Share

bab 4. Pertemuan pertama

"Selamat siang buk, apa pak Dimas Adityanya ada?, apa saya bisa bertemu dengan pak Dimas Aditya?".

Seina bertanya kepada Dinda staf resepsionis di perusahaan milik Dimas.

"Tunggu sebentar ya buk, dengan ibu siapa namanya?"

"Saya Seina Amora manager dari supermarket Chunky Mart".

Seina menunjukkan kokarde tanda manager supermarket Chunky Mart kepada resepsionis itu.

"Tunggu sebentar dulu ya mbak Seina saya telepon pak Dimas dulu".

"Selamat siang pak Dimas, ada manager dari Chunky Mart ingin bertemu dengan bapak, apa boleh dipersilahkan masuk?".

"Ya silahkan sudah saya tunggu dari tadi".

Seina tidak dapat mendengar percakapan mereka dengan jelas, ia hanya terpaku beberapa saat.

"Mbak Seina?"

"Eh iya?" perkataan Dinda menghentikan lamunan Seina.

"Kata pak Dimas anda sudah boleh masuk karena sudah ditunggu sejak tadi".

Dinda mempersilahkan Seina masuk kedalam ruang Dimas.

"Ya, terima kasih". Seina berlalu pergi menuju keruangan Direktur utama perusahan Bright Group.

perusahaan 'Bright group' bergerak dibidang produsen berbagai jenis makanan dan minuman masa kini yang digemari banyak generasi muda. makanan dan minuman itu kemudian didistribusikan ke supermarket-supermarket dengan melakukan kongsi dagang sebelumnya.

"Selamat siang" Seina mengetuk pintu bos utama Bright Group yakni ruangan Dimas.

"Celine tolong bukain pintu tamu saya sudah datang".

Dimas berdiri sambil merapikan pakaiannya untuk menyambut tamu yang datang yang akan diajak untuk bekerja sama.

Celine Diandra sekretaris Dimas yang sejak lama sudah menaruh hati kepada Dimas namun selalu diabaikan oleh Dimas.

Celine segera membuka pintu ruangan dan menyambut tamu yang datang.

Begitu pintu dibuka Seina sangat bahagia ketika yang membuka adalah Celine karena ia akhirnya bisa bertemu dengan sahabat akrabnya ketika masih kuliah dulu yang sudah tidak bertemu dua tahun belakangan.

"Celine, kamu kerja disini?"

Seina begitu bahagia akhirnya bisa bertemu dengan sahabat lamanya itu.

"Iya Sein, gue kerja disini, lo apa kabar?"

Celine memegangi tangan Seina raut bahagia terpancar diwajah keduanya.

"Oh iya, silahkan masuk pak Dimas sudah nungguin dari tadi".

"Pak ini Seina, tamu yang bapak tunggu sedari tadi".

Dimas membalikkan badannya dan tatapannya tertuju kepada Seina. Dimas tak mengedipkan matanya untuk beberapa detik.

"Saya Seina Amora pak, manager dari Chunky Mart".

Seina menjulurkan tangan kanannya kehadapan Dimas Aditya.

Jeda lima detik Dimas tak juga menjawab perkenalan dari Seina.

Dimas begitu terkagum dengan kecantikan natural Seina meski dengan polesan tipis dipipi serta gincu pink yang melingkar di bibir manisnya.

"Pak"

Seina kembali memanggil Dimas berharap kali ini Dimas akan memberi respon padanya.

"inikah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama" kata Dimas dalam hati.

Dimas merasakan getaran-getaran asmara dari dalam bajunya. sesuatu yang berdetak kencang yang tak bisa ia kendalikan namun apakah Seina merasakan hal yang sama?.

Sesosok pria dihadapan Seina sekarang adalah pewaris dari perusahaan besar Bright Group. Tatapan mata penuh rendah diri Seina membuat Seina terlihat gugup ketika ditatap nanar oleh Dimas.

Benih cinta itu mungkin belum muncul, Namun cinta datang karena terbiasa.

"Ya saya Dimas Aditya Direktur utama perusahaan ini."

Dimas menjabat tangan Seina yang penuh keraguan dimatanya.

Rasa tidak pantas mulai muncul ketika bibit cinta itu mulai tumbuh hanya dengan sekali pertemuan.

