Bagi Dahlia perselingkuhan itu sudah biasa. Bukan karena dia suka berselingkuh tetapi karena dia sudah sering merasakan diselingkuhi. Saking seringnya sang suami berselingkuh membuat hati Dahlia menjadi kebal. Dahlia tidak akan menangis atau melabrak selingkuhan suaminya. Dia hanya akan diam pura-pura tak tahu dan tetap menjadi istri yang baik. Karena itu suaminya tidak pernah sadari. Namun kali ini sang suami berselingkuh dengan seorang wanita yang paling Dahlia benci dalam hidup. Wanita tersebut adalah anak dari selingkuh ayahnya. Anak yang sudah mengambil perhatian ayahnya. Dan kali ini Dahlia merasa terusik. Akan kah kali ini Dahlia akan bertindak? Akankah Dahlia tetap mempertahankan rumah tangganya lagi?
View More[Lia, suami kamu kembali main api.]
Sebuah pesan masuk ke gawainya. Dahlia hanya sepintas membacanya, dia tak tertarik karena berita itu sudah biasa. Mendengar kabar seorang Praja Adiguna - suaminya, bermain api dibelakangnya adalah hal biasa. Apalagi dia bermain api dengan lawan mainnya. Dahlia Putri sudah kebal dengan ulah suaminya tersebut. Tetapi saat sebuah gambar yang dikirimkan oleh temannya tersebut. Kali ini Dahlia sedikit geram. Bukan, bukan sedikit tetapi cukup banyak. [Dia Jessika Naratama, lawan main Raja di film terbarunya. Dia artis yang sedang naik daun saat ini] Penjelasan dari gambar yang dikirimkan. Tanpa disebutkan nama wanita tersebut pun, Dahlia sudah tahu siapa wanita difoto tersebut. Wanita yang tak ingin dia lihat bahkan namanya sangat haram disebutkan oleh nya. "Sialan. Apa sih maunya perempuan itu?" kata Dahlia geram. Dahlia sangat tahu, kalau wanita tersebut memiliki niatan lain dari hubungannya dengan Raja. Dan Dahlia tahu yang dikejar oleh wanita tersebut bukan hanya Raja saja tetapi dirinya juga. Wanita tersebut hanya ingin mengambil apa yang dia miliki. Gawainya bergetar, ada panggilan masuk ke gawainya. "Halo." kata Dahlia datar. "Lia, kamu baik-baik saja kan?" suara seseorang terdengar cukup cemas. "Aku baik-baik saja. kenapa?" Tanya Dahlia datar. "Benar kamu gak apa-apa?" Suara wanita disebrang sana terdengar sedikit khawatir. "Aku gak apa-apa. Sudah biasa kan Raja berprilaku seperti itu?" Kata Dahlia. Dahlia tahu apa maksud dari wanita tersebut. "Aku tahu kamu gak baik-baik saja, Lia." Wanita tersebut lalu diam sejenak. "Aku harap kamu bertindak untuk saat ini. Raja sudah keterlaluan pada kamu. Kalau kamu hanya diam saja dia akan terus berulah." Katanya lagi. Dahlia hanya tersenyum kecil, dia tahu apa maksud dari i wanita yang merupakan salah satu asisten manager suaminya tersebut. Dia tahu tujuan lain dari wanita tersebut. Bukan! Bukan semata-mata kasihan padanya, melainkan karena wanita tersebut merasa tersaingi oleh selingkuhan Raja sekarang. "Memang bisa dipastikan mereka menjalin asmara? Bisa jadi kan cuman sekedar berteman biasa?" Kata Dahlia tenang. Hanya tarikan napas panjang yang Dahlia dengan diujung telpon sana. Tania asisten manager Raja cukup lama diam. "Lia, aku tahu kamu sangat percaya mencintai Raja sampai memberikan penuh kepercayaan pada Raja. Tetapi kamu tahu sendiri kan, Raja sering mengkhianati kepercayaan kamu? Dan aku percaya kamu sebagai istri pasti memiliki feeling akan suami kamu. Aku tidak buta kan, untuk membedakan mana yang murni berteman dan mana yang berpacaran?" Katanya memprovokasinya. Dahlia kembali tersenyum kecil, tanpa Tania ingatkan pun, Dahlia sudah bisa membedakannya. Dahlia