"Mas, tolong carikan saya kamera yang bagus dan juga canggih. Kalau bisa, ukurannya yang sangat mini agar tak kelihatan saat dipasang," kataku. Aku merasa bingung, sebab gambar kamera cctv dalam majalah itu terlalu banyak. Aku yang minim pengetahuan tentang kamera cctv merasa bingung."Bagaimana kalau yang ini, Mbak?" tanya Sang karyawan sambil menunjukkan gambar kamera dengan ukuran kecil.Karyawan itu menjelaskan padaku kegunaan serta kecanggihan kamera cctv yang ia tunjukkan padaku. Selain tanpa kabel, camera cctv itu juga berukuran mini. Bisa mendeteksi suara juga terlihat terang meskipun dipasang di tempat gelap. Selain itu, camera cctv itu juga bisa terhubung di ponsel. Meskipun aku tak berada di rumah, aku bisa memantau keadaan rumah melalui ponselku. Setelah deal dengan harganya, aku langsung membayar total harga dan juga biaya pemasangannya."Mbak, ini nota pembayarannya. Kira-kira, kapan kami bisa datang untuk memasang kamera cctv di rumah Mbak Alma?" tanya karyawan itu."Na
POV WijayaAku memandang tak percaya melihat kecantikan mantan istri buruk rupaku yang kini tampil sangat cantik bagai seorang putri. Kulit putih, wajah glowing, rambut panjang lurus dan tubuh langsing bak seorang model. Aku benar-benar tak menyangka, mantan istri yang sempat aku sia-siakan itu kini telah berubah drastis.Aku tercengang ketika Alma bicara bahwa ia akan tinggal di depan rumahku. Entahlah, ini seperti sebuah keajaiban, atau mungkin malah sebuah keberuntungan untukku. Jika memang ia akan tinggal di depan rumahku, itu adalah kesempatan yang bagus untukku. Dengan begitu, aku bisa berusaha mendekatinya. Tak akan aku sia-siakan kesempatan emas ini. Apalagi, melihat penampilan Alma yang begitu cantik luar biasa.Aku masih ingat jelas, bagaimana penampilan Alma ketika masih menjadi istriku dulu. Wajah kusam, kulit kering dan badan seperti gajah bengkak. Sungguh tak sedap dipandang oleh mata. Melihatnya saja, aku malas. Itulah mengapa akhirnya aku memutuskan untuk selingkuh den
Aku bisa mendengar hembusan nafas Lastri yang terdengar memburu ketika mengusap dada bidangku dengan lembut. Hembusan nafas Lastri yang mengenai leherku membuat gairah tak bisa lagi aku bendung. Sebagai pria normal, akhirnya aku menyerah juga. Hingga terjadilah pertempuran panas di malam yang dingin ini. Aku dan Lastri menumpahkan segala hasrat yang cukup lama terpendam. Sebab akhir-akhir ini, kami jarang sekali melakukan hubungan intim. Mungkin karena seringnya kami cek-cok membuat kami tak tertarik untuk melakukannya.Lastri tiba-tiba mendorong tubuhku dengan kasar ketika kami sedang sama-sama dalam puncak kenikmatan. Melepaskan pergulatan panas yang baru saja terjadi di antara kami. Aku yang masih menikmati permainan panas kami merasa cukup kecewa dengan ulah Lastri yang menyudahi permainan kami secara sepihak. Wajah Lastri tiba-tiba berubah terlihat merah padam. Seolah ia sedang benar-benar sangat marah padaku. Entah setan apa yang merasukinya saat ini."Kamu kenapa sih, Las?" ta
Aku terngiang-ngiang dengan ucapan yang disampaikan Lastri padaku tadi tentang Alma. Apa mungkin, yang diucapkan Lastri tentang Alma benar? Tapi sepertinya, tak ada tanda-tanda Alma ingin balas dendam padaku. Alma juga bersikap baik dan tak menunjukkan kebenciannya padaku. Itu artinya, Alma telah melupakan semua kejadian dimasa lalu. Pun sikap Alma pada Ibu dan Kakakku Rosi yang terlihat baik. Tak kulihat ada dendam ataupun kebencian di mata Alma pada kami.Lastri terlalu berlebihan dan mengada-ada. Aku yakin, ia hanya cemburu karena aku kembali jatuh cinta pada Alma. Tentu saja, wanita mana yang tak cemburu apabila suaminya menyukai wanita lain? Lagi pula, aku sudah bosan hidup dengan Lastri. Karena di hatiku saat ini hanya ada Alma seorang. Bagaimanapun caranya, aku harus bisa mendapatkan hati Alma kembali.******"Mas, aku minta uang," kata Lastri pagi ini ketika aku baru selesai berganti pakaian. Aku pikir, Lastri masih marah padaku karena kejadian semalam. Sebab biasanya, setel
