal, "tapi aku peringatkan padamu, jalan yang kamu tempuh ini sangat terjal."
"Kalau aku takut, aku tidak mungkin berani berterus-terang padamu sekarang ini Bu!" jawab Clara.
Bu Laura pun memercayai jalan Clara yang menurutnya itu lebih menyakitkan. Bagaimanapun, Laura juga menggunakan Clara sebagai alatnya. Yang bertarung di ring adalah Clara, jadi dia berhak menentukan teknik dan strategi apa untuk mulai bertarung.
"Besok adalah hari pertama kami sekolah, aku akan merebut hati istri dari Tuan Darwin sehingga aku bisa lebih mudah untuk mengenal mereka."
"Silakan, aku tunggu hasil dari kegigihan mu itu!"
Jadi perubahan rencana itu sudah disetujui oleh keduanya, rupanya Clara sungguh mengambil jalan untuk merebut laki-laki itu dari sisi istrinya. Karena merebut seseorang yang amat dicintai itu sangat menyakitkan, persis seperti mereka merebut posisi Addara Group tempo dulu itu.
**
(Penerimaan Siswa Baru TK Children Gold tahun 2017.)
Di sana sudah hadir para ibu-ibu sosialita kelas atas dengan berlomba-lomba menggunakan baju yang super mewah, duduk bersama anak-anaknya yang akan memulai tahun pelajaran baru di sekolah itu. Termasuk Vania yang juga berhasil diterima untuk sekolah di sana.
Mereka saling mengobrol dan memamerkan kedudukan serta harta masing-masing untuk melihat siapa yang lebih terlihat sultan dibandingkan semuanya.
Beruntung, Clara berhasil memantaskan diri di antara mereka sehingga wanita itu diterima dengan baik sebagai anggotanya.
"Ibu-ibu, sebentar lagi kita akan menyambut kehadiran dari pemilik sekolah ini. Tolong nanti berdiri dan berikan tepuk tangan semeriah mungkin untuk Nyonya Maureen,"
Selepas pembawa acara mengatakan itu, datanglah seorang wanita dengan gaya yang sungguh elite, didampingi oleh beberapa bodyguard atau pengawal yang berjalan di belakangnya. Serta seorang anak kecil seumuran Vania yang dikawal dengan ketat.
"Selamat datang di sekolah ini Nyonya Maureen."
Wanita itu berjalan dengan gagah di depan semua ibu-ibu itu.
Termasuk Clara yang pertama kali melihat secara langsung wanita yang ia cari sejak dulu.
"Selamat bertemu denganku Nyonya. Bagaimana? Siap tidak kehilangan suamimu?" sindir Clara dalam hatinya.
***
"Rupanya wanita itu, anak perempuan yang dibanggakan oleh si Hary Hartawan? Bagus, aku tak perlu lagi bermain dengan lelah untuk menggaet targetku. Dia sudah berdiri di depan mata."Semua mata jelas sekali tertuju pada wanita itu. Siapapun yang melihatnya, baik dia lelaki atau wanita semua pasti akan jatuh cinta dengan pesonanya. Tapi tidak untuk Tuan Darwin, suaminya yang justru setiap malam sering menghabiskan waktu di bar musik itu."Terima kasih sudah menyambut saya, silakan duduk kembali," ucap perempuan berwajah sinis itu lalu dia duduk di sofa paling depan.Dan para ibu-ibu itu duduk kembali untuk mendengar sambutan pembukaan dari kepala sekolah."Saya haturkan rasa terima kasih yang banyak pada ibu-ibu sekalian yang telah mempercayai sekolah kami untuk membimbing putra-putrinya. Saya rasa, angkatan tahun ini adalah yang terbaik karena kita bertemu dengan anak dari salah satu pendiri sekolah ini. Namanya, Sheila Charlos Hartawan. Putri dari pasangan Ibu Maureen dan Bapak Darwin