bukan anak kemarin sore dan dia juga bukan budak cinta. Kata siapa dia masih bertahan dengan Raja karena cinta? Salah dia sudah mati rasa dari lama kepada suaminya tersebut. Tetapi karena Dahlia dulunya adalah seorang aktris berbakat, maka dia sangat pintar bermain akting. Bahkan akting dalam menjalani hidupnya pun dia perankan dengan saat baik. Sampai semua orang bisa melihat kalau Dahlia begitu mencintai Raja dan bodoh karena cintanya pada Raja. "Hanya karena sebuah gambar aku begitu saja percaya? Tidak Tania, aku tak begitu saja percaya. Aku percaya kalau Raja tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku yakin dia sudah berubah, dan kedekatan dia dengan artis tersebut hanya berteman biasa." Kata Dahlia naif. Bukan naif beneran tetapi pura-pura naif. Tania masih diam, mungkin dia sedang mencari-cari kata untuk kembali memprovokasinya. Ah, Dahlia sangat tahu sifat Tania tersebut. Perempuan licik yahg ingin menyingkirkan pesaingnya melalui Dahlia. "Aku tahu kamu pasti akan berkata begitu. Tapi aku cuman mau kamu berhati-hati. Aku sayang sama kamu, Lia. Aku gak mau kamu disakiti lagi oleh Raja." Katanya lirih "Semoga saja dugaanku salah, dan Raja benar-benar sudah bertobat. Tetapi jika Raja kembali berulah, tenang saja aku akan tetap ada di pihak kamu, Lia. Sekali lagi hati-hati Dailia. Jangan terlalu percaya kepada Raja sepenuhnya." kata Tania lagi. "Iya, Tan. Terimakasih sudah peduli sama aku." kata Dahlia tulus untuk kali ini. Panggilan telpon tersebut lalu dimatikan. Setelan itu, Dahlia lalu mengambil gawai yang satunya lagi. Dia lalu menghubungi seseorang di sebrang sana. "Halo, Arlan yang ganteng apa kabar?" Sapa Dahlia cerita saat telpon diangkat oleh seseorang. "Alhamdulillah gue sehat, Ya. Lu sendiri apa kabar? Kayaknya lupa deh sama gue, Cin?" Dahlia terkikik mendengar suara Arlan yang kemayu. "Sehat gue." Jawab Dahlia. "Tumben lu nelpon duluan, ada apose, Cin?" "Ada kepentingan lah, Memang bakal ada apa lagi?" Goda Dahlia, dia bisa membayangkan wajah kesal dari temannya tersebut. Karena dia bisa mendengarkan decakan kesal dari jauh. "Kepentingan apa?" tiba-tiba suaranya berubah sedikit galak. "Lu masih kerja disana kan? Masih di proyek film terbarunya Raja?" Kata Dahlia. "Yap, kenapa, Cin?" Tanyanya penasaran. "Kali ini siapa lawan mainnya?" Kata Dahlia, dia cuman ingin memastikan kabar dari Tania. "Raja gak bilang siapa lawan mainnya sama Lu?" "Enggak. Emm, gak tahu sih dia sudah bilang apa belum. Gue lupa lagi." Jawab Dahlia jujur. Saking sudah mati rasanya dia memang sudah tak begitu peduli pada Raja. "Pantas saja Lu baru nanya. Gue pikir Lu dah tahu makanya gak nanya-nanya sama gue." "Jadi siapa lawan main Raja kali ini?" Dahlia sungguh sangat penasaran. "Anaknya nenek lampir." kata Arlan pelan. Dahlia menarik napas panjang, Tania tak bohong. Lawan main Raja adalah perempuan tersebut. Perempuan yang Dahlia benci. Bahkan teman-temannya pun tak ada yang berani menyebutkan nama wanita tersebut dihadapan Dahlia. "Lia, gue rasa mereka ada something." Bisik Arlan. Arlan mengatakan tersebut dengan sangat hati-hati. "Gue tahu. Tolong lu kumpulin buktinya yang banyak. Bukan hanya sekedar foto, kalau bisa video juga." Akhirnya Dahlia memberikan perintah pada Arlan. "Are you oke?" Arlan kembali bertanya dengan hati-hati. "I'm oke. Kamu gak perlu khawatir. Ini sudah biasa kan?" Mereka lalu diam sejenak. Tidak, Dahlia tidak sedih dia hanya kesal