Share

Pelampiasan Dendam Tuan Muda Kejam
Pelampiasan Dendam Tuan Muda Kejam
Penulis: Senja Merona

Bab 1 Luka

Dua puluh tahun yang silam 

Siang itu menjadi siang paling kelabu bagi seorang anak laki-laki bernama Carlos. Di mana wanita yang telah melahirkan dia ke dunia, dengan tega mencampakkan sang ayah beserta dirinya, demi pria muda yang memiliki banyak kekayaan. Tangisan jua rengekan, seakan angin lalu yang menggelitik indera pendengaran. Wanita cantik itu pergi, meninggalkan masa lalu dengan menyisakan luka mendalam pada hati sang anak. 

"Mommy... kumohon jangan pergi!!" pinta Carlos kecil sembari mencengkeram kaki sang ibu. Namun, wanita yang dipanggil ibu olehnya terus saja berjalan dan menghentak-hentakkan kaki. Tubuh Carlos hilang keseimbangan, dia tersungkur dengan pelipis membentur aspal panas. 

"Jangan membuntutiku lagi atau aku tidak akan segan-segan untuk menyakitimu, Carlos! Lupakan bahwa aku ibumu, anggap saja kalau aku telah tiada. Karena aku pun telah menganggapmu dan Charles, mati!" pekik Beatrize pada putranya. "Hapus semua kenangan tentangku, mulai detik ini tidak ada lagi ikatan antara kita berdua!" Beatrize menarik langkah meninggalkan Carlos tanpa menoleh sekali pun. Dia tidak mempedulikan isakan anak kecil yang menyayat bak sembilu. Hatinya telah beku. Perasaannya telah mati. 

"Mommy..." teriak Carlos kecil saat wanita yang begitu dia cintai, menyambut tangan seorang pemuda. Figur seorang ibu yang penuh hormat, hancur lebur dalam sekejap mata. Dalam memorinya kini, semua wanita adalah sama. Makhluk Tuhan yang pantas dia rendahkan dan diinjak-injak harga dirinya. 

Selepas kepergian sang ibu, Carlos berjanji pada dirinya sendiri. Bahwa dia tidak akan pernah jatuh cinta seumur hidupnya. Dia akan menjadi laki-laki sukses dan membeli martabat wanita manapun yang dia mau, dengan uang juga kekuasaan. Kebencian dia tanam dan dia pupuk hingga semakin tumbuh. Menjadikan dia sosok dingin, tak berperasaan. 

*** 

"Happy birthday... happy birthday... happy birthday too you...." 

Seorang gadis muda menyanyikan sebuah lagu ulang tahun untuk ibu tercinta. Meski di tengah keterbatasan ekonomi, tidak menyurutkan kasih sayang di antara keluarga kecil nan harmonis tersebut. 

"Ayo make a wish, Ma..." pinta gadis itu setelah menyalakan api. "Lalu tiup lilinnya." 

Wanita yang usianya tak lagi muda, menerbitkan senyuman terbaiknya. Dia mengusap-usap puncak kepala sang anak lantas menelungkup kedua tangan di depan dada dengan mata terpejam membuat sebuah pengharapan. 

Selepas itu, ia meniup deretan lilin hingga padam tak bersisa lanjut memeluk putrinya dengan penuh kebahagiaan. Namun, teriakan seseorang menghapus kebahagiaan tersebut dan merubahnya menjadi ketakutan juga kegetiran. 

"Siapa yang menyuruh kalian merayakan ulang tahun di rumahku?" Tangan kokoh menepis tart dari tangan gadis muda tersebut. Tart yang ia beli dengan susah payah, menyisihkan dari penghasilannya sebagai guru Taman Kanak-kanak, kini tergeletak sia-sia di atas lantai. 

"Tu-tuan Carlos?" pekik Heleina terkejut. "Mohon maafkan kami Tuan... kami telah lancang." 

Carissa mengerutkan dahi. "Untuk apa Mama meminta maaf pada laki-laki seperti dia. Justru harusnya dia yang meminta maaf kepada kita, Ma...!!" 

Mata Carlos menyipit dan terdengar suara gemerutuk gigi dari dalam mulut. Tangan mengepal kuat, pertanda bahwa amarahnya telah sampai ke ubun-ubun. "Beginilah gambaran wanita yang berasal dari keluarga miskin. Kurang ajar serta tidak memiliki etika!" 

"Kau?" tunjuk Carissa pada laki-laki bermulut lemas. "Apa ibumu tidak pernah mengajarkan sopan santun??" balas Carissa tak kalah tajam. Dan tentu saja perkataan gadis itu barusan seakan membuka serpihan luka lama. Di saat anak kecil seusia Carlos bermanja-manja dengan sang ibu, dia telah kehilangan figur yang seharusnya mendidik dengan segenap cinta. 

