Share

Bab 100

Author: Ummi
last update Last Updated: 2025-12-22 20:52:17

Layar LED menampilkan ranking final:

Ranking Final:

1. Bima (Nusantara) - 98 poin

- Triase: 20/20

- Nyawa diselamatkan: 39/40

- Efektivitas: 29/30

- Leadership: 10/10

2. Kenji (Zepang) - 94 poin

3. Lin Mei (Cyina) - 93 poin

4. Dr. Zhang Wei (Cyina) - 91 poin

5. Dr. Priya Sharma (Vrindia) - 88 poin

6. Nakamura Hiro (Zepang) - 86 poin

7. Chen Wei (Cyina) - 84 poin

8. Rajesh Kumar (Vrindia) - 82 poin

9. Dr. Yuki Tanaka (Zepang) - 79 poin

10. Sean (Nusantara) - 75 poin

MC mengumumkan dengan suara penuh emosi. "Dan pemenang Kompetisi Tabib Legenda tahun ini adalah, Bima dari Nusantara!"

Arena meledak dengan tepuk tangan, sorak-sorai, dan teriakan kegirangan.

"Bima! Bima! Bima!"

Irene di tribun VIP menangis bahagia. Kevin tersenyum lebar sambil bertepuk tangan.

Tuan Besar Santoso dari Black Panther berdiri dan memberi applause dengan wajah bangga.

Bima berdiri di tengah arena, menerima tepuk tangan dengan senyum tipis. Tapi di dalam hatinya, dia tid
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 106

    Master Feng menelan ludah. Untuk pertama kalinya, dia merasakan ketakutan yang begitu besar. Irene dan Lin Mei menatap Bima dengan mata membulat. Mereka tidak pernah melihat Bima se-menakutkan ini. Tapi di dalam hati Bima, dia tahu dia sudah menggunakan terlalu banyak energi. Tubuhnya mulai terasa berat. Teknik Racun Keabadian memakan stamina dan Mana dengan sangat cepat. 'Aku harus mengakhiri ini dengan cepat,' pikir Bima. 'Sebelum tubuhku tidak kuat lagi.' Master Feng melihat ekspresi Bima yang sedikit berubah. Dia tersenyum tipis. "Kamu sudah kehabisan energi, bukan?" ujarnya dengan nada percaya diri kembali. "Teknik sekuat itu pasti memakan banyak stamina. Kamu tidak akan bisa bertahan lama." Bima tidak menjawab, tapi tangannya yang gemetar secara halus sudah menjawab semuanya. Master Feng tertawa. "Aku benar. Kamu sudah di ambang batas." Dia mengangkat tangannya, dan tiba-tiba~ Pintu ruangan meledak terbuka! BLAM! 10 orang lagi masuk, tapi kali ini bukan Sha

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 105

    Dia mengangkat satu jari. "Pilihan pertama: Kamu menyerahkan Teknik Racun Keabadian padaku dengan sukarela. Aku akan ekstrak pengetahuan itu dari memorimu dengan cara yang relatif tidak menyakitkan. Setelah itu, aku akan biarkan kamu dan Irene pergi dengan selamat. Aku bersumpah tidak akan menyakiti kalian." Dia mengangkat jari kedua. "Pilihan kedua: Jika kamu menolak. Aku akan menyiksa Irene di hadapanmu sampai kamu menyerahkan Teknik Racun Keabadian. Setelah aku dapat apa yang aku mau, aku akan bunuh kalian berdua. Perlahan dan menyakitkan." Irene gemetar ketakutan, tapi dia bersuara dengan tegas. "Bima, jangan turuti dia! Jangan berikan apapun padanya!" Master Feng tertawa. "Gadis pemberani. Aku suka itu." Dia menatap Bima lagi. "Jadi, apa pilihanmu, Bima? Hidup atau mati? Sangat sederhana." Bima terdiam beberapa detik, lalu tersenyum tipis. "Aku pilih opsi ketiga," ujarnya dengan tenang. Master Feng mengerutkan kening. "Opsi ketiga? Tidak ada opsi ketiga." "Ada," j

