Home / Urban / Pelangkah Tanpa Syarat / Tentang Sebuah Nama

Share

Tentang Sebuah Nama

Author: El GeiysyaTin
last update Huling Na-update: 2023-07-13 12:10:25

"Iya, Mbak!" jawab Linda.

"Eum ... Samarchandra itu nama Bapaknya?” tanyaku penasaran.

“Iya, Mbak, nama keluarganya gitulah! Kakek-kakeknya juga punya nama yang sama!”

“Oh!”

“Jadi, Mbak! Kapan bisa pulang, dan kita ke rumah Pak Samad?” Landu bertanya membuatku sontak tertawa.

“Dih, nggak sabar amat, sih? Beneran kalian mau ngadain acara nikah barengan?”

“Ya, nggak apa kalau cocok waktunya, biar Ibuk repotnya sekalian, mereka juga lahirnya barengan!” Ibu menyela pembicaraanku dan Landu.

Deg. Hatiku tiba-tiba berdegup, aku sepertinya benar-benar harus siap. Kata orang kalau di langkahi adik laki-laki nikah duluan, bakalan lama dapet jodohnya.

“Gimana kalau aku juga dapet jodoh barengan, Buk?” Aku berkata setelah berhenti tertawa.

“Loh, ya malah bagus. Ibuk ngunduh mantu sekaligus tiga!”

“Maasyaallah!” gumamku sambil menggelengkan kepala, “Berarti, rezeki Ibuk benar-benar besar, ya?”

“Kata siapa besar, justru berkurang! Soalnya kalian mau jadi milik orang, Ibuk nggak punya hak lagi pada kalian!” Ibuku hampir menangis saat bicara.

“Siapa bilang?” kata Landu, kemudian laki-laki itu meyakinkan ibu, bahwa bila anaknya menikah bukan berarti hilang, seperti kematian. Sebab pernikahan bukan menjadi penghalang seorang anak untuk berbakti pada kedua orang tua. Mereka sudah susah payah mendidik dan membesarkan anak-anaknya.

Aku terharu mendengar penjelasannya itu, dia akan menjadi imam yang baik buat istrinya kelak. Wanita yang dicintainya akan seberuntung ibu yang telah melahirkannya. Aku mendekat dan merangkul bahunya, lalu berbisik di telinganya.

“Jadi, gimana kalau melamar Ismaya bulan depan?"

Adikku itu tersenyum, dan melirik Linda, “Nanti saja, setelah pernikahan Linda!” katanya.

“Kalau kamu lamar Ismaya habis nikahannya Linda, kamu nikahnya tahun depan?” tanya Ibu terlihat kesal. Aku menautkan alis saat menatap perempuan separuh baya itu.

“Ya, nggak lah, Bu, paling bulan depannya lagi, masa menunda lama banget, kalau sudah dilamar, lebih baik nikah secepatnya!” jawab Landu dengan cemberut.

“Jadi, cuma sebulan jaraknya dari Linda? Halah! Kok nanggung amat, bareng saja sekalian!” kata Ibu kemudian.

“Mina! Kamu Minggu depan pulang pas libur kerja, buat lamaran ke rumah Ismaya!” titahnya padaku.

Kenapa aku yang jadi ujung tombak mereka, sih?

“Baik, Buk!” itulah jawaban terbaikku agar tidak menambah masalah.

Ibu membuka bungkusan yang sejak tadi diletakkannya di tengah. Ternyata itu nasi dan lauk pauk, buatan ibu yang selalu enak dilidahku. Walau sederhana, tapi menggugah selera.

Nasi liwet, tumis teri campur kulit melinjo, ikan pindang, tempe bacem dan lalap daun singkong serta sambal.

Aku mengambil nasi yang sudah kumasak di penanak nasi, lalu menyajikannya di antara hidangan.

“Ibu juga bawa nasi, kok! Jangan anggap Ibumu ini bodoh, nggak bawa nasi tapi bawa sayurnya!” kata ibu sambil mengambil nasi dari bekalnya.

Aku diam dan hanya menyediakan piring saja.

“Eh, ini, Mina!” kata ibu lagi, sambil menaruh tumis kulit melinjo, ikan pindang dan tempe bacem ke dalam satu piring, “Kasih buat tetanggamu yang tadi ngasih tomat!”

Aku melihat piring yang penuh. Sepertinya itu terlalu banyak buat Mas Ragil seorang, lagi pula aku tidak tahu apa dia doyan makanan seperti itu? Aku ragu.