Heleina menarik lengan Carissa agar bersedia mendengarkan perkataannya. Namun, gadis itu bergeming. Dia membalas sorotan tajam Carlos seolah mengatakan bahwa aku tidak akan gentar dan mengalah pada pria yang hanya bisa merendahkan. Pria yang selalu menganggap kekayaan dan kekuasaan adalah segala-galanya. 

"Jangan sebut-sebut ibu didepanku!!" teriak Carlos murka. Urat-urat di pelipis menegang serta mata menyalang kejam. Carlos mendorong kasar pundak Carissa membuat gadis itu tidak bisa menahannya dan akhirnya terjungkal. "Sekali lagi kamu sok tahu dengan kehidupanku, aku tidak akan segan-segan untuk merobek mulut lebarmu itu!" Carlos mengancam Carissa yang terduduk di atas lantai kemudian melengos dan berlalu pergi secepat mungkin. Saat ini dia membutuhkan pelampiasan dari apa yang bergejolak di dalam dada. 

"Harusnya kamu jangan bicara seperti itu, Nak..." tegur Heleina. "Kamu tidak tahu 'kan, apa yang sudah dilalui tuan Carlos?" tanya Heleina pada putrinya yang masih dikuasai amarah. 

"Tidak Ma... kenapa memangnya?" Carissa balik bertanya dan bangkit dari posisinya.

Heleina mendesah pelan. "Nyonya Beatrize meninggalkan tuan muda, saat dia berumur lima tahun. Dan itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Hari yang seharusnya dirayakan dengan penuh suka cita, malah menjadi awal petaka di dalam keluarga Leon. Karena semenjak itu tuan Carlos berubah menjadi pribadi yang kasar dan bersikap semaunya." 

"Tapi aku pikir semua itu tidak bisa dijadikan alasan untuk dia bersikap semena-mena pada orang lain, Ma!" sergah Carissa atas penjelasan sang ibu. "Bukankah manusia dibekali akal untuk bisa berpikir bukan hanya mengikuti hawa nafsu?" tanyanya pada wanita paruh baya. 

Heleina tersenyum lalu mengggenggam tangan Carissa. "Kita tidak pernah tahu kondisi psikologis seseorang. Bagaimana mentalnya dan cara dia menghadapi masalah. Apa lagi saat itu tuan Carlos masih sangatlah kecil. Dan akhirnya menimbulkan trauma mendalam hingga saat ini. Kamu 'kan guru Taman Kanak-kanak, seharusnya paham mengenai hal ini." 

Carissa mendengus. "Iya Ma... Carissa paham kok. Cuman kesal saja dengan sikap arogan dan sok jagoan dia. Bahkan pada orang yang lebih tua pun dia bersikap tidak sopan!" 

Heleina membelai wajah Carissa yang menampilkan raut muram. Kelembutan sikap seorang ibu selalu menjadi pendamai hati yang tengah gersang. Hati yang berkecambuk kembali berbunga. "Kamu harus banyak-banyak bersyukur karena tumbuh di tengah-tengah keluarga yang utuh. Kamu tidak kekurangan sedikit pun kasih sayang Mama maupun papa, meski kami tidak bisa memberikan kemewahan seperti anak-anak lainnya." 

Bibir Carissa tertarik ke kedua sudut, dia mendekap erat tubuh sang ibu meluapkan perasaan yang bersarang di dalam hati. "Terima kasih ya Ma... selalu memberikan kasih sayang tanpa jeda, tanpa batas. Carissa sangat... beruntung memiliki ibu seperti Mama. Bagi Rissa, harta yang paling berharga dari apa pun di dunia ini adalah memiliki orang tua yang begitu penyayang." 

Heleina membalas dekapan Carissa tidak kalah erat. "Sama-sama sayang... dan kamu adalah satu-satunya harta yang Mama dan papa miliki. Harta tak ternilai, sebagai penyejuk mata dan hati kami." 

Di tengah kehangatan hubungan antara Carissa dan Heleina, ada seorang laki-laki yang sedari tadi menguping pembicaraan. Dia merasa iri hati melihat kedekatan ibu dan anak tersebut. Timbul di dalam hatinya rasa ingin menghancurkan hubungan baik tersebut. Menghapus senyuman kebahagiaan dengan tangis kesedihan. 

***

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Yen Lamour
Awal yg bagus. Dan aku paling baperan klw udh menyangkut anak ditinggal org tua atau salah satunya
goodnovel comment avatar
Senja Merona
wkwwkwkw.. abis bucin, rasain dh ya
goodnovel comment avatar
Senja Merona
makasih banyak kak .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status