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 104

    Bima membuka pintu tangga darurat dengan hati-hati. Di dalam gelap dan sepi. Mereka turun tangga dengan sangat pelan. Setiap langkah diperhitungkan, setiap suara diminimalkan. Saat mencapai lantai dua, Bima mengintip lewat celah pintu kecil. Koridor panjang dengan beberapa ruangan di kiri-kanan. Di ujung koridor, ada pintu besar dengan dua penjaga berdiri di depannya. 'Itu pasti ruangan tempat Irene ditahan,' pikir Bima. Tapi masalahnya, koridor itu terang dan terbuka. Tidak ada tempat bersembunyi. Kalau mereka berjalan ke sana, penjaga pasti akan melihat. Bima berbisik pada Lin Mei. "Kita perlu distraksi." Lin Mei berpikir cepat. "Aku bisa buat suara di sisi lain gedung. Dan buat mereka bergerak ke sana." "Bagaimana caranya?" Lin Mei menunjukkan beberapa benda kecil di sakunya, smoke pellet dan noise maker kecil, peralatan standard untuk anggota Bulan Sabit. "Aku bisa lempar ini lewat jendela di ruangan kosong. Akan terdengar seperti ada penyusup dari sisi lain."

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 103

    Kevin mengeluarkan tas dari bagasi. Di dalamnya ada beberapa peralatan: tali rappelling, sarung tangan tactical, earpiece komunikasi, dan beberapa senjata sederhana. "Ini mungkin berguna," ujar Kevin sambil membagikan earpiece. "Kita bisa tetap berkomunikasi." Mereka memasang earpiece. Bima mengambil tali rappelling dan sarung tangan. "Kita bergerak sekarang. Kevin, kamu tunggu di sini. Kalau situasi terlalu berbahaya, hubungi tim cadangan." Kevin menggeleng. "Aku ikut. Kamu butuh backup." "Kevin, aku butuh kamu di sini untuk koordinasi," ujar Bima tegas. "Kalau komunikasi terputus, kamu yang harus beri instruksi pada tim cadangan. Ini penting." Kevin terdiam, lalu mengangguk dengan berat. "Baiklah. Tapi kalau ada bahaya, langsung kabari aku." "Baiklah," jawab Bima. Bima dan Lin Mei keluar dari mobil dengan hati-hati. Mereka bergerak dalam kegelapan, memanfaatkan bayangan dan kontainer-kontainer tua sebagai perlindungan. Mereka mencapai gedung sebelah gudang target,

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 102

    Di Tibet, Nenek Badar tiba-tiba membuka mata di Sel Racun. Tubuhnya penuh luka dan darah, tapi matanya menyala dengan kemarahan yang luar biasa. "Berani sekali mereka menyentuh Bima," gumamnya dengan suara rendah penuh ancaman. "Mereka sudah melewati batas." Dia menarik napas dalam, lalu mengeluarkan energi Mana yang sangat kuat, energi yang selama ini dia sembunyikan. Rantai yang mengikatnya mulai retak. Pria yang sedang berjaga di luar sel terkejut merasakan ledakan energi itu. "Tidak mungkin! Dia masih punya energi sebanyak itu setelah disiksa berhari-hari?!" Dia berlari masuk ke sel dan melihat Nenek Badar berdiri, rantainya hancur, mata menyala dengan warna ungu gelap. "Kamu," ujar Nenek Badar dengan suara yang sangat berbeda, lebih dalam, lebih menakutkan. "Akan menyesal sudah menyakiti orang yang aku sayangi." Pria itu mundur selangkah, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasakan ketakutan sejati. Karena yang berdiri di hadapannya bukan lagi Nenek Ba

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 101

    Bima menatapnya dengan tatapan curiga. "Kenapa aku harus percaya padamu? Kamu bagian dari Bulan Sabit." Lin Mei menatapnya dengan mata serius. "Karena aku juga punya seseorang yang harus kuselamatkan. Adikku. Dan satu-satunya cara menyelamatkannya adalah dengan membantumu menghancurkan Bulan Sabit dari dalam." Bima terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Kamu ikut. Tapi kalau kamu mengkhianatiku, aku tidak akan segan-segan membunuhmu." "Aku mengerti," jawab Lin Mei tegas. Kevin mengeluarkan kunci mobilnya. "Kalau begitu aku yang menyetir. Aku juga akan hubungi Tuan Besar untuk siapkan tim cadangan yang siap bergerak kalau situasi terlalu berbahaya." Bima mengangguk. Mereka bertiga masuk ke mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi menuju Pelabuhan Utara. Di dalam mobil, Bima duduk di kursi belakang dengan mata tertutup, berusaha menenangkan diri dan mengumpulkan energi. Tapi di dalam kepalanya, hanya ada satu pikiran. 'Irene, tunggu aku. Aku akan menyelamatkanmu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status