بيت / Romansa / Pelan-Pelan, Pak Dosen! / Bab 109. Hamili dia

مشاركة

Bab 109. Hamili dia

مؤلف: Anggun_sari
last update آخر تحديث: 2025-11-25 21:13:28

Napas Zoe memburu. Tangannya terkepal, telinganya panas mendengar apa yang dikatakan oleh Nora.

Apa tadi katanya? Wanita baik-baik tidak akan pernah mau diajak tinggal bersama!

Kalau tidak dipaksa dan memiliki rahasia yang harus dijaganya tentu ia tidak akan pernah mau diajak tinggal bersama.

Namun, meski tinggal bersama Xavier, ia bukan wanita murahan. Tubuhnya tidak pernah ia berikan kepada pria sembarangan. Hanya Xavier–pria itu adalah pria pertama yang menyentuhnya.

Menatap kembali Nora, kali ini tatapan Zoe lebih berani dari tadi. Kata-kata Nora yang membuatnya terlihat ingin melawan.

“Kenapa? Apa kamu tidak suka dengan apa yang aku katakan. Tatapanmu itu, kamu kira aku akan takut!” cibir Nora.

Zoe tersenyum miring. Tatapannya belum melemah. Jika biasanya ia akan diam dan tidak melawan, maka tidak untuk kali ini. Ia tidak akan membiarkan Nora menginjaknya terlalu jauh.

“Saya tidak pernah meminta Anda untuk takut kepada saya, karena pada dasarnya Anda memang tidak pernah mengan
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق
الفصل مغلق

أحدث فصل

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 170. Tolong aku, aku mohon

    Zoe menatap lurus ke depan. Tangannya terus bergerak memilin bajunya. Ia tak tahu harus berbicara seperti apa dan bagaimana untuk menghibur Nora. Ia tahu betul bagaimana perasaan Nora saat ini. Meski wanita itu menunjukkan senyumnya, hatinya pasti sedang menangis saat ini.“Huh…,” desah Nora setelah terdiam cukup lama. Mereka sedang ada di taman untuk mencari udara segar.Zoe menoleh menatap Nora. Sebuah senyum ia lemparkan saat wanita itu tersenyum kepadanya.“Kamu tahu, hatiku rasanya begitu lega setelah mengatakan semuanya. Aku seperti orang yang tidak memiliki beban,” ujar Nora.Zoe tersenyum manis. Ia memberanikan diri menggenggam tangan Nora. “Tante yang kuat ya,” ucap Zoe. Nadanya terdengar pelan, namun penuh arti.Nora membalasnya dengan senyum. “Sebenarnya Tente ingin sekali menampar dan meluapkan kemarahan Tante, tapi Tente menahannya.”“Marah juga tidak akan menyelesaikan semuanya. Semua s

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 169. Merelakan

    Zoe mengerjapkan matanya. Matanya terlihat menatap kanan dan kiri tempatnya berada saat ini. Dinding berwarna putih dan bau disinfektan menyadarkan Zoe bahwa saat ini masih berada di rumah sakit.Setelah bercengkrama dengan Xavier tadi, Zoe tertidur didekapan Xavier. Tubuh pria itu selalu bisa membuat dirinya nyaman dan tenang.“Sudah bangun?”Zoe yang baru saja mengumpulkan nyawanya, terperanjat kaget. Di sampingnya ternyata ada Nora yang tersenyum ke arahnya. Senyuman itu begitu tipis. Jelas sekali wajah Nora terlihat lelah. Kerutan-kerutan di wajahnya mulai terlihat. Hanya dalam beberapa hari, semuanya merubah Nora. Sikapnya, cara berpikirnya dan perilakunya.“Maaf, tadi saya mengantuk sekali, jadi tidur sebentar. Tapi ternyata saya kebablasan,” ungkap Zoe.Nota tersenyum simpul. Ia lebih mendekat kepada Zoe. “Mau jalan-jalan bersama?” tawar Nora.Zoe terlihat berpikir. Kepalanya menatap ke kanan

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 168. Tetaplah disisiku

    Zoe mengembang senyumnya saat Xavier menoleh ke arahnya. Pria itu sedang membersihkan tubuh papanya.Tangan Zoe bergetar saat tiba-tiba ayahnya menghubunginya. Entah dari mana Baskoro memiliki nomornya. Hanya adik dan teman-teman dekatnya yang tahu nomornya yang baru.Zoe menghela napas panjang, ia mengabaikan panggilan dari ayahnya dan lebih memilih menatap Xavier, pria itu beberapa kali tersenyum padanya sebelum akhirnya berjalan ke arahnya.“Kamu begitu telaten merawat papamu,” puji Zoe.Xavier tersenyum tipis. “Hanya aku yang ada, jadi mau tidak mau aku harus melakukannya bukan,” jawab Xavier.Zoe tersenyum manis. Tangannya mengusap kepala Xavier. “Anak pintar,” pujinya lagi.Xavier tertawa lebar. Ia merasa seperti anak kecil yang mendapatkan pujian karena telah mengerjakan tugas dengan baik dan benar.“Aku bukan anak kecil yang suka diusap kepalanya,” kata Xavier.“Lalu apa kesukaanmu?” tanya Zoe meladeni guyonan Xavier.“Kamu!” jawab Xavier yang sukses membuat pipi Zoe merona me

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 167. Terima kasih sudah menemaniku

    Zoe membeli beberapa makanan ringan dan kue untuk dibawa ke rumah sakit. Ia membulatkan tekadnya untuk meminta bantuan pada Xavier.Ia tidak mungkin meminta bantuan pada Adam atau yang lainnya. Adam sedang kesusahan. Pria itu sudah sibuk mengurus kakaknya yang sedang sakit.Memilih menaiki taxi, Zoe segera pergi ke rumah sakit. Ia mengatakan pada supri taxi arah dan tujuannya.  Taxi itu berjalan meninggalkan kompleks perumahan Sofia.Jalanan yang lengang membuat perjalanannya tidak terlalu lama. Supir taxi menurunkan Zoe tepat di depan pintu masuk rumah sakit.Berjalan perlahan, Zoe dibuat mengernyitkan keningnya saat melihat Xavier berjalan entah dari mana.“Eros!” panggil Zoe yang membuat Xavier langsung menoleh.Xavier tersenyum simpul. Kedua tangannya terbuka lebar siap memeluk tubuh kecil Zoe.“Dari mana?” tanya Zoe manja. Ia berada di dekapan Xavier saat ini.“Hanya

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 166. Meminta Bantuan

    Zoe mengernyitkan keningnya. Matanya menatap penuh tanya sosok Sofia. “Apa ada orang seperti itu? Bukankah kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun dengan mudah,” balas Zoe.Sofia tersenyum tipis. “Ada. Dan aku sangat menyukainya.”Zoe mengulum senyum menanggapi ucapan Sofia. Kali ini ia benar-benar merasa jika Sofia terlihat berbeda. Sikap dan cara menatap serta gaya bicaranya, semuanya terlihat bukan seperti Sofia.“Oh ya…katakan padaku, apa yang membuatmu ke sini? Kita lupakan masalahku, mari kita bahas tentang kamu,” ucap Sofia mengalihkan pembicaraan.Zoe menarik napasnya dalam-dalam. Ia menarik sudut bibirnya dengan terpaksa. Ia sebenarnya malu harus bicara pada Sofia, tapi jika bukan Sofia siapa lagi yang bisa dimintai pertolongan.Ini adalah kali pertama ia meminta bantuan pada Sofia. Jika bukan karena telah vakum lama menjadi streamer dua satu plus, pasti ia tak akan sebingung ini.“Sebenarny

  • Pelan-Pelan, Pak Dosen!    Bab 165. Laki-laki berbeda

    “Apa katamu? Coba ulangi lagi apa yang kamu katakan tadi,” sergah Baskoro. Ia yang tadinya membelakangi Zoe, kini memutar tubuhnya menatap Zoe dengan binar kebencian.“Jadi kamu ingin melihat Ayahmu mati!” seru Biskoro.Zoe menggusar rambutnya yang terurai ke belakang. “Lalu Ayah ingin melihatku mati. Jika Ayah masih terus berjudi maka aku yang akan mati Ayah…,” lirih Zoe. suaranya terdengar pilu.“Aku mohon berhentilah berjudi, Ayah,” mohon Zoe memelas. Sisa-sisa air matanya masih tertinggal di pipinya.Baskoro tidak menjawab pria itu justru mengingatkan kembali tujuannya datang menemui Zoe. “Aku tunggu uang darimu esok lusa. Jika kamu tidak memberinya aku akan mendatangi tempat tinggalmu yang sekarang.”Tidak ada jawaban yang diberikan oleh Zoe, wanita itu hanya menatap punggung ayahnya yang sudah berjalan menjauh.Zoe menghela napas panjang dan beratnya. Tangannya bergerak membuka salah satu aplikasi mobile banking. Tangannya mengelus dadanya saat melihat jumlah saldo di rekeningny

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status