LOGINDengan jubah hitam pekat, Arya berdiri menjulang tinggi seakan menembus langit. Hanya dengan satu gerakan jemari, dia memanggil petir masuk ke dalam formasi. Raut wajahnya tegas dan dingin, bagaikan dewa yang turun ke dunia fana.Baru saat itu Zahra sadar, adiknya ini ternyata sehebat itu.Setengah jam kemudian.Arya menutup formasi, tubuhnya turun perlahan dan mendarat di halaman. Ketika melihat Zahra, dia hendak melangkah mendekat, tetapi Aska menarik lengannya dan menahannya.Aska berkata kepadanya, "Teknik penarik petir ini sudah kamu kuasai, tapi ingat, jangan gunakan sembarangan. Kalau melewati batas tertentu, pasti mendatangkan balasan. Sejak kecil, kalian tentu sudah mendengar bagaimana aku mengalami balasan itu."Arya menangkupkan tangan. "Terima kasih atas bimbingannya, Guru."Zahra sudah masuk ke halaman. "Paman Aska ...."Aska tidak menoleh padanya sedikit pun. Sebaliknya, dia berjalan ke kursi rotan di samping. Dengan satu kibasan tangan, kursi rotan yang basah karena huja
"Lagi pula, sejak hari Kak Zahra kembali ke Istana Emas, Paman Aska juga tidak muncul di Biro Falak lagi, 'kan?" Suara Zenna makin lama makin kecil.Saking kecilnya sampai dia sendiri ingin menggigit lidahnya. Semua ini sebenarnya tidak pantas dia ucapkan. Namun, jika dugaan itu benar .... Kalau ayah dan ibu mengetahuinya, bukankah mereka bisa marah sampai sakit? Kalau Paman Aska sendiri tahu ....Pokoknya, dia tidak berani membayangkan."Kak Ishaq ... Kakak nggak akan sembarangan bicara, 'kan?" tanya Zenna hati-hati.Ishaq adalah seseorang yang menempuh jalan spiritual. Dia tidak mungkin tipe orang bermulut besar yang menyebarkan kabar ke mana-mana. Itulah sebabnya Zenna datang ke Biro Falak, ingin meminta kakaknya memikirkan cara.Untuk beberapa saat, Ishaq sampai tidak bisa bereaksi.Bagaimana mungkin ... Zahra menyukai Aska? Kenapa bisa seperti itu?"Kamu jangan panik dulu. Masalah ini kita tahan dulu. Aku akan cari waktu bicara dengannya."Ishaq akhirnya menenangkan diri dan berka
Zenna mengerutkan alisnya. "Ibu benar-benar nggak apa-apa?" Apa ini ada hubungannya dengan Kak Zahra?"Aku nggak apa-apa."Zenna menjawab pelan, lalu meninggalkan Istana Abadi dengan setengah khawatir dan setengah bingung. Di perjalanan, Zenna bertanya pada pelayan pribadinya, "Sejak hari apa Kakak tidak tinggal di istana?"Pelayannya memberi salam dan berkata, "Menjawab Putri, Putri Zahra sejak hari ketiga setelah masuk istana sudah tidak tinggal di istana lagi."Hari ketiga ... berarti selama belasan hari ini, Kakak setiap hari keluar istana.Ada siapa di luar istana?"Siapkan tandu. Aku mau keluar istana.""Sekarang?""Ya, sekarang."Dia ingin mencari Kakak. Pasti ada sesuatu yang besar terjadi, kalau tidak, mengapa ibunya begitu gelisah?Tidak, dia juga tidak boleh memberi tahu Kakak. Kalau benar sesuatu yang penting, malah jadi berbalik buruk kalau dia membocorkannya. Memikirkan hal itu, Zenna berkata lagi, "Nggak usah. Nggak jadi pergi." Sambil berkata demikian, dia berbalik arah
"Aku menyukai Putri Zahra, hanya berharap bisa hidup bersamanya seumur hidup. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya agar dia juga bisa menyukaiku."Arya akhirnya nekat menceritakan semuanya secara gamblang, termasuk bagaimana dia pernah mengungkapkan perasaannya kepada Zahra, serta jawaban Zahra yang mengatakan akan mempertimbangkannya.Gilang awalnya mengira putranya hanya sekadar jatuh cinta biasa. Namun ketika melihat Arya begitu gelisah dan terus mengernyit, barulah dia benar-benar memahami betapa besarnya perasaan putranya terhadap Zahra."Jadi pria sejati! Saat harus kuat, tampilkan kekuatanmu. Baik laki-laki maupun perempuan, semua mengagumi yang kuat. Kamu bukan hanya harus membantu dia menyelesaikan segala urusan pemerintahan, tapi di saat paling penting ... kamu harus menjadi sandarannya!"Gilang meletakkan bidak catur, lalu berjalan ke sisi Arya dan berkata, "Dari ceritamu tadi, kamu bilang sudah menyatakan perasaan, tapi Putri tidak menolakmu dengan keras. Nak, jadilah lebi
"Kamu ...." Gilang berseru dan memotong kata-katanya sendiri, "Apa gunanya semua yang kamu lihat dan dengar itu? Kamu memang tidak berjodoh dengan jalan Tao."Selama bertahun-tahun, Arya tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada dunia kultivasi. Yang dia pikirkan hanyalah menikahi Zahra. Karena itu, Gilang sama sekali tidak khawatir.Lagi pula, aliran yang didalami Aska itu ... selama tidak menjadi Kepala Biro Falak, maka penganutnya masih boleh menikah.Arya tersenyum kecil dan melanjutkan permainan catur. "Ayah benar.""Di antara ayahmu, Kaisar, dan Aska, orang yang paling harus kamu mintai nasihat adalah Ayah."Gilang berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Menurutmu, apakah Kaisar bisa mengajarimu cara mengejar putrinya?"Arya tentu mengerti. Sudah pasti tidak mungkin."Aska, gurumu itu ... dia sendiri hidup sendirian seumur hidup. Mana mungkin dia tahu cara mengejar seseorang?" Kalau Aska benar-benar berhasil mengejar wanita yang dicintainya, Kaisar mungkin sudah berkelahi dengann
Sekarang, semua orang berharap bisa menjadi suami pendamping. Begitu terpilih, derajatnya akan langsung naik drastis.Harus diakui, kaisar sekarang benar-benar orang yang berpikiran luas. Keluarga mana yang berani mewariskan harta kepada putri mereka? Jangankan diwariskan, mendapat sedikit saja pun hampir mustahil."Nggak perlu dibahas lagi," kata Nabila. Kalau memang berjodoh ... dia juga tidak tahu. Bagaimanapun, Arya tinggal bersama Zahra di Istana Emas hingga usia 10 tahun. Hubungan mereka memang berbeda dari orang lain.Apa pun hasil akhirnya, itu sudah menjadi takdir mereka sendiri.Gilang berdiri lalu berkata kepada Arya, "Ikut Ayah masuk.""Baik, Ayah."Arya memberi salam kepada Nabila. "Ibu, anak akan segera kembali.""Pergilah," kata Nabila sambil melambaikan tangan. Dia melihat bahwa putranya belakangan ini tampak lebih kurus.Arya dan ayahnya menuju ruang kerja. Setelah masuk, Arya menutup pintu.Ayahnya sedang menyalakan lampu, baru saat itulah Arya menyadari bahwa langit