Aku sangat senang ketika Alma bilang padaku akan memikirkan tentang tawaran untuk kembali menikah denganku. Ini adalah kesempatan yang sangat bagus dan tak akan aku sia-siakan. Itu artinya, aku masih memiliki harapan besar untuk bisa kembali pada Alma. Aku begitu senang hingga reflek langsung mencium punggung tangan Alma. Tetapi justru ia malah marah padaku.Kukeluarkan sebuah jurus andalan untuk meluluhkan hati wanita. Kukirim sejumlah uang dengan nominal cukup besar agar Alma tak marah lagi padaku. Dan tentu saja, jurusku berhasil meluluhkan hati Alma. Mata Alma terlihat berbinar ketika melihat nominal uang yang aku kirimkan padanya.Aku juga mengajak Alma untuk menemaniku siang nanti untuk berbelanja di mall. Alma langsung mengiyakan ajakanku. Begitulah wanita, jika sudah diberi banyak uang pasti tak akan bisa menolak. Tetapi tak masalah, sebab aku ikhlas memberikan apapun untuk Alma. Tentu saja dengan tujuan agar Alma mau kembali lagi padaku."Pak Wijaya, ada orang tuh di luar mau
Aku termenung memandang layar ponsel yang menampilkan sisa saldo tabunganku yang hampir habis. Bahkan untuk membayar nota tagihan Ko Apong pun, nominalnya tak cukup. Sebab hari ini, aku sudah menghabiskan uangku untuk berbelanja dengan Alma. Mungkin, aku harus mengambil uang dari toko untuk membayar nota tagihan Ko Apong.Ko Apong termasuk orang China yang pelit dan sangat perhitungan. Selain itu, ia juga sangat cerewet. Aku malas berdebat dengannya apabila belum membayar nota tagihan. Tak apalah, aku mengorbankan uang toko. Setiap hari juga, uang toko milikku selalu bertambah karena untung yang aku dapatkan lumayan besar. Dengan begitu, aku bisa menutup uang yang aku pakai. Setelah melunasi nota tagihan Ko Apong, aku memutuskan untuk pindah agen pada Pak Wisnu. Lebih baik, aku berlangganan pada Pak Wisnu saja yang bisa memberikan harga cukup murah. Mungkin sore ini, Pak Wisnu sudah mengirimkan barang yang aku pesan siang tadi. Sebab, sepulang dari mall tadi aku langsung memutuskan u
POV AlmaAku membaringkan tubuhku di atas tempat tidur malam ini. Membayangkan pertemuan manisku dengan Mas Rama sore tadi. Aku tak menyangka, setelah sekian lama tak bertemu, takdir membawaku untuk bertemu lagi dengannya. Entahlah, ada perasaan bahagia ketika bertemu dengan Mas Rama. Bahkan, ada getaran aneh di dalam hati ketika berbicara dengannya.Aku masih ingat tatapan Mas Rama yang masih sama seperti dulu ketika kami masih bersama. Tetapi, aku tak boleh berharap terlalu besar. Tak mungkin juga Mas Rama masih menyukaiku. Apalagi, dengan gelar seorang janda sepertiku. Aku cukup sadar diri dengan posisiku saat ini.Mas Rama adalah pria yang baik dan juga santun. Sikap sopan dan santunnya masih terlihat hingga kini. Ia juga tipe pria yang sangat menghormati wanita. Selain itu, ia juga termasuk siswa berprestasi saat di sekolah dulu. Itulah mengapa ia bisa menjadi pengusaha yang sukses. Mas Rama sempat bercerita, bahwa selain membuka toko cctv, Mas Rama juga memiliki sebuah restoran
"Bu Alma, saya mau izin keluar sebentar boleh gak?" tanya Nana ketika kami sedang sarapan bersama. Aku yang sedang menikmati makanan seketika menoleh ke arah Nana."Mau kemana, Na? Apa kamu mau pulang?" tanyaku bingung. Aku sedikit merasa khawatir jika Nana ingin pulang ke rumahnya. Takut jika Ayah tirinya kembali mencoba berbuat yang tidak-tidak pada Nana."Enggak, Bu. Saya mau bertemu teman. Setelah lulus sekolah, kami belum pernah bertemu," jawab Nana."Oh, boleh saja, Na. Dimana rumahnya? Apa perlu saya antar?""Enggak perlu, Bu. Biar saya naik angkot saja. Rumahnya di Jalan Anggrek, Bu. Dekat terminal.""Oh ya sudah. Kamu kira-kira mau pulang jam berapa, Na?""Mungkin sebelum jam tiga sore saya udah di rumah kok, Bu. Semua pekerjaan rumah udah saya bereskan. Boleh kan, Bu?""Iya, Na. Boleh kok.""Terima kasih, Bu Alma," ucap Nana tersenyum. Seolah ia sangat senang mendapatkan izin dariku.Aku sebenarnya agak khawatir jika Nana harus pergi keluar rumah sendirian. Apalagi, aku tel