Setelah semua terasa lengkap dan siap, Azmira mencoba kembali ke kamar mandi mencuci tangan sekaligus mengecek apakah ada barang yang tertinggal. Yitno menyusul Azmira ke kamar mandi untuk memastikan kekasihnya tidak kembali bersedih setelah kemarin mereka menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang banyak hal. "Bun, mengapa melamun begitu?" tanya Yitno yang melihat Azmira sedang termenung di depan cermin kamar mandi. Azmira sedikit tersentak, "eh, Ayah. Enggak melamun kok, yah. Hanya mengecek kembali saja ada yang tertinggal atau tidak. Kalau ada yang tertinggal tidak enak, kan." Azmira kembali tersenyum tipis yang terkesan dipaksa. Yitno memeluk Azmira dari belakang dan menyandarkan kepalanya pada bahu Azmira. "Sudah jangan sedih lagi. Kita masih bisa bertemu, kok. Bahkan masih bisa berkomunikasi seperti biasa. Jangan sedih seperti kita akan berpisah jauh saja, ya." Yitno mengusap kepala Azmira. "Iya, Ayah. Walau bibir ini berkata iya, tetap saja Bunda kepikiran bagaimana nanti
(Pada scene ini akan full berlokasi di rumah Yitno.)Setelah berpisah di Bandara sebelumnya dengan Azmira, lima belas menit kemudian Yitno akhirnya tiba di rumah Witha. Yitno sengaja tidak mengabari Witha karena ingin memberikan kejutan untuk Nurlinda, anak perempuannya. Linda—nama panggilan Nurlinda—sungguh sangat merindukan Yitno dan kerap kali menanyakan kapan kepulangan ayahnya.Tiba di depan pintu rumah, Yitno lantas mengetuk pintu tersebut dan berpura-pura menjadi tamu.Tok tok tok. Yitno mengetuk pintu rumahnya."Sebentar." Terdengar teriakan anak kecil dari dalam.Yitno sudah menduga pasti yang membukakan pintu adalah Linda karena biasanya Witha masih belum pulang dari jalan-jalan keliling. Selama hamil besar, Witha memang sering jalan pagi karena disarankan oleh dokter kandungan untuk banyak bergerak agar mudah proses persalinannya.Ceklek. Terdengar suara handle pintu yang dibuka oleh Linda."Ayah!" Teriak Linda.Linda pun tanpa sadar melompat ke pelukan Ayahnya dan Yitno ju
(Kelanjutan cerita ini masih berlokasi di rumah Yitno) Witha bergegas keluar kamar menuju ke dapur. Ia lantas segera menghubungi nomor Azmira yang telah disimpan pada HPnya. Terdengar suara nada tunggu panggilan di beberapa detik hingga akhirnya telepon dari Witha diangkat oleh Azmira. "Halo," sapa Azmira. "Hey, perempuan j@l@ng. Kamu siapa? Berani ganggu suami saya!" jawab Witha dengan kasar. "Saya..." suara Azmira terputus karena dipotong oleh Witha. "Enggak usah banyak ngomong. Jangan ganggu suami saya, kamu tahu tidak kalau saya sedang hamil besar. Kalau sampai terjadi apa-apa sama saya, saya akan tuntut kamu ke polisi. Murahan sekali kamu sampai menggoda suami orang. Enggak laku, ya! P3lacur." Witha semakin emosi lalu mematikan teleponnya. Witha kembali mengatur nafasnya. Ia benar-benar merasa hancur dan sedih. Hatinya sungguh tersayat membayangkan betapa teganya Yitno mengkhianatinya yang sedang hamil besar. "Ayah, kenapa Ayah tega. Bunda ini kurang apa, sih? Bertahun-tah
"Karena perusahaan mengalami defisit yang sudah tidak dapat diselamatkan lagi, dengan sangat berat hati mulai hari ini saya mengakhiri masa kerja rekan-rekan sekalian," ucap atasan Azmira dalam rapat penutupan perusahaan. Azmira hanya bisa menangis setelah mendengar pernyataan itu. Terlintas di pikiran Azmira apa yang harus ia lakukan untuk menyambung hidup dan bagaimana ia akan menghidupi Nugraha Purnama, anak kesayangannya itu. "Mengapa hidup ini sulit sekali, aku hanya ingin bahagia," ucap Azmira lirih seraya mengambil tas punggung dan kunci motornya. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Azmira hanya mampu menangis karena kepikiran bagaimana menjalani hari esok. Azmira saat ini menjadi tulang punggung untuk menghidupi anaknya pasca perpisahan dengan suaminya. Azmira dan Maliki, suaminya sepakat untuk tidak me
Pagi ini sekitar pukul 09:00 WIB, handphone Azmira berdering menandakan telepon masuk dari nomor tidak dikenal."Halo, selamat pagi," sapa Azmira menerima panggilan di handphonenya."Selamat pagi, benar saya berbicara dengan Ibu Azmira?" jawab suara dari penelepon."Benar saya dengan Azmira, ada yang bisa saya bantu?""Apakah Ibu Azmira bisa hadir pada interview hari ini pukul 11:00 WIB?"Sejenak Azmira kaget karena baru saja memasukkan lamaran kerja dan langsung menerima panggilan interview. Dalam waktu sekejap Azmira langsung menyanggupi panggilan interview tersebut sembari bersyukur."Aku harus semangat kali ini. Semoga bisa cocok dan langsung diterima bekerja," batin Azmira dengan wajah tersenyum."Kamu kenapa Mbak?" tanya Astuti Ningrum, Ibu Azmira."Eh, Ibu. Hari ini Mbak dapat panggilan interview Bu, nanti jam 11:00 WIB diminta datang ke perusahaan. Doakan ya, Bu. Semoga rezeki Mbak," jawab Azmira dengan semangat.
