Linda melihat ada sekitar tiga orang datang ke rumah Nelvan bersama Hans, tiga orang itu adalah Maid baru yang akan bekerja di rumah tersebut membantu Linda sehingga tak perlu bekerja sendirian lagi.
“Mereka akan mulai hari ini?” tanya Linda berbisik pada Hans.
“Tentu saja,” Hans menoleh ke arah Linda, “bukankah Nelvan sudah mengatakannya padamu?” tanya Hans balik.
Benar, Linda hampir lupa jika ia harus terfokus untuk melayani Nelvan tanpa melakukan pekerjaan lain di rumah ini, namun masih ada yang Linda pikirkan sehingga ia menemui Nelvan yang sedang berada di ruang kerja.
“Tuan Xander,”
Nelvan menoleh, “Apa mereka sudah datang? Jika sudah kau bisa duduk dengan tenang,” Nelvan berucap sebelum kembali mengerjakan sesuatu di sebuah mac yang ada di meja.
“Lalu aku kerja apa?” tanya Linda.
Gerakan tangan Nelvan yang memencet tombol di papan keyboard berhenti, kepalan
Linda keluar dari rumah Nelvan setelah meminta ijin untuk pulang, besok adalah ulang tahunnya dan seperti biasa Linda akan melakukan perayaan kecil bersama Mia dan Allexin.“Allexin, apa Mia sudah datang?” seru Linda memasuki rumah yang tidak begitu besar tempat ia tinggal bersama adiknya.Allexin berlari menghampiri Linda, “Kau sudah datang? Apa kamu bertemu Mia saat perjalanan kemari?” Allexin balik bertanya.Linda menggeleng, “Tunggu sebentar biar aku mengirimkan pesan untuk Mia, siapa tau dia sudah dalam perjalanan,” Allexin mengangguk melihat Linda yang saat ini sudah memegang ponselnya.“Aku sudah menyiapkan bahan untuk membuat kue, dari pada membeli aku lebih suka kue buatanmu jadi sembari menunggu Mia datang bagaimana kalau kita membuat kuenya lebih dulu?” saran Allexin.“Okay,” Linda meletakan tas selempang ke kursi, pergi menuju dapur lalu memakai apron sebelum mengambil te
Malam hari telah tiba, kue buatan Linda juga telah selesai di hias sedangkan Allexin dan Mia juga sudah mendekorasi rumah Linda dengan sederhana. Mereka bertiga berfoto bersama dengan Linda yang membawa kue ulang tahunnya.Lagu ucapan selamat ulang tahun dengan riang Allexin dan Mia nyanyikan, sebuh topi kerucut masing-masing mereka kenakan, Linda memejamkan matanya mengucapkan harapan di usia baru yang ke dua puluh tahun ini lalu kedua kelopak matanya terbuka sebelum meniup lilin yang tertancap di kue.“Aku punya hadiah spesial untukmu,” Mia mengambil sebuah kotak dari paper bag yang dia sembunyikan di kamar Allexin.“Aku tidak melihatmu datang dengan membawa benda ini tadi.” Jawab Linda menerima hadiah dari sahabatnya. Mia mengode Allexin, “Aku menyembunyikannya di kamar adikmu,” kata Mia.Tidak mau kalah dengan Mia, Allexin juga memberikan hadiah untuk Linda, “Ini hadiah ulang tahunmu dari adik nakal satu-satun
Seperti sebuah mimpi yang terasa aneh, tadi pagi Linda baru keluar dari rumahnya lalu tiba-tiba saja Nelvan menjemputnya tanpa meminta bantuan Hans, sebentar lagi pesawat yang ia tumpangi akan mendarat.Linda menoleh ke arah Nelvan yang sedang sibuk membuka layar tab, saat Nelvan mengatakan akan membawanya ikut serta ke Seattle, lelaki itu langsung menuju ke bandara tanpa membuat Linda menyiapkan sesuatu jadi saat ini yang ia bawa adalah hadiah yang di berikan oleh Hans dan Mia semalam.“Tuan Xander, aku—““Kau tenang saja, semua kebutuhanmu telah di siapkan jika itu yang kau takutkan karena tidak sempat bersiap-siap,” sahut Nelvan tanpa menatap Linda, Nelvan yang masih melihat ke layar Tab lantas melanjutkan, “ingatlah untuk tidak memanggilku Tuan Xander untuk sementara waktu, cukup kau hilangkan kalimat formal yang sering kamu ucapkan denganku.” Katanya.Tak ada kalimat keluar dari bibir Lind
Sudah berlalu beberapa jam dan kini Linda merasa bosan menunggu dua orang yang sedang rapat di dalam ruangan tertutup itu keluar, saat ini Linda berada di Seattle di mana ia tidak tahu sama sekali mengenai tempat tersebut.Pelayanan di perusahaan tersebut juga cukup baik, mereka seolah tau jika Linda sedang lapar sehingga membawakan Linda beberapa cemilan dan juga minuman sembari menunggu Nelvan bersama Hans selesai.Linda memainkan ponsel pemberian Allexin, saat melihat ponsel tersebut Linda merasa sangat senang meski terkadang ia merasa tidak nyaman karena Allexin menabung uangnya hanya untuk memberikan hadiah semahal ini.“Kau mengenal wanita itu?” seseorang berbicara sembari menatap Linda dari kejauhan.“Dia datang bersama Tuan Xander, mungkin dia adiknya,” jawab satu yang lain di mana ada dua orang yang kini sedang memperhatikan Linda.“Tuan Xander tidak memiliki adik, dia hanya punya seorang kakak perempuan dan a