Seina membuang rasa tertarik itu jauh-jauh kedalam relung hatinya yang paling dalam yang sangat sulit untuk diselami.

Celine yang melihat tatapan penuh arti Dimas kepada sahabat lamanya itu menyimpan kebencian yang cukup berarti.

Celine yang sudah sejak lama menaruh hati kepada Dimas tidak rela jika dambaannya itu akan segera direbut oleh orang lain. Apalagi orang itu hanya sekelas Seina. Gadis yang ia manfaatkan kepintarannya hanya untuk kelulusan dari Universitas ternama itu.

Seina sama sekali tidak pernah menyadari bahwa persahabatan yang ia jalin dengan Celine hanyalah sebuah modus Celine.

Seina dikenal lugu ketika masih kuliah dulu sehingga ia digelari kutu buku yang kerjaannya hanya kuliah dan ke pustaka. cewek-cewek gaul sekelas Celine sangat malu jika harus berteman dengan orang kuper seperti Seina.

dengan mulut manis Celine ia mampu memperdaya Seina mau menjadi sahabat akrabnya sehingga mau mengerjakan apa saja tugas-tugas dari kampus.

"Celine, tolong ambilkan dua minuman segar"

Perkataan Dimas menghentikan tatapan Celine kepada Seina.

"Baik mas".

****

Celine meninggalkan ruangan itu menuju keruang pantry. Disana ada Dino yang sedang sibuk menscrool gawai miliknya.

"Dino, buatin dua jus mangga!"

Celine sedikit berteriak sehingga mengagetkan Dino yang tengah fokus kepada benda persegi itu.

"Ya ampun, mbak Celine, ngangetin mas Dino tersayang aja, bisa kali sekali-kali manggilnya dengan nada mesra gitu?"

"Nggak bisa, nggak bakalan pernah. Udahlah mas Dino bangun jangan mimpi mulu".

"Ini juga udah bangun kok neng, neng nggak liat nich mata mas Dino jelalatan gini apalagi kalau lagi ngeliatin kecantikannya neng Celine, nambah gede aja nich bola matanya mas Dino".

Mas Dino tertawa cengengesan kepada Celine berharap Celine akan sedikit jatuh hati kepadanya.

Namun nyatanya, jangankan jatuh hati melirik saja tidak. Sungguh cinta satu pihak yang sangat menyedihkan.

Celine hanya melihat Dino sebagai bawahan yang tak ada harga dirinya sama sekali berani menggoda atasan dengan cara tidak pantas. Celine yang cantik dan juga seksi tak mungkin bisa jatuh hati hanya kepada seorang office boy. level Celine jauh diatas itu yakni pak Dimas sang direktur perusahaan besar.

Celine selalu memimpikan kala ia akan bersanding dengan Dimas. mengenakan gaun serba mewah serta tamu undangan dari kaum elit. Semua memberi selamat kepada Celine dan Dimas.

Setelah itu semua harta kekayaan Dimas akan ia kuasai dengan apapun caranya.

"Udah selesai bercandanya mas Dino, buruan buatin pesenan gue mas, mas Dino mau aku laporin ke pak Dimas kalau kerja mas udah nggak becus lagi?'

"Ja-jangan neng, baik neng mas Dino buatin sekarang nih".

Dino bergegas pergi membuatkan minuman kesukaan pak Dimas Aditya.

Bukan tanpa alasan Celine mengetahui setiap detail kesukaan bos kesayangannya itu. Dengan berbagai macam cara ia lakukan untuk mencari tahu hal apa saja yang disukai dan yang tidak disukai oleh Dimas. apalagi hanya soal minuman kesukaan itu merupakan hal yang mudah baginya.

Celine dengan sengaja mendekati Zein Pratama, teman akrab Dimas sejak keduanya masih SMP.

Celine tak segan-segan mengelontorkan sejumlah uang dalam jumlah yang cukup besar nominalnya bahkan sesekali merelakan tubuh seksinya demi bayaran kepada Zein.

Zein yang menyukai Celine begitu menikmati setiap permainan yang dibuat Celine. apapun yang bisa membuat Celine merasa bahagia akan Zein lakukan.

Namun lain halnya dengan Celine yang menganggap Zein hanya sebagai batu loncatan untuk ia semakin dekat dengan misi utamanya menjadi nyonya Dimas Aditya.

Zein yang tidak mengetahui maksud dari Celine masih saja mau diperdaya oleh rayuan manis bibir Celine.