bab 10. "Selamat pagi Tuan," ucap orang-orang yang membungkukkan badannya, ketika Darwin memasuki halaman lobi kantornya. Siapapun yang bertemu dengan sosok Darwin, dia akan memberikan hormat sepenuhnya pada laki-laki itu. Sang sekretarisnya mendekat, "Tuan, hari ini anda akan ada rapat bersama pimpinan dari kantor Robert Artaquez dari Portugal. Beliau sudah menanti di lokasi yang akan dikirimkan lewat email. Ini berkasnya," ungkap sekretaris itu. Berkata sambil berjalan mengikuti langkah kaki Darwin yang cepat. Darwin pun segera mengambil tablet itu, dan membacanya. "Batalkan!" katanya dengan sangat enteng. "Tapi Tuan, bukannya bekerja sama dengan perusahaan ini adalah keinginan ayah mertua anda?" Mertua yang di maksud oleh sekretaris itu adalah, Hary Hartawan. "Karena itu batalkan! Saya tidak mau repot. Cari alasan yang paling masuk akal!" jelas Darwin, kemudian dia mengembalikan tablet itu dam segera masuk ke dalam pintu lift yang sudah terbuka. Wajahnya begitu dingin, namun
"Jadi apa langkahmu? Menarik perhatian Maureen?""Benar, aku sudah berhasil membuatnya terkesan. Sebentar lagi, dalam acara pembukaan murid baru dia akan memakai baju pilihan saya. Dan terutama Darwin Chalos, laki-laki itu juga akan muncul menikmati musik yang akan aku mainkan. Aku berharap semua akan berjalan dengan lancar.""Oke, aku juga tidak sabar dengan menantikan saat-saat kehancuran keluarga mereka.""Bu, aku rasa Maureen sedang melacak lokasi Tuan Darwin melalui ponselnya.""Kalau begitu, laki-laki macam Darwin pasti lebih pintar. Tidak mungkin dia tidak tahu bahwa dia sedang dilacak.""Benar, itu maksudku."Mereka berdua saling berpikir sebuah jawaban yang paling tepat untuk hal itu Karena, manusia pintar macam Tuan Darwin adalah yang paling sulit untuk dikelabui.***Jepretan kamera dan pancaran kilat blitz itu telah mengerumuni kedatangan keluarga dari Darwin Charlos yang menyita seluruh perhatian para tamu lainnya. Mereka semua serentak memusatkan perhatiannya pada laki-l
Setelah pertunjukan berakhir, para tamu dipersilahkan juga untuk menikmati hidangan yang telah disediakan. Maureen, Darwin termasuk Clara juga berpindah ruangan, menempati aula yang khusus diisi oleh berbagai macam hidangan itu.Ketika melihat Clara berjalan masuk, mereka yang tadi terhibur oleh penampilannya tak lupa memberikan tepuk tangan meriah sebagai rasa terima kasih karena telah memberikan sebuah instrumen indah yang tentu saja tidak semua orang bisa melakukannya."Hebat sekali kamu, selamat ya. Lihat, banyak penonton yang menyukai penampilan kamu tadi," ungkap Maureen yang turut memberikan sambutan pada Clara.Wanita itu langsung membungkuk memberikan hormatnya pada Maureen. "Terima kasih Nyonya, saya tersanjung sekali. Padahal saya juga tidak terlalu mahir melakukannya, tapi malam ini entah kenapa saya terpacu sekali untuk bermain dengan baik. Mungkin karena saya sedang ditonton oleh tamu-tamu penting hari ini," sahut Clara sembari matanya menatap Darwin yang sedari tadi mem
"Selamat ya sayang, penampilan kamu luar biasa."Seseorang menghampiri Clara setelah perempuan itu masih saja terlibat adu pandang romantis dengan Darwin.Seketika, melihat suaminya datang Clara juha Darwin spontan mengalihkan arah penglihatannya."Hai Mas, ternyata kamu datang." Clara tersenyum amat bahagia."Always sayang, siapapun harus melihat penampilan kamu yang begitu mempesona. Aku bahkan tidak tahu kalau kamu pandai sekali bermain biola," ujar Bian sambil memeluk tubuh istrinya di hadapan Darwin yang masih tengah memperhatikan situasi tersebut.Clara membalas pelukan itu dengan mesra."Terima kasih sayang, dan aku ingin sebuah kehangatan nanti malam!""Benarkah? Siap kapten!" Mereka berdua saling tertawa dalam adegan pelukan itu.Sedang Darwin, menatap Maureen dengan pandangan sendu."Clara, sini!" Maureen langsung memanggil Clara begitu wujud perempuan itu terlihat oleh sepasang matanya."Kenalin, ini Om aku. Namanya Om Vincent." Clara pikir, laki-laki itu bukanlah Vincen
'Kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu menangis dan sedang menyesali sesuatu," ucap Darwin setelah Clara berhasil mengehentikan tangisannya seketika. Dia mengelap air matanya, merapikan rambutnya setelah itu dia mengumpulkan nyali kembali agar bisa terlihat baik-baik saja. "Maaf, aku tiba-tiba terserang sakit kepala hebat. Jadi aku ke sini agar orang-orang tidak ada yang melihat saya. Saya cukup terkejut karena justru bertemu dengan Tuan di sini. Maafkan saya," jawab serayu. Dia semaksimal mungkin ingin terlihat baik-baik saja di depan Darwin. Tapi laki-laki itu justru melihat Clara dengan tatapan yang berbeda. "Apa kamu sedang memendam sesuatu? Kamu terlihat seperti orang yang sedang bersedih." Deg!! Pertanyaan itu seketika membuat tubuhnya gemetar hebat. Dia menggertakkan giginya dengan kuat. 'Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu?' kata Clara dalam hatinya. "Maaf saya harus pergi." Tak ingin semakin mencurigakan di depan Darwin, Clara memutuskan untuk segera pergi dan mening
"Oh ya? Lalu kenapa sangat sulit sekali untuk menarik beliau?" "Ya itulah kendalanya. Dia tidak mau mengangkat telepon dari kami.. Alasannya sibuk dan tidak berminat. Aku bahkan pernah membuat sayembara pada siapapun yang berhasil membuat dia bekerja dengan ku, tapi sampai detik ini belum ada yang berhasil membujuknya," sambung Maureen kembali. Rasa penasaran Clara amat tinggi mengenai siapa sosok kepala jaksa yang dimaksud Maureen. Dan itu menumbuhkan rasa semangat untuk semakin ingin membantu dan menarik perhatian dari Maureen padanya. "Boleh kah saya yang membantunya? Siapa sosok jaksa hebat itu?" "Hahaha? Kamu, mau sok menaklukkan kepala kejaksaan itu? Berani apa kamu?" Maureen justru malah mentertawakan Clara dengan konyol. "Saya ingin mencobanya Nyonya, barangkali saya berhasil!" Meski geram, Clara tetap sabar menghadapi olokan Maureen yang sepertinya sangat merendahkan Clara. "Namanya Jaksa Agam Danuar. Dia telah menyelesaikan studinya di China setalah bekerja dan hampir
Tidak ada hal lain yang dipikirkan Clara saat ini, selain menarik orang-orang itu ke dalam genggaman tangannya.Bagaimanapun dia harus berhasil."Saya baru mengenal bar ini, dan beberapa hari terakhir, saya tidak sengaja melihat anda Tuan. Ternyata anda lah Tuan Darwin yang terkenal hebat itu.""Oh ya? Saya pikir hanya saya saja yang paling kuno karena menyukai Bar malam. Apalagi penampilan musik, benar-benar payah bukan?"Dia tertawa sedikit dan dibalas oleh senyuman manis oleh Clara."Ah, katanya ada yang perlu kamu sampaikan, apa itu?" sambung Darwin kembali.Clara memutar pandangan di seluruh area dan seperti memberi kode bahwa percakapan itu sangat serius. Tidak boleh ada yang mendengarnya kecuali mereka berdua."Kalau begitu, ikutlah ke dalam!" ajaknya.Laki-laki itu kemudian mengajak Clara untuk masuk ke dalam Bar dan berbicara di sebuah ruangan VIP yang sengaja dia pesan.Berjalan di belakang Darwin, dan diajaknya masuk berdua di dalam bar malam, tentu Darwin sudah mulai membu