“Oh! Ya, Buk!” jawabku pasrah.

“Kasih itu saja, sebagai balasannya, dia sudah baik mau ngasih semua ini buat kamu! Jarang-jarang, ada orang tinggal di kota kayak dia!”

“Ya, Buk!” Aku pun beranjak berdiri, setelah menerima piring itu dari tangannya.

“Yaa, kalo kamu mah, nggak bakalan ngasih apa-apa ... lah, masak saja jarang!”

“Hehe!”

Aku pikir beliau akan melanjutkannya dengan kata-kata makian seperti sebelumnya sebab sudah biasanya begitu. Setiap kali aku telat mikir dan tidak peka, ibu selalu mengataiku bodoh dan semacamnya.

Namun, kali ini tidak. Aku pun menyimpulkan bahwa, beliau mungkin sudah lupa.

Aku ke luar rumah dan mendatangi petakan Mas Ragil, yang pintunya setengah terbuka. Sekilas kulihat di dalamnya tidak banyak barang Hanya ada satu set meja dan kursi malas, dengan desainnya unik dan tidak biasa, terkesan mewah. Bahkan, karpet yang melapisi lantainya pun terlihat berkelas baik dari segi motif dan bahannya.

Ada juga sebuah nakas kecil terbuat dari kaca gelap hingga isi di dalamnya tak terlihat. Benda itu pun tak kalah mewahnya. Ada sepatu kulit yang terlihat jarang dipakai di bawah meja.

“Dengar! Aku tidak mau tahu, bereskan semuanya! Kalau perlu, hubungi orang itu dan katakan kebenarannya!” kudengar sebuah suara Mas Ragil di dalam sana.

“Assalamu’alaikum!” sapaku sambil mengetuk pintu, yang tidak tertutup rapat itu.

“Hmm ... sudah cukup! Aku tahu!” kata Mas Ragil sambil menyembulkan kepalanya di balik pintu, dengan telepon genggam di telinga. Begitu tatapan kami beradu, ia terlihat terkejut dan mematikan panggilan secara tiba-tiba.

Nada bicaranya saat bicara di telepon tadi, sedikit berwibawa, seolah-olah dia sedang bicara dengan bawahannya.

“Eh, Dek Mina! Ada apa, ya?” tanyanya gugup, tapi lembut. Dia segera ke luar dan menutup pintu rumahnya.

Kenapa aku jadi curiga?

“Ini, Mas, ada sedikit makanan, Ibuk yang bawa dari kampung!” kataku seperti baru belajar bicara.

“Oh!” kata Mas Ragil seraya menatap makanan di piring dengan wajah yang ceria dan penuh senyuman di bibirnya.

Saat dia menerima piring, lagi-lagi tangan kami bersentuhan. Sepertinya dia sengaja.

Huh!

“Nanti, ya, saya kembalikan piringnya!”

“Eh, nggak usah dibalikin juga nggak apa, Mas. Itu cuman piring plastik biasa!”

“Beneran, nih, nggak usah dibalikin?” tanyanya sambil mengangkat alisnya.

“Iya, iya! Kalau gitu, saya permisi dulu!”

“Iya, terima kasih ya, Dek Minari Anasya!” katanya dengan ucapan mendayu.

Tiba-tiba aku jadi merinding dibuatnya, sejak kapan ia tahu nama lengkapku? Perasaan aku tidak pernah memperkenalkan diri padanya secara resmi, dengan menyebut nama pemberian ibu dan bapak itu.

Tidak semua anak ibu dan ayah memiliki nama belakang yang sama denganku. Landu dan Linda memiliki nama belakang Wijaya, dari nama bapak saja. Sekali lagi alasannya adalah, karena mereka kembar. Landu tidak mungkin diberi nama belakang Anasya, kan?

Anasya adalah gabungan nama bapak, Ananto Wijaya dan Syanita Harun, ibuku. Jadi, dari mana Mas Ragil tahu? Tuhan, beri aku petunjuk-Mu!

Aku harus tanyakan soal ini pada dua orang yang tahu nama lengkapku. Yaitu Pak RT, atau pemilik kontrakan--Teh Mela--yang rumahnya cukup besar di pertigaan jalan masuk kontrakan.

Katanya, lima jajar kontrakan di sekitarku ini adalah miliknya. Kaya sekali dia.

Setelah aku kembali ke rumah, kulihat ibu dan dua adikku tengah asyik makan dalam diam, karena mereka sibuk dengan telepon genggamnya masing-masing. Ah, benda itu hampir membuatku cemburu, manusia memperlakukannya lebih berharga dari nyawa.

