Pelan-Pelan, Pak Dosen!

Pelan-Pelan, Pak Dosen!

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-30
Oleh:  Anggun_sariBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
10Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

“Aku hanya akan tidur dengan orang yang bisa membayarku dengan harga tinggi. ” Zoe menaruh tawaran gila. Nominal fantastis dengan hadiah berupa satu malam bersama dirinya. Tawaran yang terlihat tidak mungkin itu, menjadi kenyataan. Viewer setianya memberikan donasi. Sejak malam itu, hidup Zoe tak pernah sama lagi. Ia harus menghadapi kenyataan pahit: rahasianya terbongkar oleh orang yang paling tidak boleh tahu–Xavier, dosen di kampusnya. Kini Zoe terjebak di persimpangan: antara ketakutan karena rahasianya di genggam ML, atau menyerah pada hasrat terlarang yang mulai membakar setiap kali mereka bersama

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Sang Penghibur

Suara gedoran pintu yang terdengar begitu nyaring, membuat Zoe berlari ke arah pintu. Zoe mendengus kesal. Matanya menyipit, jengah melihat keadaan yang sama. Baskoro–ayahnya datang dalam keadaan mabuk!

“Berikan Ayah, uang!”

Zoe tersenyum miring. Uang? Apakah ayahnya kira dia ini bank yang bisa dimintai uang setiap saat. Untuk kebutuhan sehari-hari saja dia harus berhemat, tapi ayahnya justru datang dengan keadaan memuakkan–mabuk dan kalah judi.

“Aku tidak punya uang. Kemarin aku harus membayar hutang ayah! Seorang rentenir datang menagih hutang kemari!” jawab Zoe, muak.

“Akhh….” Zoe meringis kesakitan. Ayahnya tanpa rasa kasihan menarik rambutnya kuat-kuat.

“Itu sudah menjadi tugasmu! Kamu adalah anakku, jadi tidak salah kalau aku mengandalkanmu!” balas Baskoro.

Tangan Zoe terkepal. Matanya memerah menahan rasa kesal bercampur benci. Ucapan macam apa itu. Bagaimana bisa seorang orang tua bisa mengatakan kata-kata menyakitkan dan tidak berperasaan seperti itu.

“Cepat berikan Ayah uang! Teman-teman Ayah sudah menunggu Ayah!” sentak Baskoro. Ia melepaskan jambakannya pada rambut Zoe dengan keras, membuat gadis itu terhuyung dan hampir jatuh menyentuh ubin.

“Jangan menatap Ayah seperti itu!” desis Baskoro saat melihat kilatan kebencian dari mata putrinya. “Kamu tidak pantas memberikan tatapan kebencian pada orang yang sudah membesarkanmu!” imbuh Baskoro.

Zoe hanya tersenyum miring. Membesarkan? Membesarkan yang bagaimana yang dimaksud oleh ayahnya. Sejak sang ibu pergi meninggalkan mereka entah kemana karena muak dengan kehidupan mengerikan ini, hidupnya bagai di neraka. Setiap malam untuknya adalah sebuah ketakutan.

Ayahnya tak jarang mengajak para temannya untuk datang ke rumah mereka. Bermain kartu dan bersenang-senang, hingga satu malam mencekam, membuat Zoe memutuskan untuk pergi dari rumah dan tinggal sendiri. Teman ayahnya hampir melakukan tindakan tak senonoh saat itu.

“Cepat! Mana uangnya?!” Tangan Baskoro menengadah, menunggu uang yang dimintanya.

“Tidak ada!” jawab Zoe bersikukuh.

Uang di dompetnya hanya tinggal lima ratus ribu, dan uang itu akan ia gunakan untuk membayar buku yang dibelinya beberapa hari yang lalu serta membayar tagihan listrik rumah tempat tinggal ayahnya.

Keputusannya untuk tinggal sendiri adalah ingin mendapatkan ketenangan meski hanya sedikit. Namun, nyatanya itu tak pernah ia dapatkan. Selain membiayai kuliahnya sendiri, ia juga harus memenuhi kebutuhan ayah dan juga adiknya, termasuk membayar hutang ayah dan biaya sekolah sang adik. Ayahnya juga kerap kali mendatanginya ketika mabuk dan membutuhkan uang. Ia sudah pernah pindah tempat dan tidak menghubungi keluarganya. Bermaksud melepaskan kontak, tapi ayahnya selalu bisa menemukannya dimanapun ia berada.

“Minggir!” sentak Baskoro.

Seolah tak mau mendengar ucapan Zoe, Baskoro masuk begitu saja ke dalam kontrakan putrinya. Dengan tubuh terhuyung, ia masuk ke dalam kamar sang putri. Kamar dengan lampu kerlap kerlip bernuansa pastel membuat kesan hangat di sana.

Sebuah seringai menghiasi wajahnya ketika ia menemukan dompet berwarna krem di atas meja. Dengan tanpa izin, ia membuka dompet itu. Senyum di bibirnya terbit saat mendapati lima lembar uang warna merah ada di dalamnya. Malam ini ia akan pesta besar. Zoe–putrinya selalu bisa ia andalkan.

