Share

Bab 29

Author: Emilia Sebastian
Syakia menunduk, lalu menertawakan dirinya sendiri. “Benar juga. Kenapa sebenarnya? Semua orang jelas-jelas tahu jawabannya, apa Ayah nggak tahu?”

Tatapan Damar memancarkan sedikit amarah. “Syakia, kukatakan sekali lagi. Kalau kamu lanjut buat onar seperti ini, aku nggak akan ampuni kamu!”

“Kalau aku bersikeras mau buat onar?” Syakia mendongak, lalu menatap lurus mata Damar dan menyahut tanpa sedikit pun rasa takut, “Apa lagi yang mau kamu lakukan? Kalau 50 cambukan nggak cukup, kamu mau cambuk aku 100 kali? Kalau 100 cambukan nggak cukup, kamu mau langsung cambuk aku sampai mati?”

“Syakia!”

“Ayah!”

Kama dan Abista berseru bersamaan. Kama tidak menyangka Syakia akan bertindak segila ini. Selain melawannya, Syakia juga berani memprovokasi Damar. Apa dia benar-benar ingin mati?

Di sisi lain, Abista juga merasa kelakuan Syakia hari ini sangat keterlaluan. Namun, dia juga tidak mungkin membiarkan Damar benar-benar membunuh Syakia. Dia buru-buru membujuk, “Ayah, masalahnya sudah capai titik
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 422

    “Kama? Ada apa ini? Kamu kenapa?”Abista buru-buru membawa Kama ke kamarnya, lalu menaruh adiknya ke atas ranjangnya. Namun, setelah mencoba untuk membangunkan Kama beberapa kali dan Kama masih belum sadar, dia sontak merasa sangat khawatir.Ada apa ini sebenarnya? Abista tahu bahwa Kama memang dibawa pulang. Namun, dia juga mendapat kabar bahwa Kama sudah pergi di pagi-pagi buta. Jadi, dia sama sekali tidak bertemu dengan Kama.Awalnya, Abista mengira Kama sudah kembali ke rumah gubuknya di kaki Gunung Selatan. Tak disangka, Kama ternyata masih berada dalam kediaman ini. Selain itu, Kama juga berada dalam keadaan pingsan di luar kamarnya. Apa ayah mereka telah melakukan sesuatu pada Kama? Ini adalah pemikiran Abista yang sudah tidak dapat percaya pada Damar lagi.Namun, Abista memutuskan untuk tidak berpikir terlalu jauh. Jika dinilai dari keadaan Kama, Kama seharusnya hanya pingsan. Setelah Kama bangun, dia akan bertanya dengan jelas kepada Kama.Setelah itu, Abista pun tidur di dip

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 421

    Tidak lama kemudian, Kama dibawa ke hadapan Adika. Adika memandang Kama yang sudah pingsan di atas lantai, lalu melirik Gading dan berkata, “Aku suruh kamu bawa orangnya kemari, bukan suruh kamu buat dia pingsan sebelum bawa dia kemari.”Gading menjawab dengan tampang tak berdosa, “Pangeran, aku juga mau langsung bawa dia kemari. Tapi begitu melihat kami, dia kira kami komplotan orang yang mengejarnya. Dia nggak berhenti meronta. Jadi, aku juga nggak berdaya dan terpaksa membuatnya pingsan.”Adika pun terdiam. Awalnya, dia masih ingin menanyakan beberapa hal pada Kama. Namun, setelah melihat keadaannya sekarang, dia pun mengesampingkan niat itu.“Bawa orangnya pergi beristirahat, lalu kabari Putri Suci.”“Baik.”Ini adalah tugas yang mudah. Gading pun menyelesaikannya dengan cepat, juga membawa surat balasan dari Syakia kepada Adika.“Pangeran, ini pesan yang mau disampaikan Putri Suci kepada Pangeran.”Begitu mendengar ada pesan dari Syakia, Adika yang sudah kembali ke Kediaman Pange