saja. "Benar?" Tanya Arlan cemas. "Sudah lah Arlan. Aku baik-baik saja. kamu gak perlu khawatir. Yang perlu kamu lakukan adalah kumpulkan bukti dan informasi yang banyak. Dan kirim ke gue!" kata Dahlia tegas. "Oke lah. Dan kalau ada hal lain yang bisa gue bantu. Gue akan dengan senang hati bantu lu." Kata Arlan tulus. Dahlia tersenyum senang. "Thanks, Ar. Kamu yang terbaik pokoknya mah." Kata Dahlia sambil tersenyum. "Your welcome, Ya." Dahlia tersebut kecil setelah memutuskan panggilan telpon tersebut. Kini dia sedang menyusun rencana untuk menghancurkan perempuan itu kembali. Dan juga menyadarkan Raja kalau dia tak selamanya bisa mempermainkan Dahlia. Sudah cukup lama rasanya Dahlia berperan menjadi perempuan yang sabar , pemaaf, dan lemah lembut. Dia sebenarnya sudah ingin kembali ke stelan awalnya. Menjadi perempuan yang pemberontak. ***" Kamu itu bagai mana sih jadi istri. Suami sakoai lebam seperti ini, mana anak masuk rumah sakit. Kamu memang gak becus jadi istri. Gak bisa mengurus suami juga mengurus anak. Bisanya cuman ongkang-ongkang kaki sambil menghabiskan uang suami." Perkataan ibu mertuanya yang sangat pedas menyambut pagi hari Dahlia Pagi-pagi, ibu mertuanya datang ke rumah sakit untuk menengok Tari katanya. Namun dia langsung memarahi Dahlia saat melihat wajah lebam Raja putra kesayangannya. Dahlia tak menjawab dia memilih untuk diam. Bukan karena dia membenarkan semua tuduhan ibu mertuanya tersebut. Namun karena Dahlia sudah malas menghadapinya. Percuma membela diri juga. Ibu mertuanya tak akan pernah percaya, karena baginya semua itu kesalahan dari Dahlia. "Ma, wajah Bang Raja lebam bukan karena Kak Lia, tapi karena kesalahannya sendiri. Kenapa harus disalahkan Kak Lia sih." Eca membela kakak iparnya tersebut. "Memang buka Lia langsung yang membuat Raja luka-luka. Tapi pasti karena Lia abang k
"Aku sudah lelah, Bang. Aku tak mau dibohongi lagi. Mari kita berpisah!" Permintaan Dahlia yang langsung membuat Raja berlutut dan memeluk kakinya. "Tidak! Iya, Sayang. Aku tidak mau berpisah dengan kamu! Aku gak, sayang. Sungguh aku tidak mau!" Raja menangis sesenggukan sambil memohon pada Dahlia. Namum Dahlia tak bergeming, dia tetap pada pendirian. Dia bahkan mencoba melepaskan pelukan Raja di kakinya. "Lepas, Bang! Aku harus pulang. Tari sendiri di rumah sakit." Kata Dahlia berbohong. Mendengar kalau Tari sendirian di rumah sakit. Raja lalu melepaskan kaki Dahlia. Dia kemudian bangkit, dia sadar dia harus menemui Tari. Dahlia langsung pergi saat raja melepaskam belikan di kakinya. Meskipun Raja mencoba menahannya dia langsung menepis tenang Raja. Dia langsung menarik Tristan berjalan ke arah mobilnya. Raja lalu membuka gawainya yang ternyata sudah mati. Dia menghidupkan gawainya, betapa terkejutnya begitu banyak panggilan dan pesan yang dikirim oleh Dahlia. Bukan hanya
Dahlia benar-benar kecewa pada Raja. bagaimana mungkin sudah dua hari Tari anak mereka di rawat Raja masih tidak datang. Jangankan datang justru Raja sulit untuk dihubungi. Berpuluh-puluh pesan juga telpon dari Dahlia tidak ada satupun yang di respon oleh Raja. Raja seperti hilang begitu saja. Genta sang manager sudah Dahlia hubungi, tapi kabar dari Genta justru membuat Dahlia marah. Genta mengabarkan kalau syuting sudah berakhir dari tiga hari yang lalu. Genta sendiri sudah pulang dan mengatakan kalau dia sudah memberikan waktu istirahat untuk Raja selama sepuluh hari. "Syuting sudah selesai, Lia. Dan kita semua menang sudah pada pulang. Raja malah sudah ambil cuti sepuluh hari. Katanya dia ingin liburan dengan kalian." Kata Genta, terdengar nadanya begitu menyesal. "Tapi dia tidak pulang, Mas. Apa kalian pulang bareng waktu itu?" Tanya Dahlia. "Iya, kita pulang bareng. Malah kita ke kantor dulu. Cuman waktu pulang Raja tidak mau diantar oleh Mas untuk pulang ke rumah. Dia pergi
