Share

Bab 78

Penulis: Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-04 11:32:41

Bima terdiam. Ini jebakan? Atau kesempatan?

Dia memutuskan untuk melanjutkan.

Dia mengaktifkan energi Mananya lagi, kali ini lebih dalam dan lebih kuat.

Energi Mana-nya menembus pertahanan energi gelap di tubuh pria tua itu.

Dan yang dia temukan, sangat mengejutkan.

Pria tua ini tidak sakit.

Sama sekali tidak.

Bahkan sebaliknya, tubuhnya sangat sehat, energi Qi-nya sangat kuat, meridiannya pun sempurna.

Tapi ada sesuatu yang dia sembunyikan, sebuah seal energi di area jantungnya. Segel yang menekan energi Mana-nya agar tidak terbaca oleh orang biasa.

'Dia praktisi tingkat tinggi yang menyamar sebagai pasien,' pikir Bima. 'Tapi kenapa? Untuk apa?'

Bima menatap pria tua itu. "Kamu tidak sakit. Kamu bahkan lebih sehat dari kebanyakan orang di sini."

Pria tua itu tersenyum. "Pintar. Tapi itu bukan diagnosis yang akan kamu tulis di form, kan? Kalau kamu tulis 'tidak sakit', kamu akan kehilangan poin."

Bima mengerutkan kening. Ini jebakan rupanya.

Kalau dia menulis
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 91

    Pagi tiba dengan langit mendung. Bima terbangun lebih awal dari biasanya, tubuhnya masih terasa berat setelah menggunakan kekuatan penuh kemarin untuk menyelamatkan anak kecil itu. Dia duduk di tepi tempat tidur, menatap tangannya yang masih sedikit bergetar. Energi Mana hitam keunguan sempat muncul sekilas, lalu menghilang. 'Aku hampir kehilangan kontrol kemarin,' pikirnya dengan serius. 'Kalau aku tidak hati-hati, Racun Keabadian bisa memakan tubuhku dari dalam.' Tok tok tok. Irene masuk dengan membawa sarapan. Dia tersenyum melihat Bima sudah bangun. "Selamat pagi. Aku sudah pesan sarapan untukmu," ujarnya sambil meletakkan nampan di meja. Bima tersenyum dan berdiri. "Terima kasih, sayang." Bima mengecup kening Irene. Mereka sarapan bersama dalam diam yang nyaman. Irene sesekali melirik Bima dengan tatapan khawatir, tapi tidak mengatakan apa-apa. Setelah sarapan, Kevin menelepon. "Bima, aku dapat informasi penting," ujar Kevin dengan nada serius. "Hari ini adalah

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 90

    Bima mengangguk. "Aku tahu. Ini adalah insiden yang Master Feng maksud." Dia menatap ke arah tribun penonton. Di sana, di sudut yang gelap, seorang wanita berambut panjang dengan mata hijau berdiri sambil tersenyum tipis. Salah satu kelompok Bulan Sabit. Wanita itu mengangkat tangan dan bertepuk tangan perlahan, seolah memberi applause untuk pertunjukan Bima. Lalu dia berbalik dan menghilang di antara kerumunan. Bima mengepalkan tangannya. 'Beraninya mereka mengujiku,' pikirnya. 'Rupanya mereka ingin melihat seberapa kuat aku saat ini.' MC akhirnya sadar dari keterkejutannya dan naik ke podium. "Hadirin sekalian, apa yang baru saja kita saksikan adalah penyelamatan yang luar biasa!" ujarnya dengan suara masih bergetar. "Peserta Bima dari Nusantara baru saja menyelamatkan nyawa seorang anak dengan kecepatan dan ketepatan yang hampir tidak mungkin!" Tepuk tangan kembali meledak. "Karena insiden ini, kami akan menunda kompetisi selama 30 menit untuk melakukan pemeri