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 420

    Saat ini, Kama sudah mengetahui apa yang terjadi dulu. Yanto sama sekali tidak melebih-lebihkan kata-katanya. Hari ini, yang termasuk hal yang direncanakan hanyalah “pertemuan yang tidak disengaja”, juga sedikit sandiwara tambahan di mana Yanto hendak melarikan diri, ketakutan, dan akhirnya mengaku dengan enggan.Yanto melakukan semua ini sesuai dengan perintah Syakia. Syakia mengatakan bahwa sudah saatnya Kama mengetahui sedikit kebenarannya. Jadi, Kama pun mengetahui segalanya hari ini. Saat ini, Kama seharusnya sudah kembali ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Hanya saja, Yanto agak khawatir. Sebelumnya, Kama selalu mudah marah dan bersikap impulsif. Entah apakah dia akan bertindak sama juga kali ini. Jika begitu, dia mungkin akan merusak rencana Syakia dan membuat Damar terlebih dahulu menyadari sesuatu.Namun, Yanto tidak tahu bahwa dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, Kama yang sekarang sudah tidak lagi berani bersikap segegabah dulu. Dia sudah mendapatkan cukup banyak pe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 419

    “Apanya yang nggak bisa ditolong? Nggak mungkin!”Kama langsung berdiri. Dia menatap Yanto dengan tidak percaya dan bertanya, “Kamu bilang, itu ucapan ayahku? Kamu yakin ayahku benar-benar berkata begitu? Kamu nggak salah dengar?”Mana mungkin Damar mengucapkan kata-kata seperti itu? Dulu, hubungan Keluarga Angkola dan Keluarga Kuncoro begitu baik. Keluarga Kuncoro mengorbankan segalanya demi Keluarga Angkola, juga tidak berhenti membantu Damar dan seluruh orang di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.Kama bahkan tidak perlu sengaja mengingat hal-hal ini. Sebab, semua orang di ibu kota juga mengetahuinya. Selain itu, Damar juga sering menceritakan kebaikan Keluarga Kuncoro terhadap keluarga mereka. Selama belasan tahun terakhir, dia juga selalu membawa mereka sekeluarga pergi ke makam Keluarga Kuncoro untuk memberikan penghormatan setiap tahunnya.Semua hal ini sudah menunjukkan seberapa mendalam ikatan di antara kedua keluarga. Namun, Yanto malah memberi tahu Kama bahwa ayahnya mengu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 418

    Namun, mereka sudah susah payah bertemu. Kenapa Yanto malah hendak pergi dengan begitu terburu-buru? Apa Yanto tidak ingin menemuinya? Kama merasa agak aneh.Kama menatap Yanto lekat-lekat, lalu berkata dengan nada yang agak memaksa, “Paman Yanto, kamu turun dulu. Kita sudah begitu lama nggak ketemu. Sebaiknya kita cari tempat untuk mengobrol dengan baik.”Yanto bertemu pandang dengan Kama, lalu akhirnya menghela napas. “Baiklah.”Tidak lama kemudian, Yanto dan Kama duduk di dalam ruang privat di sebuah restoran terdekat. Sebenarnya, mereka juga tidak duduk bersama. Setelah masuk ke ruang privat, Kama memesan beberapa hidangan, lalu melihat ke arah Yanto yang masih berdiri tidak jauh dari sana.“Paman Yanto, aku sudah bukan putra kedua Keluarga Angkola lagi. Jadi, kamu nggak usah berdiri terus. Ayo kemari dan duduk bersamaku.”“Nggak, aku yang bersalah pada kalian. Selama ini, aku memang merasa malu untuk bertemu kalian. Setelah bertemu dengan Tuan sekarang, aku merasa makin malu. Jadi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 417

    Pot bunga, tanah, dan bibit bunga itu pun berserakan di samping kaki Ayu. Ketika bibit bunga itu hampir menyentuh Ayu, Ayu secara refleks melangkah mundur dengan tergesa-gesa untuk menghindarinya.Setelah mendengar ucapan Kama, Ayu tidak dapat mengendalikan ekspresinya lagi dan langsung menunjukkan ekspresi yang sangat suram.“Berhubung Kak Kama nggak ingin maafkan Ayu, lupakan saja. Ayu ... akan pergi sekarang juga.”“Ratih!” seru Ayu dengan nada tinggi. Dia menekan amarahnya dengan susah payah dan memberi perintah, “Kenapa masih melamun? Cepat ambil bibit bunganya!”Ratih melangkah maju, lalu memungut bibit bunga itu dengan hati-hati dan bertanya, “Nona, apa pot bunga dan tanahnya juga mau diambil?”“Ngapain barang-barang nggak berguna itu diambil? Cepat pergi!”Ayu memelototi Ratih, lalu langsung pergi tanpa melirik Kama lagi.Meskipun Kama sudah mengetahui sifat asli Ayu dari awal, ini adalah pertama kalinya Ayu benar-benar menunjukkan sifat aslinya di hadapan Kama. Lebih tepatnya,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 416