Hans kembali setelah selesai dengan panggilan teleponnya, ia melihat Linda dan Nelvan bergantian di mana kedua orang itu terlihat aneh, Hans duduk di kursinya yang tadi masih dengan menatap Linda dan Nelvan bergantian.“Kalian kenapa? Apa yang terjadi saat aku meninggalkan kalian beberapa menit?” tanya Hans heran.Linda menggeleng tapi juga mengangguk, Hans mengernyitkan keningnya tambah heran tapi ia memilih tidak membahas saat melihat sebelah ujung bibir Nelvan masih ada sedikit krim yang tertinggal, Hans mengulum bibirnya menahan senyum.“Seseorang memanggilku, jadi kalian lanjutkan saja makan malamnya jangan pedulikan aku,” ucap Hans lalui pergi lagi untuk membiarkan kedua orang itu di sana.Hans tidak sepenuhnya yakin apa yang terjadi tapi lebih baik ia tidak mengganggu kedua orang itu, siapa tau saja Nelvan bisa membuka hatinya untuk Linda.Saat Hans sudah keluar, Nelvan menatap Linda, “Kau ke
Beberapa kali Linda mengetuk pintu kamar Nelvan tpi tak ada sahutan atau tanda pintu akan segera di buka,, Linda menoleh ke arah Hans yang membawakan tas berisi obat milik Nelvan.“Sejak tadi sifatnya jadi aneh, aku khawatir terjadi sesuatu dengan Tuan Xander.” ucap Linda.Hans mengganti posisi Linda mengetuk pintu kamar Nelvan tapi masih juga belum ada respon, Hans juga berusaha menghubungi nomor Nelvan tapi tetap di abaikan hingga membuat kedua orang yang berada di luar pintu kamar Nelvan menjadi panik.“Nelvan! Jangan membuatmu memaksa untuk mendobrak pintunya!” seru Hans mulai erasa ada yang tidak beres, ia dan Linda sudah berada di depan pintu selama kurang lebih setengah jam dan Nelvan tidak akan membiarkan siapapun menunggu selama itu kecuali terjadi sesuatu.“Kau yakin saat aku pergi meninggalkan kalian sifat Nelvan jadi sangat pendiam?” tanya Hans, Linda mengangguk mengiyakan, ia juga tidak yakin
Untuk kesekian kalinya Nelvan melihat Linda menemaninya saat sedang dalam keadaan tidak baik, gadis itu tertidur dengan posisi duduk dan pasti saat terbangun nanti akan merasakan sakit di sekujur tubuh.Perlahan Nelvan bangun, ia sudah merasa jauh lebuh baik sekarang, dengan hati-hati Nelvan turun dari tempat tidur dan memindahkan Linda ke tempat tidur tanpa membuat gadis itu bangun.Setelahnya Nelvan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, saat ia keluar terlihat Linda masih belum bangun padahal biasanya gadis itu bangun lebih awal darinya terlebih kini sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.Ketukan terdengar dari luar, Nelvan membukakan pintu di mana Hans sudah berdiri di sana.“Apa Linda tidur denganmu?” tanya Hans.Nelvan menunjuk ke dalam di mana Linda sedang tidur sangat pulas, kemudian Hans emnatap Nelvan, “Kau tidak menyakitinya ‘kan?” tuding Hans.“Untuk apa menyakitinya? Semalam dia menjag
Dugaan Maggie tidak benar, saat Linda masih belum sadar beberapa dokter telah memeriksa kondisi Linda apakah gadis itu sedang mengandung atau tidak, tapi semua jawaban dari dokter sama yaitu Linda tidak sedang mengandung.Sesaat Nelvan merasa kecewa dengan jawab dokter tapi setelah itu ia sadar jika dirinya berharap mengenai Linda. Sudah berlalu lebih dari lima jam tapi Linda masih belum juga bangun, cairan infus sudah habis satu botol namun Linda tetap saja memejamkan mata.Maggie juga sudah kembali ke aktifitasnya sendiri, Nelvan juga tidak mengerti bagaimana Maggie bisa tba-tiba saja berada di Seattle. Nelvan kembali duduk, ia telah menjaga Linda sejak pagi sampai melupakan sarapan.Tangan Linda yang tadinya sangat dingin sudah kembali terasa hangat, kedua kelopak mata yang terpejam itu perlahan mulai terbuka dengan susah, cahaya masuk ke indra penglihatan Linda sampai kedua bola mata itu menyadari keberadaan Nelvan yang duduk sembari memegang tangannya denga