Share

Bab 395

Author: Emilia Sebastian
Damar pun jatuh sakit saking marahnya. Bagaimanapun juga, dia sebelumnya pernah muntah darah saking marahnya. Tabib sudah memperingatinya untuk lebih memperhatikan emosinya dan jangan marah besar lagi. Alhasil, dia malah jatuh sakit lagi karena terlalu marah sekarang.

Selain itu, gerbang Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan yang disiram dengan kotoran selama 10 hari berturut-turut sudah diketahui semua orang. Jadi, Kaisar pun dengan penuh perhatian memberikan tambahan liburan kepada Damar supaya dia beristirahat di rumah.

“Ayah benar-benar jatuh pingsan gara-gara Syakia?”

Setelah mendengar kabar ini, Ayu segera turun dari tempat tidur.

Ratih mengangguk pelan, “Benar, Nona.”

“Apa sebenarnya yang sudah terjadi? Kenapa di luar sana terdengar ribut sekali beberapa hari ini? Kak Kahar dan Kak Ranjana juga bukannya datang jenguk aku.”

Saat ini, Ayu masih memulihkan lukanya. Jadi, dia sangat jarang keluar dari tempat tinggalnya selama beberapa hari terakhir, juga tidak tahu apa yang terjadi di
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 398

    Setiap anak Anggreni lahir, Keluarga Kuncoro akan datang memberikan hadiah. Seperti Paviliun Awana yang diberikan kepada Syakia, keempat kakaknya juga menerima perkebunan masing-masing.Hanya saja, berhubung Syakia adalah anak bungsu dan merupakan satu-satunya cucu perempuan Keluarga Kuncoro, dia baru diberikan tambahan Menara Phoenix.Kahar juga mendapatkan perkebunan lain Keluarga Kuncoro yang terletak di pinggiran ibu kota dan dinamai Paviliun Latana.Di kehidupan sebelumnya, Ayu sudah mengincar perkebunan-perkebunan yang dimiliki kakak-kakak Syakia. Bagaimanapun juga, itu adalah perkebunan yang sengaja dipilihkan oleh Keluarga Kuncoro dan yang paling berharga. Selama bukan sengaja dihancurkan atau ditelantarkan, tempat-tempat itu juga bagaikan tambang emas yang dapat menghasilkan uang yang tak terbatas meskipun hanya dibiarkan begitu saja.Ayu sangat iri pada anak-anak Anggreni yang sudah memiliki segalanya begitu dilahirkan. Jadi, dia tidak mungkin rela menyerah jika tidak merebu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 397

    “Duk!” Kama tidak ingin lanjut mendengar ucapan Kahar dan langsung meninju wajahnya.“Kamu!”Kahar yang ditinju juga murka dan langsung menyerang balik. Akhirnya, kedua orang itu mulai berkelahi di dalam sangkar besi. Hanya saja, sangkar besi ini tidak besar dan tidak ada tempat bagi mereka untuk bersembunyi. Pukulan-pukulan itu hanya bisa jatuh pada tubuh satu sama lain tanpa menunjukkan belas kasihan. Tidak lama kemudian, mereka sudah babak belur. Meskipun perkelahian di dalam sangkar besi sangat sengit, Syakia malah sama sekali tidak melirik mereka. Dia hanya menunduk dan lanjut meracik obat. Saat Kama dan Kahar kelelahan, Syakia juga telah selesai meracik obat. Obat itu bukan berbentuk pil, melainkan cairan yang aromanya sangat aneh.Setelah memasukkan cairan obat itu ke botol, Syakia berjalan ke arah sangkar besi dan melirik Kama serta Kahar.“Hk!” Kahar langsung meringis kesakitan begitu hendak menggerakkan mulutnya. Namun, Kahar tetap mencengkeram sangkar besi dan berkata pad