"Nich mbak Celine minumannya sudah selesai"

Dino menyodorkan sebuah nampan berisi dua gelas jus mangga.

"Ya"

Celine berlalu pergi hanya dengan mengucapkan satu kata cuek bebek tanpa terima kasih sama sekali kepada Dino.

Dino yang sering diperlakukan kasar seperti itu sama sekali tidak merasa kesal ataupun marah sedikitpun kepada Dino.

ibarat kata kalau cinta sudah melanda bikin kita buta dan lupa segalanya. Begitulah dengan keadaan Dino sekarang.

~~••~~

Didalam ruangan direktur utama terdapat dua insan yang belum saling mengenal satu sama lain tapi masih terpendam hasrat yang sama yakni ingin memiliki satu sama lain.

Seseorang yang lain harus mengubur impiannya karena berbeda kasta. Namun satu pihak berkata lain. ketika dua orang saling jatuh cinta, maka semua perbedaan akan bisa disatukan apapun keadaannya.

Seina yang masih gerogi ditatap oleh bos besar perusahaan membuatnya sedikit gugup dalam penyampaian perjanjian kerja sama perusahaan Dimas dan supermarket tempat Seina bekerja.

saking geroginya Seina sampai menjatuhkan bolpoint miliknya dekat kaki Dimas.

Dimas yang melihat bolpoint itu jatuh dekat kakinya juga spontan untuk mengambilkannya untuk Seina.

Tanpa diduga Seina juga menunduk untuk mengambilnya dan akhirnya kepala mereka berdua beradu tidak terlalu kuat namun juga menimbulkan rasa sakit kepada keduanya.

"Ma-af mas, nggak sengaja"

Seina tergagap berbicara dengan lelaki gentlement dihadapannya .

"Ya, nggak apa-apa kok, lagian ini salah saya juga nggak hati-hati tadi jadinya kebentur kepala kamu, kamu nggak sakitkan?"

Tangan Dimas mengusap-usap rambut Seina berharap Seina tidak merasa kesakitan akibat benturan yang diakibatkan Dimas tadi.

Celine yang sudah sampai didepan pintu harus rela menyaksikan pemandangan yang sangat dibenci oleh Celine. Celine segera mendekati keduanya sambil mengeluarkan sedikit suara.

"Eheem, mas ini jus mangga kesukaan kamu"

Celine mengulurkan kehadapan Dimas segelas minuman dingin kesukaan Dimas dan juga menaroh asal kedepan Seina.

Seina yang tidak mengetahui kemarahan Celine masih saja berterima kasih dengan lembut kepada Celine.

"Makasih bestie" ucap Seina kepada Celine.

"Ya sama bestie" jawab Celine dengan kecuekannya.

Jika saja berbicara dengan Dimas, tentulah Celine akan menjawab dengan mimik yang berbeda.

"Ini minuman favorit saya Lo Celine, dari mana kamu tahu ya?", Dimas merasa keheranan.

"Hhmm, asal saja tadi mas mana tahu mas suka, ternyata memang suka beneran".

Celine berpura-pura seolah itu hanyalah sebuah kebetulan saja, padahal ini salah satu intrik Celine untuk mendapat perhatian dari Dimas.

"Gimana Sein, kamu suka juga nggak?"

"Saya juga suka mas, ini minuman favorit saya juga".

"Wah, suatu kebetulan yang menarik yah"

Seina hanya membalas ucapan Dimas dengan senyuman khas ginsulnya.

Seina kemudian melanjutkan tentang kontrak kerja sama antara supermarket dan perusahaan milik Dimas.

Kontrak kerjasama keduanya lansung disepakati Dimas dengan adanya ketertarikan pribadi Dimas kepada Seina dan juga karena presentasi Seina yang menarik menurut Dimas.

Sebelum Seina pamit pulang, Dimas menyempatkan diri meminta nomor WA Seina dengan modus agar memudahkan kerjasama kedepannya.

Seina yang polos lansung saja memberikannya kepada Dimas. Lagian wanita mana yang mampu menolak pesona Dimas Aditya, pria mapan dan jugaCrazy Rich. Malahan sepertinya dia yang duluan memperlihatkan ketertarikannya.

Sungguh wanita mana yang tidak akan klepek-klepek kepadanya?.

~~~~•••~~~~

bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status