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 89

    Bima belum selesai. Dia mengeluarkan beberapa ramuan herbal: Ginseng Merah untuk memperkuat Qi jantung Hawthorn Berry untuk melancarkan sirkulasi darah Dan Shen (Red Sage) untuk menghilangkan sumbatan di pembuluh darah Gan Cao (Licorice Root) untuk mengharmoniskan semua ramuan Dia mencampur ramuan dengan air panas, membuat teh herbal yang aromanya harum. "Paman Zhang, minum ini perlahan," ujar Bima sambil membantu Tuan Zhang duduk. Tuan Zhang minum teh herbal itu perlahan. Ekspresinya berubah, matanya sedikit melebar. "Ini sangat enak. Dan tubuhku terasa hangat dan nyaman." Bima tersenyum. "Itu efek dari ramuan. Paman akan merasa jauh lebih baik dalam beberapa menit." Benar saja, 5 menit setelah minum teh, kondisi Tuan Zhang semakin membaik. Dia bahkan bisa duduk tegak tanpa bantuan. Monitor menunjukkan: Tekanan darah: 130/85 (normal) Detak jantung: 72 bpm (normal dan teratur) Saturasi oksigen: 98 persen (sangat baik) Treatment selesai dalam 25 menit. J

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 88

    Bima mengangguk. "Terima kasih, Kevin." Kevin menatap Irene. "Nona Irene, sebaiknya kamu duduk di area VIP bersama Tuan Besar. Area itu paling aman." Irene mengangguk. "Baik." Bima menggenggam tangan Irene sebentar. "Hati-hati. Jangan pergi ke mana-mana sendirian." "Kamu juga hati-hati," jawab Irene sambil tersenyum meski matanya terlihat khawatir. Mereka berpisah. Bima menuju area peserta, Irene dan Kevin ke area VIP. Di area peserta, Bima melihat Lin Mei sudah berdiri di sana. Wanita itu menatap Bima dengan ekspresi yang sulit dibaca, campuran antara menyesal dan frustrasi. Bima mengabaikannya dan mencari tempat duduk. MC naik ke podium dengan senyum lebar. "Selamat pagi, semuanya! Selamat datang di Babak ketiga, Live Treatment!" Tepuk tangan meriah memenuhi arena. "Hari ini, 70 peserta akan menghadapi ujian sesungguhnya, mengobati pasien nyata dengan kondisi kritis di hadapan kalian semua!" Layar LED menampilkan aturan detail selanjutnya. Aturan Babak Keti

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 87

    Malam itu, Bima tidak bisa tidur dengan tenang. Ancaman dari Master Feng terus bergema di kepalanya. Dia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan pikiran yang kacau. 'Assassin dari Shadow Blade, insiden di Babak ketiga, dan Lin Mei yang ternyata adalah anggota Bulan Sabit,' pikirnya sambil mengepalkan tangan. 'Semua ini terlalu rumit. Apa mau mereka sebenarnya?' Tok tok tok. Ketukan pelan terdengar di pintu. Bima bangkit dan membuka pintu. Irene berdiri di sana dengan wajah khawatir, membawa bantal kecil. "Aku tidak bisa tidur," ujarnya pelan. "Boleh aku di sini? Aku akan tidur di sofa." Bima tersenyum tipis dan membukakan pintu lebih lebar. "Masuk, mana mungkin aku membiarkanmu tidur di sofa." Irene tersenyum kemudian mengikuti Bima masuk dan meletakkan bantalnya di kasur. Tapi sebelum dia berbaring, dia melihat ekspresi Bima yang terlihat lelah dan khawatir. "Bima, ada apa? Kamu terlihat sangat khawatir," tanya Irene sambil mendekatinya. Bima terdiam

  • Pembalasan Dendam Racun Sang Tabib   Bab 86

    Bima terdiam. Lin Mei menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "15 tahun yang lalu, Nenek Badar menyelamatkan hidupku dari Bulan Sabit. Aku saat itu masih anak kecil berusia 11 tahun. Orangtuaku dibunuh oleh organisasi karena menolak bergabung dengan mereka." Bima mendengarkan dengan seksama. "Nenek Badar menemukanku di jalanan, hampir mati kedinginan dan kelaparan. Dia merawatku, memberi makan, dan yang paling penting... dia melatihku," lanjut Lin Mei. "Dia mengajariku Teknik Delapan Dewa Obat, teknik Mana Healing, dan semua pengetahuan tentang racun." "Hmmm, kalau begitu kenapa kini kamu menjadi bagian dari kelompok Bulan Sabit?" tanya Bima tanpa ekspresi. "Karena itu syarat Nenek Badar agar aku bisa hidup," jawab Lin Mei dengan suara parau. "Bulan Sabit tidak akan berhenti memburu keluargaku. Satu-satunya cara untuk menghentikan mereka adalah... aku menyusup ke organisasi sebagai agen ganda." Bima menatapnya dengan tatapan tidak percaya. "Agen ganda?" Lin Mei mengangguk.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status