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 396

    Setelah terjadi begitu banyak hal buruk, Damar yang ingin menstabilkan situasinya harus senantiasa mengawasi anak-anaknya. Jika tidak, entah siapa lagi yang akan menimbulkan masalah untuknya.Seperti Kahar. Damar tidak menyangka bahwa baru saja dirinya jatuh sakit akibat terlalu marah, Kahar malah diam-diam keluar dari rumah lagi.Begitu mengetahui hal ini, Damar yang masih sakit parah langsung bangkit dari tempat tidur dengan terkejut dan berseru marah, “Cepat cari dia! Tangkap anak nggak berguna itu kembali! Kalau dia berani menolak, patahkan kedua kakinya dan seret dia pulang!”Kepala pelayan seketika tersenyum getir. Damar memang berkata begitu, tetapi mereka mana berani mematahkan kaki Kahar.Untungnya, Damar teringat sesuatu dan segera mengubah perintahnya. “Nggak, tunggu! Pergi cari Abista. Suruh dia yang bawa adik nggak bergunanya itu pulang!”Sejak seluruh pengawal rahasia Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan dibantai sebelumnya, beberapa pengawal rahasia baru yang baru saja di

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 395

    Damar pun jatuh sakit saking marahnya. Bagaimanapun juga, dia sebelumnya pernah muntah darah saking marahnya. Tabib sudah memperingatinya untuk lebih memperhatikan emosinya dan jangan marah besar lagi. Alhasil, dia malah jatuh sakit lagi karena terlalu marah sekarang.Selain itu, gerbang Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan yang disiram dengan kotoran selama 10 hari berturut-turut sudah diketahui semua orang. Jadi, Kaisar pun dengan penuh perhatian memberikan tambahan liburan kepada Damar supaya dia beristirahat di rumah.“Ayah benar-benar jatuh pingsan gara-gara Syakia?”Setelah mendengar kabar ini, Ayu segera turun dari tempat tidur.Ratih mengangguk pelan, “Benar, Nona.”“Apa sebenarnya yang sudah terjadi? Kenapa di luar sana terdengar ribut sekali beberapa hari ini? Kak Kahar dan Kak Ranjana juga bukannya datang jenguk aku.”Saat ini, Ayu masih memulihkan lukanya. Jadi, dia sangat jarang keluar dari tempat tinggalnya selama beberapa hari terakhir, juga tidak tahu apa yang terjadi di

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 394

    “Kamu masih berani melawan!”Saat berbicara, Damar mengangkat tangannya lagi dan hampir menampar Kahar untuk yang ketiga kalinya. Namun, Abista segera mengulurkan tangan untuk menghentikannya. “Cukup, Ayah.”Abista mendorong Kahar ke samping, lalu melirik Damar dan berkata dengan acuh tak acuh, “Mau gimana pun kamu berpura-pura, reputasi Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan memang sudah sebusuk seperti kotoran di tangga ini.”Seusai berbicara, Abista pun melangkah melewati kotoran-kotoran itu dan naik ke kereta kuda dengan ekspresi datar.Kahar tidak menyangka Abista berani mengucapkan kata-kata seperti itu. Ucapan itu jauh lebih keterlaluan daripada dalihannya tadi. Saat ini, ekspresi ayah mereka sudah sangat kelam.Pada akhirnya, Damar juga berjalan keluar seperti Abista dan tetap menghadiri rapat istana meskipun tercium aroma samar kotoran dari tubuhnya. Mengenai Kahar dan Ranjana, Damar mengurung mereka di rumah untuk sementara. Setelah pulang nanti, dia akan lanjut memberi pelajara

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 393

    Di pagi-pagi buta sebelum Kahar dan Ranjana bangun, Damar sudah menyeret mereka turun dari tempat tidur.“Ada apa, Ayah?”“Hk! Dingin sekali! Ayah, kamu biarkan dulu aku pakai bajuku!”“Pakai baju? Mau pakai baju apa lagi kamu? Kalian sudah permalukan seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”Damar mendorong Kahar dan Ranjana keluar. Ketika tiba di depan gerbang kediaman, mereka terlebih dahulu melihat Abista yang berdiri di depan pintu.“Kak, kenapa kamu juga ada di sini? Apa sebenarnya yang sudah terjadi?” tanya Kahar yang masih tidak tahu apa yang terjadi.Abista melirik Kahar dan Ranjana, lalu berkata dengan acuh tak acuh, “Sebaiknya kalian keluar sendiri dan melihatnya.”Ketika Abista berbicara, Kahar dan Ranjana samar-samar mencium semacam aroma busuk.“Aroma apa ini?”Kahar berjalan keluar sambil menutupi hidungnya. Begitu mendongak, matanya langsung membelalak dan dipenuhi dengan amarah.“Ini ulah siapa! Siapa yang sudah bosan hidup hingga berani menyiram kediaman kita deng