    Mana mungkin Ayu melewatkan kesempatan bagus ini? Dia buru-buru berlari ke arah Kama dan menghalangi Kama yang sama sekali tidak ingin menghiraukannya.“Kak Kama, tunggu dulu. Ada yang mau Ayu bicarakan denganmu.”“Minggir,” ucap Kama yang dihalangi dengan tampang dingin.Ayu menggeleng, lalu menatap Kama sambil menggigit bibir. “Kak Kama, Ayu sudah susah payah menunggumu pulang kali ini. Bisa nggak kamu dengar dulu apa yang mau Ayu katakan? Sebentar saja. Seusai bicara, Ayu akan langsung pergi dan nggak akan ganggu kamu.”“Kamu sudah ganggu aku sekarang.”Sekarang, Kama sudah sepenuhnya mengetahui sifat asli Ayu. Dia tentu saja tidak lagi memanjakan Ayu seperti dulu.Ayu diam-diam mengumpat dalam hati, tetapi malah memasang tampang sedih dan penuh penderitaan. “Tapi Kak Kama, Ayu cuma mau minta maaf. Ayu tahu kenapa sikap Kakak terhadap Ayu menjadi seperti ini. Ayu sudah berbuat salah, tapi Ayu sudah sadari kesalahan Ayu dan juga merenungkan kesalahan itu dalam rumah dengan baik. Jad

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 415

    Baru saja Syakia berpikir seperti itu, pada detik berikutnya, Gael memberikan penjelasan yang memastikan tebakannya.“Selama proses bertumbuh dari bibit sampai berbunga, bunga itu akan melepaskan racun yang nggak berwarna maupun berbau. Racun itu akan perlahan-lahan menggerogoti tubuh manusia. Seiring berjalannya waktu, tubuh seseorang akan melemah secara bertahap.”“Orang biasa mungkin akan tewas setelah terpapar racun dari bunga itu setelah 2 bulan. Selain itu, dari keracunan sampai mati, orang itu nggak akan menyadari bahwa dirinya keracunan, melainkan hanya merasa dirinya sakit. Bahkan saat sekarat, dia juga akan merasa bahwa itu diakibatkan oleh penyakit.” “Ibumu seharusnya sudah terpapar racun ini dari awal. Oleh karena itu, dia baru kesulitan untuk melahirkan Putri Suci. Mungkin saja Citra sebenarnya ingin membuat kalian berdua mati bersama supaya bisa membalaskan dendamnya. Tak disangka, ibumu berhasil melewati rintangan itu.”Syakia mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ek

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 414

    Dengan latar belakang seperti itu, di keluarga yang peraturannya sangat ketat, Ayu yang masih dalam kandungan ibunya seharusnya sudah ikut dipukul sampai mati bersama ibunya. Namun, hubungan Citra dengan Damar tidaklah sederhana. Mereka sudah mengenal dari dulu dan saling mencintai. Namun, karena ambisi Damar waktu itu, dia memilih untuk mencampakkan Citra demi kekuasaan, lalu menikahi Anggreni, putri tunggal Keluarga Kuncoro.Dengan bantuan Keluarga Kuncoro, ambisi Damar juga akhirnya tercapai. Dia dan Keluarga Angkola menjadi orang yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam sidang istana.Namun, tepat pada saat itu, Citra yang dicampakkan Damar kembali mencari Damar karena merasa tidak rela dan menjebak Damar untuk menghabiskan semalam dengannya. Setelah itu, Citra pun menghilang lagi. Ketika terdengar kabar mengenainya lagi, dia mengandung dan hampir melahirkan.Berhubung Citra selalu berinteraksi dengan racun, kesehatannya tidaklah bagus. Jika dia bersikeras melahirkan anak itu, diri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status