Sementara ibu melakukan panggilan video dengan bapak.

Kulihat wajah bapak yang datar dan masih makan juga dengan menu yang sama di layar kaca.

Aku mengambil makananku dan mulai menikmatinya.

“Gimana, kabarmu, Nduk?” tanya bapak seperti biasa kalau menegurku. cuma aku yang di panggil seperti itu. Sedangkan Linda, mendapatkan panggilan sayang. Maknanya sama saja, tapi anak-anak yang merasa dirinya berbeda. Aku pun merasa menjadi anak kesayangan. Padahal beliau sama sekali tidak pernah membeda-bedakan.

“Alhamdulillah, sehat. Bapak gimana?”

“Eh, Mina!” Bapak tidak menjawabku dan bertanya,, “Mina, coba tanya sama tetanggamu atau orang-orang di sana siapa tahu kenal sama orang yang namanya Ragil Samudra di situ?”

"Siapa, Pak? Ragil Samudra?"

❤️❤️❤️❤️

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pelangkah Tanpa Syarat    Melakukan Perdamaian (TAMAT)

    “Tidak masalah Pak Anan! Saya faham soal ini, jadi jangan sungkan lagi pada kami!” jawab Yusro, semakin membuat lega perasaan semua orang yang ada di sana.“Iya, Mas Anan! Saya juga salah, sudah membuat anak saya tidak tenang di sana! Oh ya! Nak Abid, saya sudah memaafkan kesalahan kamu, kok!” kata Nuria.Akhirnya, semua pihak berdamai, karena tidak ada yang bisa dilakukan selain melupakan. Masa lalu tidak akan terasa menyakitkan jika semua orang bisa mengikhlaskan dan menyadari bahwa sang waktu tidak dalam kendali manusia.Nuria dan Yusro pun akhirnya merelakan, kalau Abid akhirnya dibebaskan. Mereka menyadari bahwa, tidak seharusnya mereka mengungkit kematian Ismawati setelah sekian lama waktu berlalu atas kematiannya. Ada hal yang menyakitkan bagi jasad anaknya kalau proses itu tetap dilakukan. Apalagi mereka memahami selama dua bulan proses penyelidikan itu berjalan, bahwa semua tidak terlepas dari kuasa Tuhan.Setelah proses penjelasan resmi dari pihak kepolisian selesai, sem

  • Pelangkah Tanpa Syarat    Melakukan Otopsi

    POV AUTHORMina memutuskan menginap karena Abid tidak pulang, tidak ada yang tidak tahu, apa yang terjadi karena Linda juga tidak bisa menghubungi suaminya. Ia sering tidak masuk kerja karena kondisinya, tapi ia sudah mendelegasikan pekerjaan kantor pada asistennya. Linda tidak mau meninggalkan karirnya walau keadaan diri dan suaminya seperti sekarang ini. Ia memang diandalkan oleh sang suami karena memiliki kompetensi. Apalagi Abid menyerahkan keputusan soal pekerjaan sepenuhnya pada, sang istri. Jadi, Linda bebas apakah ia tetap bekerja atau akan berhenti.Tanpa sepengetahuan istrinya, Ragil menghubungi seorang pengacara yang pernah ia kenal saat ayahnya masih ada. Semua demi berjaga-jaga kalau Mina membutuhkan pembelaan dari pengacara.Proses di kepolisian terus berjalan selama beberapa hari lamanya, demi penyelidikan yang harus terus di lakukan. Sementara Mina bergantian menjaga Linda dengan ibunya. Ia memilih menghindar kalau ibunya datang. Mereka melakukan giliran itu karen

  • Pelangkah Tanpa Syarat    Melakukan Sesuatu Untuk Linda

    “Jadi, Mas benaran mau nganterin aku ke mana pun aku mau?” aku bertanya sambil menutup dompetku kembali. Aku putuskan untuk membeli sesuatu nanti saja setelah melihat keadaan Linda dan membeli apa kiranya yang ia butuhkan.“Siap!” katanya seraya melakukan gerakan hormat. Kelihatan ya, kalau pengangguran sejati, pekerjaannya Cuma nganterin istri. Jadi, pasti dia mau nganterin aku untuk membeli kebutuhan Linda nanti.Sesampainya di rumah Linda, aku dibuat terkejut dengan keadaannya. Suasana sepi dan pintunya tidak dalam keadaan terkunci. Semua ruangan berantakan seperti baru saja ada peperangan. Aku menemukannya sesuai lokasi yang dibagikannya.Aku memberanikan diri masuk ke dalam sebuah ruangan yang aku pikir itu kamar Linda. Ternyata benar, adikku itu meringkuk di kamar.“Linda ...!” panggilku lembut. Aku baru saja hendak menyentuh tubuhnya saat tiba-tiba telepon dalam tas ku berbunyi nyaring. Aku berniat mematikannya agar tidak menggangu Linda. Namun, setelah kulihat nama