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 392

    “Ranjana, getah akar pohon mati yang kamu berikan benar-benar bisa hancurkan ladang Syakia sampai dia nggak bisa lagi menanam apa pun di sana?”“Tentu saja.” Ranjana mendongak dan berkata dengan bangga, “Getah itu kutemukan dari kitab racun Raja Racun Tabib Hantu. Nggak ada banyak orang yang tahu soal itu. Selain Raja Racun Tabib Hantu yang turun tangan sendiri, nggak akan ada orang yang bisa selamatkan ladang obat Syakia.”Setelah mendengar hal itu, Kahar seketika merasa tenang.“Baguslah kalau begitu. Ini akan jadi pelajaran yang baik bagi Syakia. Kali ini, yang kita racuni itu ladang obatnya, bukan dia. Meski dia bisa tebak itu perbuatan kita, dia juga nggak akan bisa lakukan apa-apa terhadap kita. Lagian, meski hal ini tersebar, kita tetap bisa kendalikan dampaknya,” ujar Kahar sambil tersenyum penuh peremehan.Ranjana juga tersenyum tipis. “Dia nggak akan berani ngapa-ngapain. Dia bahkan mungkin datang memohon pada kita demi selamatkan ladang obatnya di Paviliun Awana itu. Nanti,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 391

    Yanto adalah mantan kepala Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja sangat peka dalam beberapa hal dan menyadari apa kira-kira yang dipikirkan Syakia. Pada hari Syakia hendak kembali ke Kuil Bulani, dia menyerahkan sesuatu pada Syakia.“Nona, aku lahir dan dibesarkan di Keluarga Kuncoro. Meski harus mati, aku juga mau mati demi keturunan Keluarga Kuncoro. Jadi, aku harap Nona terima barang ini. Berikanlah aku sebuah kesempatan dan biarkanlah aku mati demi Nona.”Yanto memang sudah tua. Namun, memangnya kenapa meskipun begitu? Dia masih bisa memberikan kesempatan bagi dirinya untuk hidup sekali lagi demi Keluarga Kuncoro dan juga Syakia.Syakia melihat surat perjanjian penjualan diri yang disodorkan Yanto kepadanya, lalu bertanya, “Paman, kamu sudah berpikir dengan jelas?”Yanto menoleh untuk melihat Paviliun Awana dan kerinduan pun muncul di sepasang matanya. Kemudian, dia kembali memandang Syakia dengan tatapan yang digunakannya untuk memandang kakeknya Syakia dulu.Yanto menjawab dengan seri

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 390

    Syakia sudah berjanji untuk memberikan semua obat herbal yang ditanam di Paviliun Awana kepada Adika. Obat herbal ini awalnya akan dibagikan kepada Pasukan Bendera Hitam yang terluka atau cacat karena berperang demi Dinasti Minggana selama bertahun-tahun. Sekarang, sebagian besar tanaman yang sudah ditanam selama sebulan malah dihancurkan oleh sekelompok orang ini. Mereka bahkan juga meracuni ladangnya. Mana mungkin Syakia diam saja dalam menghadapi kekejaman seperti ini?Syakia tidak akan mengampuni dalang di balik insiden ini maupun sekelompok penjahat di depannya.“Paman Yanto, layanilah mereka dengan ‘baik’.”Yanto tidak menyangka Syakia memiliki sisi seperti ini. Dia awalnya mengira Syakia yang selama ini terlihat lembut dan baik hati sangat mirip dengan Anggreni. Tak disangka, di balik kelembutan Syakia, tersembunyi juga sisi yang tegas dan kejam seperti ini. Dia sangat mirip dengan kakeknya dulu!Sepasang mata Yanto langsung berbinar. Dia menatap Syakia dengan tatapan membara,

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status