"Siapa yang sakit?" Tanya Kaisar. Dahlia tak sengaja bertemu dengan Kaisar di lorong rumah sakit sehabis menebus obat untuk Tari. "Tari yang sakit, Bang." jawab Dahlia. Iya sudah dia hari putri sematang wayangnya deman tinggi. Membuat Dahlia panik dan membawanya ke rumah sakit. "Sakit apa?" Raut khawatir terlihat dari wajah Kaisar "Kata dokternya gejala typus dan harus di rawat." Jawab Dahla lagi "Dirawat?" Dahlia mengangguk sebagai jawaban. "Di ruangan mana?" Kaisar kembali bertanya. Dahlia lalu menyebutkan ruang tempat Tari di rawat. Mereka lalu berjalan bersama menuju ruang rawat Tari karena obat untuk Tari sudah Dahlia dapatkan. "Abang ngapain ada disini?" tiba-tiba saja Dahlia mengatakan tujuan keberadaan Kaisar. "Kamu lupa saya kerja disini?" kata Kaisar jengah, bagaimana adik iparnya itu tidak mengetahui kalau dirinya kerja di rumah sakit ini. "Eh lupa, Abang kan dokter." Tari meringis malu. Jujur karena tidak terlalu dekat dengan kakak iparnya ini dia sampai
"Gue sudah dengar tentang kabar si Raja dan anak nenek lampir tersebut. Kabar itu benar?" Tanya Tristan, anak tunggal Tante Nena. Dahlia langsung mendengus kesal. Niat awal hanya ingin sebentar singgah ke rumah sang Tante untuk memberikan kue basah dan menjemput Tari putri kesayangannya. Namun jika Tristan sudah mengintrogasi seperti ini pasti akan lama. "Lu gak ngijinin gue napas dulu apa, Tan? datang-datang langsung ditanya saja. suguhi makanan kek atau enggak minum dulu." kata Dahlia kesal. Dia baru saja sampai di rumah sang Tante, baru saja duduk sudah langsung di tanya tentang kabar tak sedap. otomatis membuat Dahlia jadi badmood. Tristan lalu menyodorkan segelas air putih kepada Dahlia. "Air siapa nih?" tanya Dahlia "Air minum gue, itu belum sempat gue minum." kata Tristan. "cuman air minum saja? gak ada cemilan gitu?" Dahlia malah menjahili Tristan "Cemilan nya yang ko bawa saja." kata Tristan sambil menunjuk ke arah plastik yang dibawa oleh Dahlia tadi. "ckk
Selepas bertemu dengan Herfiza, Dahlia berencana mencari beberapa kue basah untuk dibawa ke rumah tantenya. karena dia akan mampir dulu ke rumah sang Tante untuk menjemput anaknya. Iya, tadi Dahlia tidak membawa anak semata wayangnya yang bernama Mentari atau sering dipanggil Tari. Dia menitipkan anaknya di rumah sang Tante, adik bungsu dari ibunya itu tinggal tidak jauh dari rumahnya. Sehingga menjadi tempat paling aman jika menitipkan anaknya. Saat sedang memilih kue ada yang menyapa Dahlia. Rupanya dia adalah Queensa, atau sering dipanggil Eca. Eca adalah adik Raja. Raja sendiri merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dia memiliki seorang kakak laki-laki yang berprofesi sebagai dokter. "Hai, Kak Lia!" Eca menyapa Dahlia dengan ceria. Wanita yang masih kuliah di kedokteran tersebut tersenyum padanya. "Loh , Eca. Jajan juga?" Kata Dahlia lalu mereka bersalaman bahkan cipika cipiki. "Iya nih. Bang Kai tumben-tumbenan mau jajan kue basah katanya." Katanya sambil menunjuk se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments