"Ingat Seina, sebelum kamu mengambil keputusan tentang perceraian itu kamu sudah harus siap dengan segala konsekuensinya Sein" perkataan Ibu memang ada benarnya juga."iya Bu. Aku telah siap secara fisik maupun mental untuk menghadapi perceraian ini Bu, tapi sebelum itu ada yang harus aku lakukan terhadap mereka berdua terlebih dahulu""Baiklah Seina, jika itu sudah menjadi keputusanmu maka Ibu tidak bisa membantahnya lagi. Hanya kamu yang bisa menentukan mana yang terbaik untuk kamu jalankan. Dan satu lagi kelak jika janin yang kamu kandung lahir dia akan dicap sebagai anak yang tidak mempunyai ayah Sein." Ibu menangis tersedu memikirkan tentang calon anakku yang harus mengalami nasib se malang ini."Ibu...sudah lah Bu. Jangan menangis lagi. Kalau Ibu saja yang seharusnya bisa memberi motivasi kepada ku selemah ini, bagaimana nasibku yang harus kuat dan juga tegar Bu. Aku sudah berpikir keras selama tiga hari ini Bu. Mungkin ini adalah solusi terbaik untukku. Aku tidak mau hidup dan
"Mas, kamu mau makan nggak sama aku?" tanyaku memecah keheningan antara aku dan mas Dimas."Nggak Sein. Ma tadi sudah makan dirumah Cell.. mmm.... maksud mas sudah makan di restoran tadi" sepetinya mas Dimas hampir saja mau menyebut nama Celine dihadapan ku. Aku sangat mengerti maksud perkataan kamu mas, namun aku sekali lagi berusaha untuk pura-pura tidak mengetahui semua kebusukanmu itu."Cell? apa maksud kamu dengan Cell itu mas?" tanyaku berpura-pura."Bukan. Bukan apa-apa kok sayang. Ya udah kamu mas temenenin makan ya" kali ini mas Dimas mencoba bersikap manis kepadaku agar aku tidak terus-terusan menanyainya.'Oke mas Dimas. Kamu mainkan dramamu, aku juga akan memainkan rencanaku'.***Hari sudah menunjukkan tengah malam sekarang. Aku memulai rencanaku."Mas, Dimas. sayang." Aku merayu mas Dimas sekarang."Tolong kamu tanda tangan disini mas. Aku butuh tanda tangan kamu untuk keperluan berobatku" kulihat mata mas Dimas setengah terbuka dan setengah terpejam."Apa Seina. Besok p
"Rumah siapa ini? kenapa mobil mas Dimas berhenti disini?apakah ini adalah rumahnya Celine? hatiku mulai gelisah membayangkan kala mas Dimas suamiku telah menggagahi mantan sekretarisnya itu. Dalam hati ada ketidak relaan badan suamiku juga disentuh oleh wanita selain aku. Mungkin mudah mengatakan bahwa aku akan melupakannya dan membalas dendam, namun tidak bisa dipungkiri setiap yang namanya pengkhianatan itu tidak ada yang tidak menyakitkan."Mbak Seina. Sepertinya ini memang rumahnya mbak Celine." perkataan Lusi menyadarkanku betapa bodohnya aku yang masih berharap hubunganku dengan mas Dimas baik-baik saja."Itu mbak, kamu lihat mbak Celinenya keluar bukain pintu mbak" mataku sekarang nanar melihat kelakuan bejat suamiku dan juga mantan sahabatku.Bahkan Celine sekarang sudah hamil tua, bisa-bisanya mereka tetap bernaf** untuk melakukan hubungan bad*n. Bahkan mas Dimas baru saja sampai didepan pintunya Celine, Celine lansung mengganas ibarat harimau yang sedang kelaparan dan juga
"Halo pak Danu Sutarjo" aku menelevon seorang pengacara yang akan mengurus perceraianku dengan mas Dimas."Iya mbak Seina. Jadi bagaimana dengan keputusannya mbak?" ujar pengacara kondang itu."Segera urus berkasnya ke pengadilan pak. Dan juga tentang pengalihan semua aset ma sDimas kemaren harus segera bapak selesaikan. Saya ingin mas Dimas juga merasakan sakitnya apa yang saya rasakan sekarang ini pak.""Baik mbak. Pokoknya mbak Seina tenang saja. semuanya akan saya lakukan sesuai dengan keinginannya mbak Seina""Kalau begitu terima kasih pak Danu." aku segera mematikan televon itu dan mengumpulkan semua pakaianku dari dalam lemari."Lusi, kamu bantuin mbak memasukkkannnya ke dalam tas Lusi. Mbak harus segera pergi dari rumah ini sebelum mas Dimas datang dan menghalangi semua rencana mbak. Mas Dimas akan membujuk mbak, karena dia tahu mbak begitu lemah apabila ia telah memainkan rayuannya.""siap Mbak. Mbak tenang aja mbak." Lusi begitu telaten dan sangat cepat memasukkan semua paka
"Permisi Pak Dimas, ini ada surat dari panggilan dari pengadilan Pak." sektretaris Dimas meletakkan sebuah pucuk surat dari pengadilan atas namanya itu. Kepala Dimas mendongak mendengar penuturan sekretarisnya itu. "Ternyata Seina begitu menginginkan perceraian itu terjadi." Dimas meremas surat itu dengan kuat."Kalau begitu saya permisi dulu Pak Dimas." Ririn segera keluar dari ruangan Dimas karena ketakutan melihat ekpresi Dimas tadi.Tiba-tiba handphone Dimas berdering dan itu adalah televon dari pengacaranya Seina sekarang.[Halo, ini dengan siapa ya] ujar Dimas karena nomor yang masuk adalah nomor baru dalam handphonenya.[Halo pak Dimas, perkenalkan saya Danu Sutarjo pak.] ujar Danu memperkenalkan dirinya.[Oh ya, ada perlu apa ya pak?] Dimas heran.[Saya adalah pengacara yang akan mendampingi mbak Seina selama sidang perceraian nanti pak Dimas, sidangnya akan dilaksanakan Senin depan. Jadi kalau bapak ingin menghubungi mbak Seina harus melalui saya dulu selaku pengacaranya. Ka
"Gimana pak Danu dengan proses perceraian saya dengan mas Dimas?" tanyaku lewat televon kepada pak Danu selaku pengacaraku dalam sidang perceraian ku dengan mas Dimas.Mas Dimas, rasanya sudah sangat malas untuk melihat wajahnya, bahkan menyebut namanya saja sudah membuat ku jijik dan muak.[Senin depan sidang mediasi mbak Seina. Mbak Seina tenang saja mbak. Semua sudah saya tangani sesuai dengan keinginan mbak Seina. bukti yang mbak Seina berikan kemaren sudah sangat kuat untuk menggugat Dimas] ujar Danu dengan penuh keyakinan. Danu memang terbilang pengacara hebat bahkan hampir tidak pernah kalah dalam menangani sidang kliennya."Bagus kalau gitu pak. Lalu bagaimana dengan pelimpahan aset mas Dimas atas nama saya pak" aku ingin menghukum mas Dimas dengan cara ini agar mas Dimas setidaknya merasakan apa yang aku rasakan.[Kalau soal itu mbak Seina tidak perlu khawatir lagi. Bukti pelimpahan hak atas harta mas Dimas sudah saya pegang. Begitu selesai sidang putusan perceraian antara mb
"Dasar anak bodoh kamu Dimas, mudah sekali diperdaya oleh perempuan" Siska melempar koran ke arah Dimas disertai umpatan juga cacian."Bukannya begitu ma , saya sama sekali tidak pernah menyetujui semua harta saya diserahkan kepada Seina"ujar Dimas sambil meyakinkan Siska mamanya Dimas."Lalu apa sekarang Dimas? saham perusahaan kita sebanyak 30 persen sudah jatuh ke tangan perempuan ular itu. Lalu apa lagi yang ia rampok dari kamu. Mobil, rumah bahkan tanah di Kemayoran sudah atas nama Seina sekarang. Kamu benar-benar bodoh jadi laki-laki. Untung aja nyawa kamu nggak atas nama dia" lagi-lagi Siska mencerca Dimas. Dimas semakin gusar dengan kenyataan yang diterimanya sekarang.Setelah satu bulan berlalu sejak Seina melayangkan gugatan cerai terhadap Dimas keduanya telah menjalani sidang putusan dan telah resmi bercerai secara hukum dan negara.Sesuai rencana Seina sejak awal, setelah sidang putusan perceraian itu Seina juga meminta Danu selaku pengacaranya mengambil semua harta Dimas
"Ya pak Danu" aku menjawab televon dari pak Danu selaku pengacara yang mewakili disetiap sidang perceraianku dengan mas Dimas.[Selamat mbak Seina, mbak Seina dan juga pak Dimas telah resmi bercerai]aku menyunggingkan senyum mendengar perkataan pengacara itu, entah aku harus sedih atau apa sekarang. "Terima kasih sudah banyak membantu saya pak. Kalau gitu apa kita bisa bertemu pak untuk membicarakan tentang kelanjutan peralihan hak waris itu pak?" aku sangat berharap semua rencana ku akan berjalan sesuai dengan keinginanku.[Tentu mbak Seina, saya akan ke Sentul siang ini] "Sekali lagi saya ucapkan terima kasih pak Danu telah bekerja keras untuk saya"[Sama-sama mbak Seina] aku menutup televon itu.Aku tidak salah memilih pak Danu menjadi pengacaraku. Meski aku harus membayar mahal untuk kerja kerasnya, tetapi itu tidak sebanding dengan apa yang akan aku dapatkan setelahnya.***Pagi berganti siang. Sesuai janji pak Danu ia akan menemuiku ke rumah nenekku yang ada di Sentul. Selama s