Keesokan harinya, Azmira sudah bisa mengikuti alur pekerjaan barunya. Hal ini tentu saja berkat bantuan Moko dan Yitno yang sudah mensupport Azmira. Moko dengan penuh semangat mengajari Azmira hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja. Tentunya diselingi dengan candaan pula. "Eh," panggil Moko kepada Azmira. "Ah, eh, ah, eh, mulu sih kamu Moko. Aku itu punya nama tahu. Masih pagi sudah ngajak ribut aja sih." Azmira langsung memasang muka cemberut Moko yang merasa gemas dengan wajah cemberut Azmira sedikit menahan tawa. Wajah Azmira saat ini sangat mirip dengan beruang kutub yang galak tapi lucu. "Iya, deh Nona Azmira." Moko kembali melotot untuk menggoda Azmira. Azmira sebenarnya sempat merasa kesal dengan Moko yang terkesan sok dekat. Namun, entah mengapa Azmira justru menjadi nyaman dan langsung bisa akrab dengan Moko. Mungkin karena usia mereka yang sepantaran. Moko—pria yang bernama lengkap Triadmoko Suseno—sa
Sepulang kerja, seperti biasa Azmira sudah ditunggu oleh Nugraha, sang malaikat kecil Azmira. "Bunda, hari ini Uga sudah bisa baca loh," ucap bocah berusia 3 tahun itu. "Wah, keren anak Bunda. Coba Bunda mau dengar dek Uga baca." Azmira menyodorkan buku bacaan anak. "Bo la, bola, i tu, itu, mi lik, milik, ka kak, kakak, bola itu milik kakak," eja Nugraha. "Mantap, anak Bunda juara. Diajarin sama siapa dek?" tanya Azmira. "Sama Uti, dek Uga yang minta ajarin." Nugraha menunjuk Ibu Astuti. Azmira pun menghabiskan waktunya bersama Nugraha dan saling bercanda. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 WIB. Sudah waktunya Nugraha untuk tidur. Azmira lantas menidurkan Nugraha di kamar sembari ikut rebahan di sebelahnya. Setelah Nugraha tertidur, Azmira teringat bahwa ia masih menyimpan lipatan keetas yang tadi diberikan oleh Pak Bagas. Segera Azmira membuka lipatan tersebut yang t
Yitno sedari tadi sudah menunggu Azmira di parkiran motor. Ia berencana menyatakan niatnya untuk serius dengan Azmira. Beberapa kali ia mutar-mutar di sekitar motor Azmira. Azmira sebenarnya sudah siap-siap mau pulang namun ia masih menyelesaikan sedikit pekerjaan yang mendesak dan ditunggu oleh Bagas. Lima belas menit kemudian, akhirnya Azmira selesai juga. Ia pun segera bergegas menuju parkiran agar tidak diminta mengerjakan lagi pekerjaan tambahan."Nah, akhirnya keluar juga Bunda," sapa Yitno bahagia."Lho, Om eh Ayah kok belum pulang?" tanya Azmira."Iya, nungguin Bunda dari tadi. Mau ngajak Bunda jalan sekalian ada yang mau Ayah omongin," Yitno sejenak berpikir, "enaknya jalan kemana ya?""Bagaimana kalau kita ke Alun-alun Kota aja, Ayah. Disana suasananya nyaman untuk ngobrol. Nanti kita pilih di Gazebo aja biar bisa sambil duduk." Azmira segera berlalu menuju sepeda motornya."Bun, kita satu motor aja. Nanti motor Bunda ti