“Tidak, jangan ambil itu!” mohon Zoe. Matanya memohon agar sang ayah tidak mengambil uang terakhir yang dia miliki.

Baskoro tersenyum miring. Pria dengan perut buncit itu berjalan mendekati Zoe setelah tadi mengambil uang sang putri dan menyimpannya ke dalam saku celananya.

“Tidak punya uang?” Baskoro menarik kembali rambut Zoe. Kali ini lebih kuat dan menyakitkan, membuat mata Zoe berkaca-kaca menahan tangis.

“Mau berbohong?” sentak Baskoro.

Baskoro melepas kasar tarikannya, membuat tubuh Zoe terhuyung ke belakang membentur siku tembok, menyisakan rasa nyeri di bahunya. Tak puas hanya menyakiti Zoe dengan cara menjambak rambut sang putri, tangan gempal Baskoro melayang di udara dan mendarat keras di pipi mulus Zoe. Panas dan menyakitkan. Tamparan itu menyisakan bekas yang bisa dilihat oleh siapapun.

Membalas? Tidak! Zoe hanya bisa diam dengan segala rasa tak terima yang hanya mampu dia simpan rapat-rapat di dalam hatinya. Dia tidak akan pernah bisa melawan ayahnya. Tidak sekarang, tidak juga nanti.

“Jangan pernah berbohong kepadaku, atau kamu akan tahu akibatnya!” Ancam Baskoro sambil menepuk pelan pipi Zoe, kemudian bergegas pergi.

Tubuh Zoe merosot. Ia menangis menghilangkan rasa sesak di dadanya. Ia benar-benar lelah dan inilah salah satu yang bisa dilakukannya untuk meringankan setiap rasa menyakiti di hatinya. Setelah puas, ia berjalan ke arah meja riasnya. Surat tagihan listrik yang sudah jatuh tempo serta tagihan lainnya berjejer di atas meja riasnya, menambah sesak di dada.

Tak ingin terlalu larut dalam kesedihannya, ia mulai mengambil concealer untuk menutupi bercak tangan di pipinya. Ia harus kembali melakukan aktivitasnya setiap malam untuk mengumpulkan pundi-pundi uang demi kebutuhan yang tak pernah ada habisnya. Ada satu donatur setia yang bisa menopang kehidupannya sehari-hari. Koin-koin yang diberikannya setiap malam, selalu menjadi penolong bagi kehidupannya yang menyedihkan.

“Selamat malam semuanya… apa kalian sudah merindukanku?”

***

“Haist… gawat, aku bisa mati hari ini!” gerutu Zoe yang baru bangun sekitar pukul 6 pagi, sementara kuliahnya akan dimulai dua jam lagi.

Tugas dari dosen killer yang harusnya ia kumpulkan tengah malam kemarin, bahkan tidak disentuhnya sama sekali. Tanpa mandi, ia segera mengganti pakaiannya dan melesat pergi menuju kampus. Setelah tidak mengerjakan tugas, ia tidak boleh terlambat masuk.

Hidupnya benar-benar di ujung tanduk jika ia sampai terlambat di jam pelajaran Xavier Admajaya—si dosen killer yang terkenal tidak kenal ampun jika ada mahasiswanya yang tidak patuh.

“Zoe….”

Zoe menelan ludahnya susah payah. Tubuhnya seketika menegang saat mendengar suara dari orang yang ingin sekali dihindarinya. Xavier Admajaya—pria itu berdiri di belakangnya saat ini.

“Tidak mengumpulkan tugas lagi?!” seru Xavier.

Zoe meremas jari-jarinya. Mata tajam Xavier yang saat ini tengah menatapnya, membuat bulu kuduknya meremang.

“Ma—maaf Pak, sa—saya—”

Matanya menatap tajam Zoe, seolah tengah melakukan penilaian pada mahasiwinya itu. “Apa yang kamu lakukan tadi malam hingga melewatkan jadwal pengumpulan tugas?”

“Saya tertidur, Pak!” Zoe memejamkan mata, tidak berani menatap wajah Xavier. Sikap Xavier yang mengintimidasi membuat nyalinya menciut.

“Tertidur?” ulang Xavier dengan smirk evilnya.

“Bersiaplah tidak lulus di mata kuliah saya!”

Zoe hanya bisa menghela pasrah selepas kepergian Xavier. Zoe yang hendak melangkah pergi, menghentikan langkahnya saat mendapati sapu tangan Xavier terjatuh secara tidak sengaja dari saku celananya.

“Pak, sapu tangan… Anda….”

Zoe mengerjapkan matanya beberapa kali saat melihat sapu tangan milik Xavier. Hanya untuk sebuah sapu tangan, pria itu memakai barang dari desainer ternama.

“Dia benar-benar kaya,” gumam Zoe.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
6 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status