  • Pelangkah Tanpa Syarat    Pengangguran Sejati

    Keesokan harinya, setelah sarapan, Teh Mela berpesan padaku agar tetap merahasiakan semuanya dan biarlah tetap berjalan seperti biasa.“Kenapa?” tanyaku, sebab jelas aku ingin mengatakan semuanya dengan segera, tapi justru dilarang.“Biar mereka nggak memanfaatkan kebaikan kita atau meminta agar sewanya diskon sama Ragil! Soalnya Ragil itu baiknya nggak ketulungan, bisa-bisa nanti semua orang minta potongan!”Alasan Teh Mela memang benar adanya, tapi selain itu, kalau bayaran sewanya kurang, maka dialah yang akan dapat akibatnya karena jatahnya berkurang.Aku bisa memakluminya, sebab Teh Mela memang bisa dikatakan sangat tergantung pada adik laki-lakinya. “Anakku ada tiga, di pesantren semua dan jauh, kalau saya nggak bantu suami membiayai mereka, kasihan juga, Mbak Mina tahu, kan, biaya anak pesantren berkualitas jaman sekarang berapa?”“Iya, Teh, biaya tahunannya itu yang memberatkan biasanya!” “Nah iya, kalau bukan suami saya yang dulu menghabiskan warisan ayah, mungkin sa

  • Pelangkah Tanpa Syarat    Siapa Dia Yang Sebenarnya

    Mas Ragil pun kembali bercerita. Atas desakan sang ayah, akhirnya ia pun mau membeli mobil itu. Di kemudian hari ia baru tahu bahwa, itu mobil bekas dan sang ayah memintanya membeli karena pemiliknya sedang kekurangan uang.Dari cerita itu aku berpikir jangan-jangan rumah yang di tempati teh Mela juga miliknya.Jawaban dari dugaanku itu segera terjawab. Dan, ternyata benar, bahwa rumah besar yang sering dimasuki Mas Ragil—aku melihatnya sendiri keluar masuk ke rumah itu, adalah rumahnya. Bukan rumah Teh Mela.Saat aku sampai di kota, hari sudah malam dan tidak mungkin berkunjung ke rumah Linda. Sementara di kontrakan tidak ada garasi mobil, hingga Mas Ragil menyimpan mobil itu di garasinya.“Mas! Parkir mobil di sini! Tadi bilangnya nggak mau gangguin Linda, eh! Di sini ganggu Teh Mela!”“Nggak apa, dia sudah biasa!” jawab Mas Ragil, sambil melepas sabuk pengamannya. Aku mengikutinya dan turun, Mas Ragil membuka gerbang dan aku masuk untuk mengetuk pintu rumah, dengan niat me

  • Pelangkah Tanpa Syarat    Sekarang Mulai Tahu

    “Memangnya, Abid kenapa, Bu?” tanyaku pada Ibu, seraya mendengar lebih serius di telepon.“Bagus kamu ya, langsung bisa tahu kalau Ibuk mau bicara soal Abid!” jawab ibu.Ibu Aku bisa menebak, sebab adik ipar yang bermasalah denganku ya, Abid. Tidak mungkin kalau Ismaya, kan? Kalau soal Landu, adikku itu mengirim kabar beberapa hari yang lalu. Adikku dan istrinya akan menetap di kota dan untuk sementara waktu tidak akan mengunjungi mertuanya. Entah kapan ia bisa bersikap kembali seperti biasa, setelah mengetahui masa lalu mertuanya.Walaupun, apa yang terjadi sama sekali tidak ada kaitannya dengan Ismaya atau pun Landu, tapi, sikap menghindar dari kedua orang tua itu perlu. Apalagi, hanya untuk sementara waktu. Selain demi menata hati, juga demi kebaikan semuanya. Bayangkan saja kalau bertemu sementara hati belum memaafkan kesalahan masa lalu. Bisa jadi mereka akan terus membicarakan kekecewaan itu.Bagaimana Ismaya tidak kecewa kalau setelah mengetahui Ismawati tiada, ayahnya ju

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status